Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti tegaskan bila anak disabilitas atau anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak boleh lagi jadi korban bullying. Hal itu disampaikannya dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional 2025 yang digelar di Yogyakarta, Rabu (3/12/2025).
"Selama ini dalam data-data yang kami miliki, seringkali mereka yang menjadi korban perundungan (bullying) adalah anak-anak yang berkebutuhan khusus dan itu tidak boleh terjadi lagi di masa-masa yang akan datang," tegas Mu'ti dikutip dari tayangan YouTube Kemendikdasmen.
Wujudkan Melalui Permendikdasmen Baru
Untuk mewujudkan hal itu, Mu'ti mengaku tengah melakukan harmonisasi Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendikdasmen) tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP). Peraturan baru ini dihadirkan dalam upaya untuk mewujudkan sekolah yang aman dan nyaman.
"Poin penting dari sekian pasal yang ada dalam rancangan peraturan menteri itu adalah bagaimana kita berusaha semaksimal mungkin menjadikan sekolah sebagai rumah kedua bagi anak-anak kita," jelas Sekum PP Muhammadiyah itu.
Ia ingin sekolah ke depannya berfungsi sebagai lingkungan sosial. Di mana, semua anak terjamin mendapat lingkungan pendidikan yang nyaman bagi semua anak, termasuk murid disabilitas.
"Kita berusaha melalui Permendikdasmen itu membangun budaya sekolah yang lebih humanis, yang manusiawi, dan yang memanusiakan semua insan pendidikan yang ada di dalamnya, termasuk anak-anak yang berkebutuhan khusus," sambungnya lagi.
Upaya Hadirkan Pendidikan Inklusi
Selain menghadirkan Permendikdasmen terkait PPKSP, Kemendikdasmen menurut Mu'ti terus berupaya menghadirkan pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi berarti semua anak dengan beragam kondisi bersekolah di satu tempat yang sama.
Hal ini diwujudkan dari berbagai kebijakan, yakni:
1. Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB)
SPMB mulai 2025 memiliki jalur khusus untuk calon peserta didik disabilitas, yakni jalur afirmasi. Jalur afirmasi dijelaskan Menteri Mu'ti memberikan peluang dan kesempatan secara khusus bagi anak dari keluarga dengan ekonomi kurang mampu dan ABK.
"Kita membuat kebijakan bahwa semaksimal mungkin sekolah-sekolah harus menerima anak-anak berkebutuhan khusus, selain tentu kita berusaha untuk tetap mengembangkan sekolah luar biasa," ungkapnya.
2. Ketersediaan Guru Pembimbing
Tidak melulu soal finansial, menghadirkan sekolah inklusi juga mengalami kendala kurangnya sumber daya manusia (SDM). Mu'ti tak bisa memungkiri bila saat ini pihaknya masih kekurangan guru yang mampu mendampingi murid ABK.
Dalam menghadapi hal itu, pada 2026 Kemendikdasmen akan memberikan pelatihan bagi guru pendamping yang akan menemani murid ABK di sekolah inklusi dan SLB. Hal ini diharapkan Menteri Mu'ti bisa menjadi solusi bagi kekurangan pendamping untuk anak ABK.
"Guru-guru yang mendampingi itu pun nanti penugasannya kita hitung sebagai bagian dari pemenuhan tugas mereka yaitu 24 jam dalam 1 minggu, sehingga mereka tidak mendapatkan beban yang lebih tetapi ada tambahan atau tugas yang bisa kita hitung dengan pemenuhan itu," paparnya.
3. Revitalisasi Satuan Pendidikan
Program revitalisasi satuan pendidikan juga menerapkan keberpihakan kepada ABK. Menurut Mu'ti, Presiden Prabowo Subianto meminta agar ABK memiliki akses yang dimudahkan supaya merasa nyaman di sekolah.
Untuk itu, dalam proses pembangunan toilet baru, salah satu bilik toilet dikhususkan bagi ABK. Hal ini ditegaskannya sudah dimulai sejak 2025 lalu.
4. Bangun Kesadaran Publik
Terakhir namun tak kalah penting, Kemendikdasmen akan membangun kesadaran dan pemahaman publik tentang ABK. Baginya, ABK adalah anak-anak istimewa yang punya bakat dan potensi bahkan lebih tinggi dari anak-anak normal lainnya.
Selain itu, Kemendikdasmen ingin membangun budaya masyarakat yang lebih berpihak kepada ABK. Salah satu caranya dengan memberikan advokasi agar ruang-ruang publik memberikan akses bagi ABK.
"Baik bangunan, sarana transportasi, maupun fasilitas publik yang lainnya," ucapnya.
Menteri Mu'ti yang dengan memberikan kesempatan kepada ABK untuk tumbuh dengan baik, mereka juga bisa menjadi anak-anak yang hebat. Peringatan Hari Disabilitas Internasional baginya adalah awal agar pelayanan bisa lebih baik lagi.
"Agar anak-anak kita yang berkebutuhan khusus dapat memperoleh hak-hak mereka dan sekali lagi mereka adalah bagian dari masyarakat kita, kita pandu bersama-sama, kita dampingi untuk mencapai cita-cita mereka yang sangat mulia," tandasnya.
Simak Video "Video: Hari Disabilitas Internasional, Yuk Belajar Bahasa Isyarat Indonesia!"
(det/nwk)