Pakar Ungkap Urgensi Pemulihan Psikososial untuk Siswa, Pascabencana di Sumatera

ADVERTISEMENT

Pakar Ungkap Urgensi Pemulihan Psikososial untuk Siswa, Pascabencana di Sumatera

Cicin Yulianti - detikEdu
Jumat, 12 Des 2025 09:30 WIB
Pakar Ungkap Urgensi Pemulihan Psikososial untuk Siswa, Pascabencana di Sumatera
Siswa di daerah terdampak banjir Sumatera jalani pembelajaran di sekolah darurat. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Jakarta -

Imbas banjir bandang dan tanah longsor di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh, sebanyak 208 ribu siswa terdampak. Tak hanya itu, 19.000 guru dan tenaga kependidikan juga merasakan terganggungnya aktivitas pembelajaran.

Sebanyak 326 fasilitas pendidikan pun rusak. Data tersebut dihimpun Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dari Pusdatin Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) .

Selain kesulitan menjalankan pembelajaran, siswa-siswa juga mengalami trauma dan kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Hal ini menjadi sorotan pakar psikologi kebencanaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Diana Setiyawati S Psi, MHSc, PhD. Menurutnya dukungan psikosisial penting untuk para korban.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anak-anak bisa merasakan kembali belajar dan bersekolah itu adalah sesuatu yang harus sangat perlu diupayakan," ujarnya, dikutip dari laman UGM, Kamis (11/12/2025).

Perlunya Friendly Safe Space

Menurut Diana, kesejahteraan siswa dapat terganggu lantaran tinggal di barak pengungsian atau tempat tidak tetap. Pemerintah dan para relawan perlu membantu menyediakan friendly safe space.

ADVERTISEMENT

"Jadi memang perlu upaya kita bersama untuk mengembalikan mereka pada rutinitas dan pemenuhan kebutuhan dasar itu pendukung utama banget untuk well-being para penyintas," jelas Diana.

Pemetaan Korban yang Terkena Dampak Psikologis

Setelah menyediakan ruang yang mendukung pembelajaran tersebut, Diana menyarankan pemerintah untuk memetakan daerah mana saja yang korbannya mengalami dampak psikologis terbesar.

"Pemetaan ini meliputi dimana saja sekolah yang rusak, makanan tidak memadai, serta daerah dengan kematian terbanyak yang menimbulkan beban psikis paling besar," ungkapnya.

Dukungan psikososial menurut Diana bisa diberikan kepada siswa yang memiliki kondisi subclinical. Mereka adalah yang terganggu jiwanya seperti mengalami kesulitan dan kesedihan yang mendalam.

"Kami akan membuat program untuk memperkuat kesehatan mental di sekolah, di keluarga, di Primary Health Care untuk mengantisipasi dampak-dampak yang muncul di jangka panjang dan menengah," kata Diana.




(cyu/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads