Kehadiran teknologi khususnya artificial intelligence (AI) menjadi hal yang tidak bisa dihindari di kehidupan masa kini. Penggunaan AI meluas di berbagai bidang, termasuk juga pendidikan.
Kini, anak dan guru bisa menggunakan AI menjadi bagian dari proses pembelajaran. Hal ini juga menjadi perhatian pemerintah, yakni Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang menghadirkan koding dan AI sebagai mata pelajaran pilihan.
Namu, apakah penggunaan AI secara terus-menerus dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AI Justru Bantu Kembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Director of International Schools IPEKA Christian School, Yuliana menyebut penggunaan AI tidak akan mengurangi kemampuan berpikir kritis pada siswa. AI dan manusia menurutnya punya cara kerja kerja dan tujuannya sendiri-sendiri.
Satu hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan AI di sekolah menurut Yuliana adalah cara membuat prompt yang benar. Cara membuat prompt yang baik dan benar bukan hanya perlu diketahui oleh murid tapi juga guru.
"Berdasarkan pengalaman saya sendiri, membuat prompt itu tidak mudah dan juga bagaimana nanti ketika kita mendapat respons, saya bilang itu bukan jawaban karena beberapa jawaban mungkin error atau semacamnya," kata Yuliana dalam acara Indonesia Future of Learning Summit 2025 di Hotel Episode, Gading Serpong, Sabtu (23/8/2025).
Respons AI tidaklah semuanya benar, terkadang jawaban yang ditampilkan salah atau memiliki unsur pembaruan. Oleh karena itu, cara membuat prompt dan membaca respons sangat penting ditanamkan oleh guru dan siswa.
Yuliana juga menyarankan bila pemangku kepentingan kini harus memiliki kebijakan yang sangat jelas tentang plagiarisme. Kebijakan ini akan menjadi dasar yang penting sebelum memulai segala sesuatu yang berkaitan dengan AI.
"Jadi, sebagai pemimpin sekolah, sebagai pengambil keputusan, saya pikir kita harus mulai dari kebijakan," ungkapnya.
Ia juga menekankan agar guru mendapat bimbingan yang serius terkait penggunaan AI selama proses belajar mengajar. Mengingat guru harus jadi sosok utama yang berinteraksi dengan murid setiap harinya.
"Jadi, murid kita, guru-guru kita, terutama guru-guru kita, harus dibekali dengan baik sebelum mereka memahami atau menerapkan AI di sekolah. Jadi, saya pikir ini bukan hanya tentang berpikir kritis, tetapi bagaimana kita juga membantu murid kita untuk lebih kritis ketika mereka membaca respons dari AI," pungkasnya.
(det/nwk)