Pelaksanaan TKA jenjang SMA/sederajat telah berlangsung pada awal November lalu. Kini, siswa tinggal menunggu hasil TKA yang akan keluar pada Januari mendatang.
Nilai Tes Kemampuan Akademik (TKA) ininantinya akan digunakan untuk memetakan kemampuan siswa di Indonesia. Selain itu, nilaiTKA juga akan menjadivalidator nilai rapor jalur masukPTN Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, Abdul Fikri Faqih selaku anggota Komisi X DPR menyatakan ketidaksetujuannya jika nilai TKA menjadi nilai rapor masuk PTN.
Apa alasannya?
Sederet Kritik DPR Soal TKA
Fikri mengungkapkan masih banyak hal yang perlu dibenahi dalam TKA kali ini. Ia menyoroti pelaksanaan TKA yang terlambat karena adanya pengawas dan penyelia dari PTN pada sesi pertama.
"Kemudian ada dampak-dampaknya tidak sinkron antara waktu pelaksanaan di peserta yang sesuai dengan billing waktu yang berjalan di server," ujar Fikri dalam rapat kerja Kemendikdasmen dengan Komisi X DPR disiarkan dalam Youtube Komisi X DPR RI Channel, Rabu (26/11/2025).
Selain itu,Fikri juga menemukan kebingungan siswa saat pelaksanaan simulasiTKA dengan gladi bersih. Menurutnya, siswa tidak bisa membedakan antara kedua agenda persiapan ini.
"Pelaksanaan simulasi dengan gladi bersih itu beda, sehingga siswa bingung," ujarnya.
Mengenai soal, Fikri menemukan adanya perbedaan kisi-kisi TKA yang telah dibagikan dengan soal riil ujian. Waktu pengerjaan juga dinilai terlalu cepat. Fikri membeberkan jika dalam 45 menit siswa harus bisa menyelesaikan 25 soal.
"Sehingga satu menit 48 detik. Untuk soal-soal tertentu tidak mungkin meskipun mungkin anak cerdas," ujar Fikri.
"Hasil TKA ini sebaiknya tidak jadi validator nilai rapor jalur masuk perguruan tinggi negeri," imbuhnya.
Kegiatan Belajar-Mengajar Belum Selesai
Lebih lanjut, Fikri menemukan kegiatan pembelajaran di sekolah yang belum selesai juga berdampak pada pelaksanaan TKA kali ini. Siswa mengeluhkan ada materi yang belum diajarkan tapi muncul dalam soal TKA kemarin.
"Kemudian pembelajaran belum selesai tapi adaTKA sehingga banyak yang mungkin menganggap bahwa ini belum pernah kami dapat materi begini. Kemudian diasesmen itu kan kalau untuk mengukur dia serapannya dan sebagainya. Tapi kalau belum pernah disampaikan, kan bingung juga," ungkapFikri.
Menurut Fikri, pelaksanaan TKA kali ini sudah cukup bagus. Tapi perlu ada perbaikan ke depannya.
"TKA kali ini saya kira selangkah lebih bagus tapi ini jadi alat untuk pembelajaran, untuk perbaikan, TKA yang akan datang," pungkasnya.
(nir/nah)











































