3 Strategi Dakwah Sunan Gunung Jati saat Sebarkan Islam

3 Strategi Dakwah Sunan Gunung Jati saat Sebarkan Islam

Jihan Najla Qatrunnada - detikHikmah
Minggu, 26 Nov 2023 07:00 WIB
Wali Songo
Ilustrasi Sunan Gunung Jati dan strategi dakwahnya dalam menyebarkan Islam. Foto: Ilustrasi: Kharisma
Jakarta -

Sunan Gunung Jati adalah satu dari sembilan wali songo yang berdakwah di wilayah Jawa. Setidaknya ada tiga strategi dakwah Sunan Gunung Jati yang pada akhirnya berhasil menarik minat masyarakat untuk masuk Islam.

Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Maulana Syarif Hidayatullah. Selain itu, Sunan Gunung Jati juga memiliki nama lain yang terkenal seperti Fatahillah, Syekh Nuruddin Ibrahim bin Maulana Ismail, Said Kamil, dan Maulana Syekh Makhdum Rahmatullah, sebagaimana disebutkan dalam buku Metode Dakwah Masyarakat Multikultur karya Rosidi.

Sunan Gunung Jati memiliki jasa yang sangat besar untuk agama Islam dan Indonesia. Namanya diabadikan sebagai nama salah satu universitas, yakni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjalanan Hidup Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati merupakan seorang ulama dan kesatria yang memasuki kawasan Jawa Barat. Ia berhasil menaklukkan kerajaan Hindu Pajajaran dan mendirikan dua kerajaan Islam, yaitu Banten dan Cirebon.

Sunan Gunung Jati juga adalah pendiri dari Jayakarta, yang kini menjadi Jakarta. Ia membentuk kerajaan itu demi melawan bangsa Portugis yang menjajah Indonesia.

ADVERTISEMENT

Saat sudah menginjak usia dewasa, Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah pergi ke Makkah untuk menimba ilmu agama Islam secara detail selama tiga tahun.

Tiga tahun kemudian, Ia merantau ke tanah Jawa, tepatnya di daerah Demak. Ia menikah dengan adik kandung Sultan Trenggono yang saat itu berkuasa dari 1521-1546.

Kala itu, Belanda berniat untuk menginvasi Jawa Barat dan melancarkan rencana ekspansinya. Hal ini pun membuat Sultan Trenggono marah. Saat itulah, Sunan Gunung Jati diutus untuk membendung pasukan Portugis.

Sunan Gunung Jati berhasil mengendalikan Sunda Kelapa pada tahun 1527. Kemudian beliau memindahkan Sunda Kelapa ke Cirebon. Kerajaan Banten diserahkan kepada putranya, Sultan Maulana Hasanuddin.

Sunan Gunung Jati kemudian menetap di Cirebon untuk berdakwah menyiarkan agama Islam hingga akhir hayatnya. Ia meninggal pada tahun 1570 di Gunung Jati. Makanya, ia dijuluki sebagai Sunan Gunung Jati.

Metode Dakwah Sunan Gunung Jati

Terdapat beberapa macam metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati. Berikut adalah metode dakwah Sunan Gunung Jati.

1. Pendekatan Budaya

Metode dakwah Sunan Gunung Jati yang pertama adalah dengan pendekatan kultural dan menghormati budaya lokal. Hal ini sebagaimana yang telah dilakukan oleh Sunan Kudus dan murid-muridnya.

Penghormatan terhadap budaya lokal dipraktikkan dengan membuat menara masjid yang menggabungkan seni arsitektur Islam dengan arsitektur budaya Jawa.

Tak hanya dari segi arsitektur, metode dakwah Sunan Gunung Jati juga merambah pada pemanfaatan kesenian tradisional seperti wayang dan gamelan sebagai salah satu sarana menyentuh hati masyarakat sehingga mereka mau menerima ajaran Islam.

Sunan Gunung Jati juga menciptakan tembang-tembang yang berisi nasihat agama yang bersumber dari kitab suci dan hadits nabi. Ada juga nasihat yang berisi etika kehidupan untuk menuju keselamatan dunia dan akhirat serta ridha Allah SWT.

Penggunakan seni budaya sebagai wasilah atau media dakwah Islam bertujuan agar masyarakat bisa menyerap ajaran Islam dengan lebih mudah dan akhirnya bisa digunakan sebagai pedoman kehidupan.

2. Toleransi Tinggi terhadap Agama Lain

Metode dakwah Sunan Gunung Jati yang kedua adalah dengan meninggikan toleransi dengan agama lain yang ada di lingkungan masyarakat. Di mana saat itu mayoritas orang Jawa beragama Hindu atau Buddha.

Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Sunan Kudus dan murid-muridnya, Sunan Gunung Jati juga menerapkan sikap toleransi yang tinggi terhadap ajaran atau hukum-hukum yang dianut oleh agama Hindu-Buddha.

Toleransi ini ditunjukkan dengan perilaku tidak menyembelih dan memakan sapi karena sapi adalah binatang yang dihormati oleh para pemeluk Hindu.

3. Dimulai dari Lingkup Terdekat lalu Meluas

Metode dakwah Sunan Gunung Jati yang ketiga adalah dengan memulai dakwah dari lingkup terkecil hingga meluas sampai luar daerah.

Disebutkan dalam buku Islam Abangan & Kehidupannya karya Rizem Aizid, proses dakwah Sunan Gunung Jati di tanah Pasundan membutuhkan waktu yang lama.

Pada periode awal, Sunan Gunung Jati memulai dakwahnya di kawasan tempat tinggalnya saja, yakni Cirebon. Ia menyebarkan agama Islam sekaligus menjadi guru agama.

Saat itu, Sunan Gunung Jati menggantikan Syekh Datuk Kahfi sebagai guru agama dan mengambil tempat di Gunung Sembung, Pasambangan (dekat Giri Amparan Jati).

Setelah sukses, Sunan Gunung Jati pun melanjutkan dakwahnya yang berjarak sekitar tiga kilometer dari sana, yakni di Dukuh Babadan. Kemudian meluas lagi sampai daerah Banten.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads