Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) telah meluncurkan Tes Kemampuan Akademik (TKA) untuk siswa SD hingga SMA. Tes ini akan dimulai pada jenjang SMA/sederajat pada November 2025 nanti.
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ulhaq menyampaikan pesan kepada siswa peserta TKA untuk tidak mencemaskan tes ini. Pasalnya, TKA bukanlah penentu kelulusan.
TKA diadakan sebagai alat ukur capaian belajar siswa dan peningkatan kualitas pembelajaran di Indonesia. Meski bentuknya mirip ujian, TKA bukan seperti Ujian Nasional (UN) yang menentukan kelulusan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi jangan dijadikan beban seperti ujian," kata Fajar dalam keterangannya, Minggu (7/9/2025).
Baca juga: Serba-serbi TKA, Segera Digelar Mulai 2025 |
TKA Bersifat Tidak Wajib
Fajar mengatakan TKA bersifat tidak wajib. TKA juga hanya sebagai validator nilai rapor untuk seleksi masuk perguruan tinggi/sejenisnya atau seleksi masuk jenjang berikutnya.
"Saya mendengar di beberapa grup WhatsApp orang tua sudah ramai dan risau mendengar TKA ini. Padahal TKA sifatnya pilihan sehingga tidak wajib alias sukarela tergantung kebutuhan ade-ade ke depan," tegasnya.
Wamen Fajar mengajak siswa maupun orang tua untuk menyambut TKA dengan cara yang positif. Menurutnya, TKA adalah upaya awal untuk mengevaluasi pembelajaran secara nasional, tetapi tidak menjadi satu-satunya penentu kelulusan siswa.
"Mari sambut TKA dengan asyik dan gembira, sepertinya halnya pendekatan pembelajaran mendalam yang dilucurkan oleh Pak Menteri Abdul Mu'ti yaitu mengutamakan proses belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan" ajaknya.
Bijak Gunakan Media Sosial
Setelah adanya kabar-kabar negatif soal TKA di media sosial, Wamen Fajar juga mengingatkan pentingnya bijak menyikapi konten. Ia melihat banyak informasi yang bisa menyesatkan dan memicu provokasi, apalagi jika tidak diverifikasi kebenarannya.
"Ade-ade semua adalah penerus bangsa ini, maka harus hati-hati dalam melihat konten-konten di media sosial, terutama konten provokatif dan mengandung hasutan padahal belum tentu mengandung kebenaran," pesannya.
Guru dan Orang Tua Perlu Terlibat Aktif
Selain itu, Fajar mengajak para guru serta orang tua untuk senantiasa mendampingi proses belajar siswa. Termasuk dalam penggunaan media sosial.
"Saya titip kepada semuanya yang hadir, mari menjaga proses pembelajaran dengan baik, karena iklim yang kondusif membuat kita sama sama-sama optimis Indonesia ke depan akan menjadi lebih baik," pungkasnya.
(cyu/nah)











































