Saat Anggota Komisi X DPR Sebut Dongeng Lebih Baik dari Mapel Koding-AI

ADVERTISEMENT

Saat Anggota Komisi X DPR Sebut Dongeng Lebih Baik dari Mapel Koding-AI

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 27 Agu 2025 10:30 WIB
Anak-anak MI Muhammadiyah Al Tanbih antusias merakit robot pemilah sampah dalam Festival dan Lomba Berpikir Komputasional di Kudus, Minggu (27/7/2025). Kegiatan ini memberi ruang bagi siswa untuk memecahkan masalah nyata lewat teknologi.
Ilustrasi belajar koding-AI. Kebijakan penerapan koding-AI dikritik Komisi X DPR RI, Mendikdasmen jawab begini. Foto: Dok. Djarum Foundation
Jakarta -

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) resmi menerapkan koding dan artificial intelligence (AI) menjadi mata pelajaran (mapel) pilihan tahun ajaran 2025/2026. Mapel ini dianggap penting untuk menyongsong keterampilan yang paling dibutuhkan pada 2030 menurut data World Economic Forum.

Kendati memiliki visi jangka panjang, anggota Komisi X DPR RI dari fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Muhammad Hoerudin Amin mengkritik berlakunya mapel pilihan koding-AI. Menurutnya pada tingkat pendidikan dasar (SD), murid lebih baik dibangun konsep dasarnya.

Alih-alih menerapkan mapel koding-AI, ia menyarankan lebih baik anak diperdengarkan dongeng. Tidak hanya murah, ia mengungkap dongeng dapat lebih mencerdaskan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jangan sok mewah kita belajar koding-AI, tetapi anak jadi bodoh walaupun informasinya deras. Ini kecerdasan itu kan dalam konteks bagaimana kecerdasannya terolah, terbangun, terbentuk. Makanya tradisi dongeng itu lebih mencerdaskan daripada tradisi visualisasi," ucapnya dalam Rapat Kerja Komisi X DPR RI dengan Mendikdasmen yang disiarkan secara daring, Selasa (26/8/2025) ditulis Rabu (27/8/2025).

Dongeng menurut Hoerudin sudah menjadi tradisi dan mampu mengembangkan tingkat imajinasi anak secara murah, dibanding koding-AI yang memerlukan modal besar. Modal besar ini menurutnya bisa dikembangkan ke dalam konsep pembelajaran yang lain.

ADVERTISEMENT

Mendongeng Bisa Dilakukan dengan Koding-AI

Menjawab kritikan tersebut, Mendikdasmen Abdul Mu'ti menegaskan bila koding-AI masih bersifat mata pelajaran pilihan bukan wajib. Alasannya karena belum semua sekolah memiliki sarana prasarana yang mendukung.

"Juga belum semua guru memiliki kemampuan itu, sehingga sekarang kami terus melakukan pelatihan pembelajaran mendalam, koding, kecerdasan artifisial, dan bimbingan konseling untuk memperbaiki persoalan karakter anak-anak kita," ungkap Mu'ti.

Menteri Mu'ti juga menjawab terkait mana yang lebih penting antara dongeng dan koding-AI. Baginya, proses mendongeng bisa dilakukan menggunakan koding dan AI.

"Karena sekarang memang kalau kita mengikuti World Economic Forum, skill yang paling diperlukan untuk 5 tahun yang akan datang itu ranking satunya adalah AI dan big data, sehingga anak-anak kita memang sejak awal sudah diberi kemampuan itu," bebernya.

Bukan untuk menggantikan koding-AI, Mu'ti menyebut kementeriannya juga punya program sejenis mendongeng. Program itu ditekankan oleh Badan Bahasa.

"Bahkan kami melakukan gerakan-gerakan berbasis keluarga untuk menghidupkan kembali tradisi literasi berbasis keluarga," tandasnya.




(det/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads