3 Contoh Kultum Tarawih Ramadan Singkat Berbagai Tema

3 Contoh Kultum Tarawih Ramadan Singkat Berbagai Tema

Annisa Dayana Salsabilla - detikHikmah
Jumat, 15 Mar 2024 08:45 WIB
Ornamental Arabic lantern with burning candle glowing at night. Festive greeting card, invitation for Muslim holy month Ramadan Kareem.
Contoh Kultum Tarawih Ramadan. Foto: Getty Images/iStockphoto/Choreograph
Jakarta -

Bulan Ramadan yang penuh dengan kemuliaan telah tiba. Salah satu ibadah yang biasa dikerjakan umat Islam pada bulan Ramadan yaitu salat Tarawih. Ketika salat Tarawih, khatib banyak menyampaikan kultum. Berikut tiga contoh kultum Tarawih Ramadan.

Kultum yang disampaikan khatib dapat membahas berbagai topik seperti adab puasa, amalan ketika bulan Ramadan, keutamaan bulan Ramadan, dan sebagainya. Berikut contoh kultum Tarawih Ramadan dikutip dari Kultum 23 Ramadhan karya Heri Suprapto dan Kumpulan Kultum Terlengkap & Terbaik Sepanjang Tahun karya A.R. Shohibul Ulum.

Contoh Kultum Tarawih Ramadan Singkat

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kultum Pertama

Dua Esensi Puasa

Esensi atau hakikat dari puasa Ramadan ada banyak, hanya saja karena keterbatasan waktu maka kita hanya membahas dua saja yaitu berperilaku jujur dan menahan amarah.

ADVERTISEMENT

Pertama, berperilaku jujur.

Kejujuran adalah hal yang paling penting dalam kehidupan kita, dan puasa melatih atau mengajari kita agar jujur dalam segala hal sehingga kita tidak berani berkata bohong pada saat berpuasa. Mengapa demikian? Itu karena kita tahu kalau kita berbohong maka pahala puasa kita akan hilang dan kita hanya mendapatkan haus dan lapar saja dari puasa yang kita telah lakukan.

Perintah agar selalu jujur ini sudah disampaikan oleh Rasulullah SAW, "berbuatlah jujur karena kejujuran akan mendatangkan kebaikan dan kebaikan akan mendapatkan surga." Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim.

Dari sahabat Ibnu Mas'ud RA, Rasulullah SAW bersabda,

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah SWT sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang suka berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah SWT sebagai pendusta."

Begitu besar karunia Allah SWT kepada orang yang berbuat jujur.

Kedua, menahan amarah.

Esensi yang kedua adalah menahan amarah. Kita bisa marah kapan saja dan di mana saja, apa lagi dalam kondisi sedang mendapatkan tekanan. Dengan puasa kita diharapkan bisa menahan marah kita. Pernah sahabat bertanya kepada Nabi SAW untuk menasehatinya, dan Nabi SAW memerintahkannya untuk tidak marah. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan olah Imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari dan Imam Tirmidzi dalam kitab Sunan Tirmidzi.

Dari Abu Hurairah RA, ada seseorang yang berkata kepada Nabi SAW "Berilah aku nasihat," kemudian beliau bersabda,

"Jangan marah. Kemudian orang tersebut mengulangi lagi beberapa kali. Rasulullah SAW bersabda: 'Jangan marah'".

Orang yang dapat menahan marah padahal dia mampu untuk melampiaskan kemarahan tersebut diperintahkan Allah SWT untuk memilih bidadari di surga mana yang dia suka. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam kitab Sunan Tirmidzi dan Imam Abu Dawud dalam kitab Sunan Abu Dawud, serta Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunan Ibnu Majah dengan sanad hasan.

Dari sahabat Mu'az bin Anas Al Juhani RA, Rasulullah SAW bersabda,

"Barangsiapa menahan marah padahal ia mampu melampiaskannya, pada hari kiamat, dia akan dipanggil di depan seluruh makhluk kemudian disuruh memilik bidadari mana yang ia sukai."

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita semua apabila seseorang marah hendaklah ia diam. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Adabul Mufrod dan Imam Ahmad dalam kitab Musnad Imam Ahmad dengan sanad shahih.

Dari sahabat Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

"Apabila seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam."

Ini juga merupakan obat yang manjur bagi amarah, karena jika orang sedang marah maka keluar darinya ucapan-ucapan yang kotor, keji, melaknat, mencaci-maki dan lain-lain yang dampak negatifnya besar. Jika ia diam, maka semua keburukan itu hilang darinya.

Orang-orang yang mampu tidak marah bahkan akan dimasukkan ke surga. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam kitab Al Mu'jamul Ausath dengan sanad shahih.

Dari sahabat Abu Darda, Rasulullah SAW pernah bersabda kepada seorang sahabat,

"Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk surga."

Kesimpulannya adalah hendaklah kita menjaga diri dan keluarga kita agar selalu mengisi setiap hari dan malam Ramadan dengan amalan yang dicontohkan Nabi SAW yaitu dengan berusaha selalu jujur dan menahan marah ketika kita sedang dalam keadaan puasa. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita untuk mendapatkan sifat jujur dan menahan marah setelah kita menjalani puasa Ramadan selama sebulan, dan implementasinya terlihat setelah Ramadan berlalu. Aamiin.

Kultum Kedua

Hikmah & Berkah Ramadan

Ramadan adalah bulan keberkahan, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i.

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada para sahabat beliau. Beliau bersabda, "Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, yaitu bulan yang diberkahi, Allah SWT telah memfardhukan (mewajibkan) atas kalian berpuasa pada bulan itu, pada bulan itu dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan pada bulan itu pula ada Lailatul Qadar (Malam Qadar) yang lebih baik dari seribu bulan, Siapa saja yang terhalang dari kebaikan malam itu maka ia terhalang dari rahmah Tuhan."

Oleh karena itu, sesungguhnya kita diajarkan oleh Rasulullah SAW agar menyambut bulan Ramadan ini dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya sejak jauh-jauh hari, yaitu dari bulan Rajab. Sejak bulan Rajab kita diajarkan untuk memohon keberkahan hidup di bulan Rajab, Syaban, dan hingga sampai di Ramadan yang mulia ini. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, kita diajarkan agar berdoa,

Ψ§Ω„Ω„Ω‘ΩŽΩ‡ΩΩ…Ω‘ΩŽ Ψ¨ΩŽΨ§Ψ±ΩΩƒΩ’ Ω„ΩŽΩ†ΩŽΨ§ فِي رَجَبَ ΩˆΩŽΨ΄ΩŽΨΉΩ’Ψ¨ΩŽΨ§Ω†ΩŽ ΩˆΩŽΨ¨ΩŽΨ§Ψ±ΩΩƒΩ’ Ω„ΩŽΩ†ΩŽΨ§ فِي Ψ±ΩŽΩ…ΩŽΨΆΩŽΨ§Ω†ΩŽ

"Wahai Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan bulan Syaban, dan berkahilah pula kami di bulan Ramadan."

Mengapa kita diajarkan untuk memohon keberkahan? Apakah keberkahan penting bagi kita? Sebab, keberkahan hidup menjadi dambaan setiap orang yang berakal sehat. Berkah berarti bertambah. Dalam makna luas berkah berarti bertambah kebaikan (ziyadat al-khair fi al-syai'), termasuk kesejahteraan baik dari segi material maupun nonmaterial. Dari segi materi seperti bertambahnya harta benda kita, dan usaha atau bisnis semakin maju. Sedangkan, secara nonmaterial yaitu seperti ketenteraman hati, kedamaaian jiwa, pengetahuan dan wawasan semakin bertambah hingga tercermin dalam sikap yang terpuji.

Di antara hikmah bulan Ramadan yaitu sebagai berikut.

Pertama,

Pada bulan Ramadan ada pengabulan doa bagi yang meminta, ada penerimaan tobat orang yang bertobat, dan ada pengampunan bagi orang yang memohon maghfirah-Nya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Qudsi yang panjang, yang diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, di dalam bagian hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan al-Baihaqi ini disebutkan:

"Dalam setiap malam bulan Ramadan Allah 'azza wa jalla berseru sebanyak tiga kali: Adakah orang yang meminta maka aku penuhi permintaannya? Adakah orang yang bertobat maka aku terima tobatnya? Dan adakah orang yang memohon ampunan maka aku ampuni dia?"

Kedua,

Bulan Ramadan adalah waktu yang sangat baik untuk mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan kepada kita selama ini. Karena makna ibadah secara mutlak, termasuk ibadah puasa, adalah ungkapan syukur dari seorang hamba kepada Tuhannya atas nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran surah Ibrahim ayat 34, kita tidak akan dapat menghitung nikmat Tuhan.

Ketiga,

Pada bulan Ramadan terdapat setidaknya 3 manfaat yang bisa kita peroleh dengan menjalankan puasa pada bulan yang mulia ini, yaitu

1. Manfaat psikologis/spiritual/kejiwaan. Misalnya, kita membiasakan diri agar berlaku sabar serta mengekang hawa nafsu, ekspresi, atau ungkapan mengenai karakteristik takwa yang tertanam dalam hati. Takwa itulah yang menjadi tujuan khusus dalam berpuasa Ramadan.
2. Manfaat sosial-kemasyarakatan, seperti pembiasaan kita, umat Islam, untuk tertib, disiplin dan bersatu padu, cinta keadilan dan kesetaraan di antara umat Islam: antara yang kaya dan yang miskin, antara pejabat dan rakyat, antara pengusaha dan karyawan, dan seterusnya. Juga faedah sosial dari puasa adalah pembentukan rasa kasih sayang dan berbuat baik di antara kaum Muslim, sebagaimana puasa Ramadan ini melindungi masyarakat dari keburukan-keburukan dan mafsadah.
3. Manfaat kesehatan, artinya dengan berpuasa itu dapat membersihkan usus-usus dan pencernaan, memperbaiki perut yang terus-menerus beraktivitas, membersihkan perut yang terus-menerus beraktivitas, membersihkan badan dari lendir-lendir/lemak-lemak, kolesterol yang menjadi sumber penyakit, dan puasa dapat menjadi sarana diet atau pelangsing badan.

Oleh karena itu, marilah bulan Ramadan ini kita jadikan bulan kesederhanaan, bulan peribadatan, bulan memperbanyak berbuat kebajikan kepada orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan bantuan, bulan perlindungan badan, ucapan, dan hati dari hal-hal yang dilarang agama, seperti perkataan keji (qaul az-zur), gibah, menebar hoaks, fitnah, hate speech (ujaran kebencian), dan adu domba, baik secara langsung maupun melalui media-media digital, media elektronik, televisi, radio, internet, dan media sosial.

Kultum Ketiga

Keberkahan Makan Sahur

Pada bulan Ramadan ada amalan sunnah yang bisa dijalani, yaitu makan sahur. Amalan ini disepakati oleh para ulama dihukumi sunnah dan bukanlah wajib, sebagaimana kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim juz 7 halaman 206. Namun, amalan ini memiliki keutamaan karena dikatakan penuh berkah. Dalam hadits muttafaq 'alaih, dari Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda,

"Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan." (HR. Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud berkah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah SWT pada sesuatu. Keberkahan bisa mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Namun, patut diketahui bahwa berkah itu datangnya dari Allah SWT yang hanya diperoleh jika seorang hamba menaati-Nya."

Lantas, apa saja keberkahan yang didapatkan saat kita menyantap sahur?

Pertama,

Memenuhi perintah Rasulullah SAW sebagaimana diperintahkan dalam hadits di atas. Keutamaan menaati beliau disebutkan dalam surah An-Nisa' ayat 80, yang artinya, "Barang siapa menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah SWT. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka."

Allah juga berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 71, "Dan barang siapa menaati Allah SWT dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."

Kedua,

Makan sahur merupakan syiar Islam yang membedakan dengana ajaran Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Dari 'Amr bin al-'Ash, Rasulullah SAW bersabda,

"Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) adalah makan sahur." (HR. Muslim)."

Ini berarti Islam mengajarkan bara' dari orang kafir, artinya tidak loyal pada mereka. Sebab, puasa kita saja dibedakan dengan orang kafir.

Ketiga,

Dengan makan sahur, keadaan fisik lebih kuat dalam menjalani puasa. Beda halnya dengan orang yang tidak makan sahur. Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim juz 7 halaman 206, berkata, "Berkah makan sahur amat jelas, yaitu semakin menguatkan dan menambah semangat orang yang berpuasa. Misalnya, menjadikannya rajin beribadah, menjadikannya termotivasi ingin menambah lagi amalan puasanya, karena tampak ringan puasa baginya setelah makan sahur."

Keempat,

Orang yang makan sahur mendapatkan shalawat dari Allah SWT dan doa dari para malaikat-Nya. Dari Abu Sa'id al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda,

"Makan sahur adalah makan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walau dengan seteguk air karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang makan sahur." (HR. Ahmad)

Kelima,

Waktu makan sahur adalah waktu yang diberkahi. Menurut Imam Nawawi, dengan bangun sahur dapat menjadikannya berdoa dan berzikir di waktu yang mulia, yaitu waktu ketika turun Ar-Rahmah, dan diterimanya doa dan diampuninya dosa. Seseorang yang bangun sahur dapat berwudhu kemudian salat malam, kemudian mengisi waktunya dengan doa, zikir, salat malam, dan menyibukkan diri dengan ibadah lainnya hingga terbit fajar.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda,

"Rabb kita tabaraka wa ta'ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, 'Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni"." (HR. Bukhari dan Muslim)"

Keenam,

Waktu sahur adalah waktu utama untuk beristighfar. Sebagaiman orang yang beristighfar saat itu dipuji oleh Allah dalam beberapa ayat, di antaranya surah Ali 'Imran ayat 17 yang artinya, "Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur."

Disebut pula pada surah Adz-Dzariyat ayat 18 yang artinya,
"Dan selalu memohonkan ampunan pada waktu pagi sebelum fajar."

Ketujuh,

Orang yang makan sahur dijamin bisa menjawab azan salat Subuh dan juga bisa mendapati salat Subuh pada waktunya secara berjamaah. Tentu ini adalah suatu kebaikan.

Kedelapan,

Makan sahur sendiri bernilai ibadah jika diniatkan untuk semakin kuat dalam melakukan ketaatan pada Allah SWT.

Demikianlah apa yang bisa disampaikan mengenai keutamaan makan sahur.




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads