Dosen UB Soroti Kasus Keracunan Massal MBG, Perlukah Diberhentikan?

ADVERTISEMENT

Dosen UB Soroti Kasus Keracunan Massal MBG, Perlukah Diberhentikan?

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 01 Okt 2025 12:00 WIB
SD Juwet Kecamatan Porong saat menikmati porsi MBG
Pelaksanaan MBG. Foto: Suparno/detikJatim
Jakarta -

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali jadi sorotan usai munculnya kasus keracunan massal di sejumlah daerah. Kebijakan yang digagas pemerintah ini menuai pro dan kontra dari berbagai pihak.

Beberapa daerah telah mencatat kasus keracunan akibat MBG ini. Terbanyak terjadi di Bandung Barat yakni sekitar 1.333 siswa yang jadi korban (data per 25 September 2025).

Data dari Jaringan Pemantai Pendiidkan Indonesia (JPPI) per 27 September 2025 mencatat total siswa yang keracunan akibat MBG mencapai 8.649 anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MBG Perlu Dievaluasi secara Menyeluruh

Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Brawijaya (UB), Tia Subekti, S IP, MA, menilai pemerintah perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap implementasi program tersebut. Menurutnya, tujuan utama MBG memang baik.

ADVERTISEMENT

Tujuan MBG adalah untuk memperbaiki gizi, menekan angka kematian, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun sayang, pelaksanaannya masih menyisakan banyak persoalan.

"Yang perlu dicek kembali adalah implementasinya seperti apa," ujar Tia dalam keterangan resminya, Rabu (1/10/2025).

Tia menyebut ada beberapa indikator penting yang harus diperhatikan, mulai dari efektivitas kebijakan, efisiensi anggaran, hingga ketepatan dampak jangka panjang. Ia juga menyoroti pemerataan dan kualitas pengawasan.

Tia melihat di beberapa daerah pihak yang dilibatkan dalam distribusi makanan belum sepenuhnya kompeten. Sehingga rawan menimbulkan masalah.

MBG Tetap Layak Dilanjutkan

Meski demikian, Tia menilai program MBG tetap layak untuk dilanjutkan. Pasalnya, pemerintah sudah mengeluarkan investasi yang cukup banyak.

"Pemerintah sudah investasi dana sebanyak itu, ada badan tersendiri untuk mengurusi, kemudian sudah rekrutmen SDM sebanyak itu. Jika dihentikan akan sangat sayang sekali," jelasnya.

Tia menyarankan beberapa solusi atas permasalahan MBG ini. Ia mendorong adanya pengawasan lebih ketat.

Selain itu, ia berpendapat bahwa transparansi dan akuntabilitas harus ditingkatkan supaya distribusi makanan benar-benar merata dan sesuai standar di seluruh daerah.




(cyu/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads