Ragam Modus Curang Tes Masuk PTN, Ada yang Pakai Kamera di Masker

ADVERTISEMENT

Ragam Modus Curang Tes Masuk PTN, Ada yang Pakai Kamera di Masker

Pasti Liberti Mappapa - detikEdu
Jumat, 13 Jan 2023 07:30 WIB
Infografis: Jadwal SNPMB 2023: SNBP dan SNBT
Ilustrasi seleksi masuk PTN. Foto Ilustrasi: Deny Putra/detikcom
Jakarta -

Perguruan Tinggi Negeri (PTN) merupakan magnet bagi para lulusan sekolah menengah atas yang ingin melanjutkan studinya. Ratusan ribu calon mahasiswa mengikuti seleksi bersama tes masuk dan setiap tahun jumlahnya terus mengalami peningkatan.

Data menunjukkan pada 2021 jumlah peserta jalur tes yang saat itu bernama Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN) sebanyak 777.858 orang. Setahun kemudian meningkat menjadi 800.852 orang. Sementara yang lolos dan diterima hanya 192.810 orang atau 24,07% dari peserta tes.

Ketatnya persaingan membuat ada saja peserta yang menghalalkan berbagai cara agar bisa menembus seleksi masuk PTN. Pada SBMPTN 2022 lalu beredar foto-foto tangkapan layar soal Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di media sosial. Kemudian, panitia juga menemukan para peserta menggunakan alat bantu dengar dan berpura-pura menjadi penyandang tunarungu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, ditemukan juga peserta memakai alat berupa ponsel pintar dan earphone yang tersimpan di dalam baju. Melalui alat itu, soal-soal ujian direkam dan diarahkan ke pihak lain yang ada di luar. Jawaban kemudian dikirim melalui saluran earphone yang dipakai. Mereka berhasil meloloskan alat-alat tersebut dengan bantuan sejumlah staf kampus yang menjadi lokasi tes.

Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) sebagai penyelenggara saat itu menyebut sekitar 200 orang diketahui melakukan kecurangan dalam pelaksanaan tes masuk PTN. Para peserta tersebut membidik prodi-prodi favorit yang memang memiliki tingkat keketatan tinggi.

ADVERTISEMENT

Ketua Umum Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2023 Mochamad Ashari mengakui kasus perjokian memang ditemukan setiap tahun. Ia mengungkapkan masa lalu ada joki tradisional yang memilih tempat duduk berdampingan dengan peserta tes yang menggunakan jasanya.

Menurut Ashari, perjokian model ini sudah diantisipasi panitia dengan membuat soal-soal yang bervariasi. Sehingga para peserta dalam satu ruangan dan setiap sesi akan mendapatkan soal yang berbeda.

"Intinya membantu misal pegang kuping (jawaban) C dan seterusnya. Ini sudah tidak ada. Karena saat ini, sistem kita soal yang dibaca peserta berbeda kiri kanan depan belakang. Variasi soal yang dibuat banyak sekali," ujar Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu dalam konferensi pers SNPMB di Jakarta beberapa waktu lalu.

Saat ini ujar Ashari perjokian menggunakan teknologi. Hal ini karena sejumlah peralatan komunikasi yang terbilang canggih bisa didapatkan dengan harga terjangkau. Beberapa peserta yang curang ketahuan membawa kamera tersembunyi yang diselipkan baik di anggota tubuh maupun benda yang melekat di badannya.

"Mereka beli kamera. Karena musim COVID, kamera tersebut dipasang di masker. Itu terjadi," ujarnya. Panitia sebenarnya telah melakukan langkah-langkah antisipasi dengan menggunakan pendeteksi metal sebelum masuk dalam ruangan. Hanya saja, belum semua Pusat UTBK memiliki peralatan tersebut.

"Kemudian yang viral mereka foto soal lalu kirim data ke temannya untuk dikerjakan. Tapi ini ketahuan. Paling enak sebenarnya kalau ada pengacak sinyal. Tapi ini belum ada (Pusat UTBK) punya," ujar Ashari.

Ashari mengingatkan calon peserta agar tidak menggunakan cara-cara curang agar lolos seleksi. Semua kecurangan akan diserahkan pada aparat penegak hukum untuk diusut. "Kita serahkan ke aparat penegak hukum. Contohnya di Surabaya diusut terus. Ini berada dalam kewenangan pihak berwajib," katanya.




(pal/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads