Efek Domino Bencana pada Pendidikan: Sekolah Terhambat-Tes Matematika Jelek

ADVERTISEMENT

Efek Domino Bencana pada Pendidikan: Sekolah Terhambat-Tes Matematika Jelek

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 07 Des 2025 18:00 WIB
Efek Domino Bencana pada Pendidikan: Sekolah Terhambat-Tes Matematika Jelek
Sebagian wilayah terkena bencana di Aceh-Sumatera masih terisolasi. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Jakarta -

Bencana tentu memberikan banyak kerugian terhadap penduduk yang tinggal di tempat peristiwa tersebut terjadi. Salah satunya, bencana merugikan pelajar karena proses belajarnya menjadi terhambat.

Ada berbagai penelitian yang telah memaparkan bagaimana efek bencana terhadap kalangan pelajar. Sayangnya, dampak-dampak tersebut tidak hanya secara teknis terkait kegiatan belajar dan mengajar, tetapi juga berupa dampak dalam bentuk lain seperti progres akademik hingga kesehatan mental.

Dampak-dampak Bencana terhadap Pendidikan

Bencana kerap kali memaksa siswa untuk berkompromi terkait akses pendidikan. Dalam sebuah studi berjudul "Understanding the impacts of floods on learning quality, school facilities, and educational recovery in Indonesia" yang ditulis Jonatan Lassa dkk dalam Disasters Volume 47 Issue, April 2022 hal ini dipaparkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan studi tersebut, banjir dan siklon misalnya dapat memangkas kesempatan penerapan agenda sekolah dalam hitungan jam hingga hari. Dampak bencana terhadap anak-anak menurut Mudavanhu (2015) dan Gibbs dkk (2019), mencakup gangguan total kegiatan belajar; kehadiran di sekolah; hingga prestasi akademik mereka.

Namun, menurut Amri dkk (2022), data statistik terkait dampak bencana terhadap sekolah kerap fokus hanya pada angka bangunan yang terimbas.

ADVERTISEMENT

Hasil Tes Matematika-Membaca Kurang Bagus

Penelitian lain juga mengangkat topik terkait dampak bencana terhadap pelajar hingga menyentuh level kesehatan mentalnya. Penelitian ini bertajuk "The effect of consecutive disasters on educational outcomes" yang ditulis Eileen Segarra-AlmΓ©stica dkk dalam International Journal of Disaster Risk Reduction Volume 83, Desember 22.

Riset tersebut mengambil sampel dari dampak badai Maria dan gempa bumi di Puerto Rico. Fokus utama studi adalah masyarakat rentan.

Berdasarkan penjelasan para peneliti, bencana memberikan dampak emosional, perilaku, dan akademis yang kuat terhadap anak-anak. Para peneliti mengungkap akibat bencana, ada penurunan partisipasi mendaftar sekolah menengah pada laki-laki di antara keluarga petani.

Para peneliti turut menyebutkan contoh lain di Australia. Pada kasus-kasus kebakaran hutan di Australia, siswa terdampak mengalami performa yang kurang dalam tes matematika dan membaca di tingkat sekolah dasar. Bahkan dalam contoh kasus ini dikemukakan, ada gangguan proses pematangan saraf akibat trauma, yang memengaruhi kemampuan kognitif anak-anak.

Ada lagi contoh kasus pada gempa di Yushu, China pada 2010, orang dewasa yang terdampak menunjukkan adaptasi sekolah yang buruk dalam lima tahun setelah kejadian. Dampak tersebut lebih terlihat pada peserta didik laki-laki, siswa junior, dan mereka yang tidak mendapat aktivitas konstruktif pasca bencana.

Hal itu dinilai menunjukkan dampak jangka panjang bencana terhadap siswa yang lebih muda dan perlunya layanan kesehatan mental dalam jangka panjang.

Performa Akademik Bisa Terlambat 1,5-2 Tahun

Dalam studi lain berjudul "Human Capital Accumulation and Disasters: Evidence from Pakistan Earthquake of 2005" oleh Tahir Andrabi dkk, juga memuat bagaimana dampak bencana terhadap anak-anak. Penelitian ini bahkan mengkalkulasi bagaimana akibat bencana terhadap pendapatan anak-anak kelak saat dewasa.

Riset ini fokus pada gempa di Pakistan pada 2005. Beberapa dampak bencana yang mereka temukan pada para pelajar adalah:

  • Rata-rata, nilai ujian anak-anak yang terdampak gempa, tertinggal 1,5 hingga 2 tahun dari teman-teman sebayanya di wilayah yang tidak terdampak. Hal ini terjadi meskipun rumah tangga terdampak gempa bumi menerima kompensasi finansial yang signifikan, yang memungkinkan kondisi kesehatan orang dewasa dan infrastruktur masyarakat pulih sepenuhnya.
  • Penutupan sekolah hanya menyumbang 10% dari hilangnya nilai ujian. Jauh lebih banyak lagi yang hilang setelah anak-anak kembali bersekolah, kemungkinan karena anak-anak tertinggal dalam kurikulum dan tidak mampu mengejar ketertinggalan.
  • Para penulis menghitung, jika defisit tersebut berlanjut hingga dewasa, kelompok yang terdampak dapat kehilangan 15% pendapatan mereka setiap tahun selama sisa hidup mereka.



(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads