Sekolah Rakyat (SR) siap melaksanakan proses belajar mengajar tahun ajaran 2025/2026 pada Senin, 14 Juli mendatang. Menyambut hari pertama sekolah, setiap siswa yang berhasil diterima mengikuti simulasi Sekolah Rakyat di Sentra Handayani, Cipayung, Jakarta Timur.
Tiga di antara 75 siswa yang siap memulai tahun ajaran baru ini adalah Azka, Zahwa, dan Herlina. Diantar oleh orang tua dan sanak saudara, ketiganya mengaku sangat senang akan bersekolah di Sekolah Rakyat.
Dengan antusias Zahwa mengaku gedung SR Sentra Handayani yang akan menjadi tempatnya belajar sangatlah bagus. Ia juga sudah berkeliling dan menyatakan fasilitas SR akan mendukung proses belajarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seneng pake banget, karena waktu melihat ke sini ya gedungnya tuh keliatannya nyaman, asri, fasilitasnya juga semua ini menjamin hidup banget," tuturnya kepada detikEdu saat acara Simulasi Sekolah Rakyat di Sentra Handayani, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (9/7/2025) ditulis Kamis (10/7/2025).
Senang, Tapi Sedih Tak Bisa Sering Bertemu Orang Tua
Di balik perasaan senang karena memiliki sekolah yang bagus sekaligus teman-teman baru, Azka, Zahwa, dan Herlina menyimpan perasaan sedih. Seperti yang diketahui, Sekolah Rakyat memiliki sistem boarding school atau asrama.
Sehingga, siswa-siswi yang diterima tidak diperkenankan untuk pulang ke rumah dalam pada akhir pekan. Mereka nantinya diperkenankan pulang ke rumah pada hari-hari libur nasional tertentu seperti lebaran atau Hari Natal.
Mengetahui ketentuan libur tersebut, Azka mengaku sedih. Ia yakin kalau tidur di asrama bukan hal yang mengkhawatirkan karena Azka sudah sering menginap di rumah saudaranya.
Walau baru masa simulasi ia terkadang teringat dengan sang ibunda. Hal ini ia khawatirkan terjadi ketika malam-malam di mana ia tidak bisa tidur.
"Kalau malam-malam tidur biasa saja, tapi kalo misalnya lagi nggak bisa tidur kadang-kadang ingat mamah terus nangis gitu, sedih," ungkapnya.
Kendati demikian, sosok yang bercita-cita ingin menjadi seorang arsitek itu mengaku perasaan sedih akan segera berlalu. Mengingat ia bertemu dengan teman-teman yang mendukung dan bersekolah di tempat berfasilitas mumpuni.
Perasaan sedih serupa juga dirasakan Herlina. Sebelum akhirnya memutuskan untuk bersekolah di SR demi mewujudkan cita-cita menjadi dokter, ia mengaku selalu tidur bersama sang mama.
Namun, setelah sampai di Sekolah Rakyat, Herlina yakin bisa melalui rasa sedihnya itu dengan bantuan teman-teman barunya yang sudah membuatnya nyaman meski baru bertemu.
Harapan Siswa Sekolah Rakyat
Meski suasana momen simulasi SR dipenuhi canda dan senyum, tak semua cerita berangkat dari kemudahan. Sebagian besar siswa yang mengisi bangku Sekolah Rakyat ini datang dari keluarga prasejahtera.
Mereka adalah anak-anak pilihan yang lolos seleksi berdasarkan status ekonomi keluarga. Bagi mereka, hadirnya Sekolah Rakyat bukan sekadar tempat belajar, tetapi sebuah peluang langka yang selama ini mungkin terasa jauh dari jangkauan.
Untuk itu, baik Azka, Herlina, dan Zahwa berharap SR adalah gerbang awal untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Azka berharap, prestasinya di SR nanti bisa membanggakan ayah dan mamanya.
"Bisa membanggakan mama dan ayah bangga di masa depan," ucapnya lirih.
Hal serupa juga disampaikan HErlina yang mengaku ingin menjadi sosok yang berprestasi. Dengan begitu, cita-citanya menjadi dokter bisa tercapai.
Berasal dari keluarga sederhana dengan ayah bekerja sebagai buruh serabutan dan ibu sebagai ibu rumah tangga, Zahwa juga ingin meneruskan prestasi yang sudah dijaganya sejak SD. Ia ingin menjadi sosok yang bisa berkembang dan menjalani berbagai kegiatan yang bisa meningkatkan hobinya di bidang membuat kue.
"Harapannya aku bisa berkembang lebih baik daripada waktu SD, aku (ingin) lebih jadi anak yang disiplin, pergaulannya lebih baik. Aku mau (ada) kegiatan kaya acara masak-masak gitu, biar aku bisa lebih ngembangin bakat aku, aku mau jadi pengusaha kuliner, pengen buka toko kue," pungkasnya dengan ceria.
(det/nah)