Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi rilis Buku Teks Utama (BTU) Pendidikan Pancasila. Kehadiran buku ini diharapkan bisa menguatkan karakter kebangsaan pada murid jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Menurut Yudian, BTU merupakan instrumen penting sesuai amanat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 Tahun 2022 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada aturan tersebut, pemerintah menetapkan Pendidikan Pancasila sebagai muatan wajib dalam kurikulum seluruh satuan pendidikan dasar dan menengah di Indonesia.
"Oleh karena itu, kehadiran BTU Pendidikan Pancasila diharapkan dapat mengembalikan nilai-nilai Pancasila ke dalam diri seluruh bangsa Indonesia dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu disampaikan Yudian dalam paparannya ketika membuka acara Rakornas "Pembentukan Karakter Anak Bangsa melalui Efektivitas Penerapan Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Agama pada Satuan Pendidikan RA, MI, MTs, MA/MAK" di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (31/7/2025).
Kelebihan BTU Pendidikan Pancasila
Diketahui, BTU disusun bersama 120 ahli dari berbagai bidang yang terdiri dari 24 buku siswa dan guru. Kelebihan BTU Pendidikan Pancasila adalah menampilkan materi yang sesuai dengan fakta sejarah.
Lantaran disusun oleh pakar dan praktisi pendidikan, BTU memuat capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, hingga materi Pancasila yang berdasarkan sumber-sumber dokumen otentik. Fakta sejarah yang ditampilkan dalam buku ini memuat sejak kelahiran, perumusan, dan penetapan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, serta pandangan hidup bangsa.
Melalui BTU, Yudian berharap nilai-nilai Pancasila yang sempat terputus selama dua dekade lebih sejak Reformasi 1998 bisa ditumbuhkan lagi kepada peserta didik. Nilai-nilai ini disebutnya terputus lantaran Pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dihapuskan dalam kurikulum nasional.
Perbedaan lain yang hadir dalam BTU adalah muatan materinya. BTU Pendidikan Pancasila terbaru memiliki muatan materi kognitif sebanyak 30% dan materi afektif-psikomotorik sebanyak 70%.
"Ini bermakna bahwa BTU Pendidikan Pancasila lebih menekankan pada bentuk praktik aktualisasi Pancasila agar menjadi kebiasaan para peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat,"
jelasnya.
Salah satu metodologi yang dibangund alam BTU Pendidikan Pancasila adalah role playing atau bermain peran. Dengan bermain peran, akan ada proses dialektika dan pemecahan masalah, sehingga proses penanaman nilai-nilai Pancasila tidak hanya dihafal tetapi juga dihayati, dirasakan, hingga muncul empati.
Bukan hanya murid, BTU juga akan menjadi buku pegangan guru. Yudian berharap melalui BTU, guru tidak sekedar berfungsi sebagai pengajar tetapi juga pendidik yang membentuk karakter bangsa.
"Melalui keteladanan, kesabaran, dan dedikasi yang diberikan, guru tidak hanya mampu menjelaskan makna kelima sila Pancasila melalui hafalan, melainkan juga melalui praktik-praktik nyata dalam dunia pendidikan," tandasnya.
(det/det)