Dikisahkan bahwa Zaid ibn Arqam berkata, "Suatu saat, aku menemani Abu Bakar r.a. dan ketika ia meminta minum, seseorang membawakan air dan susu. Saat gelas didekatkan pada mulutnya, Abu Bakar menangis hingga para sahabat yang hadir pun menangis. Ketika para sahabat diam, Abu Bakar masih menangis. Ia terus menangis hingga para sahabat mengira bahwa sesuatu yang buruk terjadi, tetapi mereka tidak kuasa bertanya. Saat tangisannya reda dan ia mengusap kedua matanya, para sahabatnya bertanya, "Wahai Khalifah Rasulullah, apa yang membuat Tuan menangis?" Abu Bakar menjawab, "Aku pernah bersama Rasulullah Saw. lalu aku melihat beliau melindungi dirinya dari sesuatu, padahal aku tidak melihat ada orang lain di sana. Maka, aku bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa Baginda seperti melindungi diri dari sesuatu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Dunia ini menjelma kepadaku dan aku berkata padanya, "Tinggalkanlah aku." Namun, dunia datang lagi dan berkata, "Meskipun engkau selamat dan lepas dariku, tetapi orang yang setelahmu tidak akan lepas dariku."
Dari kisah ini kita bisa mencermati dan menemukan maknanya yaitu, adanya kekhawatiran setingkat sahabat yang sebagai Amirul Mukminin terhadap " dunia." Karena dunia selalu menarik dengan pesona dan godaan kenikmatannya. Penulis bersenandung :
Gemerlapnya dunia, semua hamba mengakuinya.
Lezatnya jabatan dan pangkat jadikan kau lupa pada dirimu sendiri.
Hakikatmu melayang dengan kendaraan syahwat.
Tujuanmu kelewat, laksana ketiduran dalam bis.
Sulit dan sulit, tiada dokter yg mampu memberi obat.
Ketika hawa nafsu sudah bersarang di kalbumu.
Hanya bisa diobati, dengan mengusirnya.
Tunjukkan rasa takutmu yang menggetarkan, dengan mengingat hari akhir.
Tumbuhkan rasa rindumu yang menggelisahkan, dengan mengingat ayat-ayat-Nya.
Dunia memang diciptakan untukmu, namun engkau diciptakan untuk akhirat.
Taqwa dan tawakal kendaraanmu menuju Sang Pencipta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dunia memang menggoda, jika iman lemah dunia akan menjadi tujuanmu, akan berbeda bagi yang beriman. Jika tujuanmu dunia, engkau dapatkan dunia tiada akhirat, sebaliknya jika tujuan akhirat maka keduanya engkau dapatkan. Dunia merupakan musuh Allah Swt. karena ia mencegah jalan para kekasih-Nya. Ada penyair bersenandung :
Ketika orang pintar diuji dengan hadirnya dunia, ia melihatnya sebagai musuh berbaju teman dekat.
Dalam syair di atas memperjelas bahwa kehadiran dunia sangat dekat dengan kita sehingga tindakan hati-hati dalam memperlakukan dunia menjadi keniscayaan. Dunia menjadi musuh, saat ia mendominasi hati dan perbuatan seseorang dan melupakan hak-hak Allah Swt.
Amirul Mukminin Ali ibn Abu Thalib berkata dalam surat yang dikirimkan pada Salman al-Farisi, "Dunia itu bagaikan ular yang terasa lembut ketika disentuh tetapi racunnya akan membunuhmu. Maka, berpalinglah dari segala yang membuatmu kagum kepada dunia, karena sedikit sekali sisi dunia yang menyertaimu. Tanggalkan hasratmu terhadap dunia dan gantikan dengan sesuatu yang lebih abadi. Jadilah orang yang paling bahagia di dunia, seraya tetap mewaspadai tipuan dan perdayanya. Sebab, para pemilik dunia akan diliputi rasa senang hingga keadaan menendangnya ke dalam kehinaan dan kesengsaraan. Wassalam." Surat Amirul Mukminin ini sesuai dengan firman-Nya dalam surah Ali Imran ayat 14 yang berbunyi, "Dijadikan indah pada ( pandangan ) manusia cinta kepada apa-apa yang dihasratkan, yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak berupa emas, perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup dunia."
Surat Amirul Mukminin Ali ibn Abu Thalib dan ayat diatas, jelas sekali menunjukkan begitu besarnya godaan dunia terhadap perjalanan seseorang dengan tujuan akhirat. Maka harus selalu ingat do'a dari Syekh Abu Abbas al-Mursi r.a. " Ya Allah, tundukkan urusan rezeki ini untukku, jagalah aku dari keranjingan dan kepayahan dalam mencari rezeki. Juga lindungilah aku dari kesibukan hati memikirkan rezeki dan kecemasan hati padanya, dari menghinakan diri kepada makhluk demi rezeki, dari berpikir dan mengatur dalam menghasilkannya, dan dari kekikiran, kebakhilan setelah memperolehnya."
Dari do'a ini terdapat tiga periode penting yang pertama, saat Allah Swt belum memberinya rezeki. Kedua, kondisi setelah usaha membuahkan hasil dan ketiga, kondisi setelah selesai dengan urusan rezeki. Kondisi pertama, jika seseorang keranjingan mencari rezeki dan sampai meninggalkan kewajibannya maka bisa dikatakan ia telah kehilangan kepercayaan dan lemahnya keyakinan. Ingatlah jika jasmani yang mencari rezeki sudah dikuasai perasaan susah payah, maka dirinya akan dipalingkan dari menjalankan perintah Allah Swt. Ketenangan di hati dalam urusan rezeki hanya dengan bertawakal kepada-Nya. " Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan ( keperluan )nya." ( QS. ath-Thalaq ayat 3 ).
Saat kondisi kedua setelah mendapatkan hasil, maka sadarilah bahwa rezeki itu atas pemberian-Nya, maka janganlah bersombong keberhasilan itu atas usahamu. Sedangkan setelah selesai dengan urusan rezeki, maka hindarilah menjadi bakhil/ kikir karena rezekimu itu ada bagian untuk orang lain. Jadi menumpuk harta kekayaan atas hasil yang dibolehkan pun tiada guna kalau hanya sekedar berlandaskan nafsu tanpa dibelanjakan seperti yang dituntun-Nya. Apalagi saat ini sebagian kalangan pada berlomba dengan memamerkan kekayaan dari hasil yang tidak diperbolehkan ( hasil suap dan lainnya ). Memang disadari bahwa kekuasaan itu cenderung yang memegangnya untuk berbuat korupsi. Lain halnya seorang beriman yang menggunakan kekuasaan sebagai wasilah untuk bekal akhirat. Semoga Allah Swt. selalu memberikan ampunan saat kita terlena dan segera menyesali untuk memperbaikinya serta membimbing untuk menjalankan kewajibannya.
Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
BPJPH Dorong Kesiapan Industri Nonpangan Sambut Kewajiban Sertifikasi Halal