Amerika Latin merupakan sebuah kawasan istimewa di mata Presiden Sukarno. Pada 1959 secara khusus, ia melawat ke beberapa negara di wilayah tersebut. Dimulai dari Brasil, Argentina, Venezuela, dan Meksiko.
Selama beberapa hari di Meksiko di akhir Mei 1959, Bung Karno melakukan beberapa kegiatan di antaranya mengunjungi beberapa sekolah. Salah satu sekolah yang berlokasi di Tacuba, akhirnya diubah namanya La Escuela Republica de Indonesia.
Sejak lawatan perdana itu, kerja sama diplomatik antara Indonesia dan Meksiko kian erat dari tahun ke tahun. Presiden Sukarno tercatat dua kali kembali mengunjungi Negeri Sombrero tersebut, masing-masing pada 1960 dan 1961.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setahun kemudian, giliran Presiden Adolfo LΓ³pez Mateos yang menyambangi Jakarta sebagai bentuk kunjungan balasan, menandai babak baru persahabatan kedua bangsa. Sebagai bentuk penghormatan, salah satu sekolah yang berada di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan mendapat penamaan sebagai Sekolah Mexico.
Dari Sekolah Belanda hingga Jadi Simbol Persahabatan 2 Negara
Pengelola Sarana dan Prasarana SDN Gunung 05 Pagi, Muhammad Rizki Ramadhan, SPd I, menuturkan awal mula sekolah ini bisa memiliki sebutan tersebut. Ia mengatakan, bangunan sekolah ini awalnya adalah sekolah Belanda.
Sekolah ini muncul pada tahun 1954. Kala itu sekolah berada di Jalan Hang Lekir 2, Jakarta Selatan. "Riset selanjutnya di artikel juga pada tahun 55 atau 56 itu ada juga yayasan Belanda," jelasnya kepada 20Detik, dikutip Senin (27/10/2025).
Namun perjalanan sekolah Belanda itu tidak berlangsung lama. Pada tahun 1957-1958 pemerintah menutup sekolah-sekolah asing di Indonesia. Dampaknya, sekolah ini ikut ditutup dan berubah nama menjadi Sekolah Rakyat Blok H. Tak lama dari itu, perubahan besar kemudian terjadi pada 1962.
Sekolah tersebut diresmikan oleh Presiden Sukarno bersama Presiden Meksiko saat itu, Adolfo LΓ³pez Mateos. Momentum ini sekaligus mengubah nama sekolah menjadi Escuela Republica de Mexico.
"Berangkat lagi tahun ke 1962. Nah, dari situ sudah diresmikan sekolah oleh dua kepala negara yaitu Presiden Sukarno dan juga oleh Adolfo Lopez Mateos saat itu," kata Rizki.
Sekolah Satukan Sejarah-Budaya Indonesia dan Meksiko
Tak hanya nama, unsur budaya Meksiko pun sempat hidup di sekolah tersebut. Pada tahun 1970 diterapkan kurikulum tambahan yang turut mengangkat kerja sama kedua negara.
Bahkan saat upacara, ada dua bendera yang dikibarkan. Rizki mengatakan pengibaran dua bendera tersebut menjadi momen unik yang hingga saat ini dikenang para alumni.
"Dua tiang bendera itu cerita alumni-alumni tua saat itu. Jadi saat upacara itu ada dua bendera naik, gitu loh. Dua bendera naik, bendera Indonesia dan bendera Mexico," katanya.
Sekolah Sempat Dipecah Lalu Disatukan Kembali
Memasuki tahun 1979, nomenklatur sekolah kembali berubah. Escuela Republica de Mexico dipecah menjadi dua yakni SDN Gunung 05 Pagi dan SDN Gunung 06 Petang.
Perubahan kembali terjadi tahun 2013 melalui kebijakan regrouping. Kebijakan menyatukan dua sekolah tadi menjadi SDN Gunung 05 Pagi.
"Dua sekolah tadi digabungkan menjadi satu menjadi SDN Gunung 05 Pagi dan sampai dengan sekarang nomenklaturnya kembali berubah hanya SDN Gunung 05," beber Rizki.
Setelah perjalanan panjang itu, sekolah ini kini berdiri tegak sebagai warisan sejarah Jakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 732, bangunan SDN Gunung 05 Pagi resmi ditetapkan sebagai cagar budaya DKI Jakarta.
"Setelah proses-proses panjang dan alhamdulillah setelah melewati fase-fase itu ya sekarang berdirilah SDN Gunung 05 yang sudah di-SK-kan oleh Gubernur saat ini menjadi salah satu bangunan cagar budaya melalui surat keputusan Gubernur Nomor 732" ungkap Rizki.
Simak Video "Video: Momen Wapres Gibran Ziarah ke Makam Bung Karno di Blitar"
[Gambas:Video 20detik]
(cyu/pal)








































.webp)













 
     
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
 