Sederet Kritik Publik pada SPMB Perdana, Daya Tampung Kurang-Untungkan Siswa Tertentu

ADVERTISEMENT

Sederet Kritik Publik pada SPMB Perdana, Daya Tampung Kurang-Untungkan Siswa Tertentu

Trisna Wulandari - detikEdu
Selasa, 30 Sep 2025 20:00 WIB
Petugas melayani warga yang datang ke Posko Pelayanan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) di Kantor Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Kamis (5/6/2025). Mereka memberikan penjelasan terkait proses seleksi dan syarat-syarat masuk sekolah negeri di Ibu Kota.
Begini kritik dan dukungan terhadap SPMB 2025 dari murid, orang tua murid, pemda, kepala sekolah, guru, dan pengamat pendidikan menurut laporan survei SPMB KIC. Foto: Trisna Wulandari/detikcom Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) digelar perdana pada 2025. Sederet kritik publik menyorot kurangnya daya tampung, pemenuhan hak anak atas pendidikan, dan potensi menguntungkan anak dari keluarga sejahtera saja.

Kritik tersebut tercatat dalam laporan Persepsi Publik terhadap Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) dari Katadata Insight Center (KIC), dipublikasi Selasa (30/9/2025).

Laporan ini terbagi atas riset kualitatif dan kuantitatif. Kritik-kritik terkait SPMB dihimpun dari in-depth interview bersama 6 stakeholders yang terdiri dari orang tua murid SMP, murid SMP, guru SMP (panitia SPMB), kepala sekolah SMA, dinas pendidikan, dan pengamat pendidikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seleksi Akademik Lebih Adil, Tapi...

Laporan menunjukkan, para stakeholders menilai seleksi akademik pada SPMB lebih adil. Murid yang berprestasi tidak perlu khawatir saat jarak rumah dengan sekolah cukup jauh. Mereka bisa memperkirakan peluang diterima sekolah negeri berdasarkan nilainya.

ADVERTISEMENT

Alhasil, seleksi dengan mempertimbangkan hasil akademik pada SPMB dipandang meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini turut mendukung kualitas atau kemampuan murid.

Penyempurnaan kriteria seleksi pada jalur prestasi SPMB juga dipandang dapat mengakomodasi keragaman kemampuan murid.

Di sisi lain, para stakeholders mengkritisi persaingan akademik pada SPMB akan cenderung lebih menguntungkan anak dari keluarga sejahtera saja, yang mampu bersaing dan berprestasi.

Mereka menegaskan, akses ke layanan pendidikan bukan sebuah kompetisi, tetapi hak anak untuk bersekolah. Hak ini tidak hanya untuk anak-anak yang berprestasi, melainkan semua anak.

Research & Analytics Manager KIC Satria Triputra Wisnumurti mengatakan, para stakeholders juga menyorot kurangnya daya tampung sekolah negeri mengakibatkan pihak sekolah melakukan seleksi ketat.

"Jadi waktu itu stakeholder mengatakan bahwa seandainya sekolah semua bisa menampung, itu nggak perlu kan ada sistem-sistem semacam ini," kata Satria pada peluncuran laporan survei di Pintar Campus, Jakarta, Selasa (30/9/2025).

Pro-Kontra SPMB Perdana

Versi Pemda

+ Pemerintah daerah (pemda) menyambut positif perubahan sistem
+ Setiap adanya perubahan dinilai sebagai bentuk perbaikan menuju sistem yang lebih adil
+ Pemda berkomitmen melaksanakan apapun yang diamanatkan pemerintah pusat

Versi Orang Tua dan Murid

+ Orang tua murid lebih menyukai sistem SPMB yang mempertimbangkan kemampuan akademik karena dinilai lebih
terukur untuk menyusun strategi masuk ke sekolah tujuan
- Perlu ada standar untuk memitigasi potensi kecurangan nilai

Versi Kepala Sekolah dan Guru

+ Pihak sekolah mengapresiasi berkurangnya kuota jalur domisili dan
bertambahnya kuota jalur prestasi
+ Kemampuan akademik yang menjadi prioritas pertimbangan dinilai lebih adil bagi murid yang berprestasi

Versi Pengamat Pendidikan

+ Pengamat mengapresiasi pemerintah masih mempertahankan 4 jalur penerimaan
- Adanya pertimbangan kemampuan akademik pada jalur domisili membuat SPMB dinilai lebih mementingkan meritokrasi ketimbang pemenuhan hak.




(twu/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads