Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak Bintoro adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Menurut catatan sejarah, Sultan Demak Bintoro yang pertama adalah Raden Patah.
Melansir buku yang berjudul Demak Bintoro oleh F. Taufiq El Jauquene, Kesultanan Demak terletak di pesisir Jawa Tengah yang subur dan cocok dengan mata pencaharian pertanian. Keberadaan Kali Tuntang, Kali Buyaran, dan Kali Serang digunakan untuk irigasi pertanian sawah yang mampu menyuburkan tanah pertanian dengan sedimen lumpur yang subur.
Selain itu, pesisir Kesultanan Demak begitu strategis dengan digunakannya sebagai pelabuhan dagang pada abad ke-16 M. Dengan adanya Pelabuhan Demak tersebut, Kesultanan Demak telah berkembang menjadi kerajaan besar di Nusantara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosok Raden Patah
Dalam silsilah raja pada Kesultanan Demak, terdapat tiga sultan yang namanya cukup terkenal. Salah satunya adalah Raden Patah. Raden Patah diketahui sebagai raja pertama dalam Kesultanan Demak yang memerintah sekitar tahun 1500 M.
Menurut buku Sejarah karangan M. Habib Mustopo, Raden Patah adalah putra Bhre Kertabhumi atau Brawijaya V, raja terakhir Kerajaan Majapahit. Disebutkan dalam Babad Tanah Jawi, ibu Raden Patah adalah seorang selir Tionghoa, putri Kiai Batong atau Han Go Hwat.
Dalam masa pemerintahan Raden Patah, Kesultanan Demak mengalami perkembangan di berbagai bidang. Raden Patah memusatkan kegiatannya di Bintoro sebab daerah tersebut telah direncanakan oleh wali songo sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa.
Raden Patah memerintah Kesultanan Demak hingga tahun 1518 M dan menjadikan Demak menjadi pusat penyebaran Islam di tanah Jawa. Posisi Jawa yang menjadi pusat kerajaan Islam di Jawa, tepatnya di Bintoro, Raden Patah juga mendirikan pondok pesantren. Penyiaran agama yang dilakukan oleh raden Patah telah dilaksanakan sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan Kesultanan Demak Bintoro di Bawah Pemerintahan Raden Patah
Dalam masa pemerintahan Raden Patah, Kesultanan Demak berhasil dalam berbagai bidang. Di antaranya dalam sistem perluasan dan pertahanan kerajaan, penyebaran islam dan pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan kerja sama antara ulama dan umara (penguasa).
Keberhasilan Raden Patah dalam memperluas dan memperkuat pertahanan Kesultanan Demak Bintoro dapat dilihat ketika Raden Patah menaklukkan Girindra Wardhana yang merebut takhta Majapahit Sebab hal tersebut, Raden Patah dapat mengambil alih kekuasaan Majapahit pada tahun 1478.
Penyebaran Islam yang Dilakukan Raden Patah
Raden Patah yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah berusaha mengislamkan masyarakat Jawa yang mayoritas saat itu beragama Hindu-Buddha.
Dikutip dari buku Sejarah Indonesia Periode Islam oleh Ricu Sidiq dkk, pada akhir abad ke-15 Majapahit mengalami kemunduran. Hal tersebut membuka peluang bagi Kerajaan Demak untuk berkembang menjadi pusat perdagangan. Ini juga menjadi momentum Kerajaan Demak dalam mengembangkan Islam.
Raden Patah mencoba menerapkan hukum Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Keberhasilan Islamisasi di wilayah Demak tak lepas dari peran wali songo. Pada tahun 1479 M, Raden Patah mendirikan Masjid Agung Demak yang dibantu sepenuhnya oleh wali songo.
Masjid Agung Demak menjadi lambang kekuasaan yang bercorak Islam dan menjadi tempat kegiatan wali songo yang berpusat di Masjid Agung Demak. Selain itu, di masjid yang didirikan oleh Raden Patah ini, para wali songo mengadakan upacara sekaten.
Pada upacara sekaten, dibunyikanlah gamelan dan rebana di depan serambi masjid. Hal tersebut membuat masyarakat mengerumuni depan gapura. Lalu, para wali songo mengadakan semacam pengajian akbar, sehingga rakyat dituntun secara sukarela untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza