Praktisi: Masuk Sekolah Lebih Pagi Belum Tentu Bikin Disiplin, Ini Dua Alasannya

ADVERTISEMENT

Praktisi: Masuk Sekolah Lebih Pagi Belum Tentu Bikin Disiplin, Ini Dua Alasannya

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 13 Jun 2025 14:00 WIB
Sejumlah siswa Sekolah Dasar (SD) mengibarkan bendera merah putih di pinggir Jalan Raya Bogor, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/8/2023). Kegiatan tersebut diikuti ratusan Siswa SD untuk menyambut HUT Kemerdekaan Indonesia ke-78. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Siswa SD. Foto: ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Jakarta -

Siswa dari jenjang PAUD hingga SMA di Jawa Barat kini masuk sekolah serentak pukul 06.30 WIB. Sebagian masyarakat setuju, tetapi tidak sedikit juga yang menilai kebijakan ini kurang relevan dan perlu kajian lebih lanjut.

Salah satu praktisi yang memiliki catatan mengenai kebijakan ini adalah Kepala Sekolah Cikal Bandung, Mohammad Rizky Satria, SPd, MPd. Menurutnya sekolah lebih pagi di Jawa Barat mempunyai kecenderungan meningkatkan kepatuhan dengan keterpaksaan.

Rizky menilai menuntut kepatuhan tanpa mempertimbangkan kebutuhan anak hanya akan memunculkan motivasi ekstrinsik, tetapi tidak menumbuhkan kesadaran pada diri peserta didik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia berpendapat generasi baru sekarang ini lebih dinamis dan terbuka. Maka dari itu dibutuhkan cara mendidik baru yang dapat lebih memberdayakan.

Ada dua hal menurutnya yang menyebabkan kebijakan sekolah lebih pagi belum tentu meningkatkan kedisiplinan anak.

ADVERTISEMENT

Mengapa Sekolah Lebih Pagi Tak Berarti Tingkatkan Disiplin?

Belum Ada Bukti Ilmiah

Rizky mengatakan belum ada bukti ilmiah masuk sekolah lebih pagi dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik.

"Kajian-kajian ilmiah yang ada cenderung merekomendasikan penundaan jam sekolah untuk memastikan ritme istirahat dan persiapan berangkat sekolah yang cukup sehingga dapat mengoptimalkan kualitas belajar di sekolah. Jadi, kebijakan yang tidak didasarkan pada kebutuhan anak ini berpotensi hanya menuntut kepatuhan saja, di mana ketika anak sudah patuh maka ia sudah disiplin," jelas Rizky melalui keterangan yang diterima detikEdu pada Jumat (13/6/2025).

Generasi Saat Ini Lebih Butuh Kesadaran dan Kemandirian

Rizky menegaskan membangun kedisiplinan dapat dilakukan dengan beragam cara yang lebih memberdayakan. Sehingga murid dapat menumbuhkan kesadaran dan kemandirian.

Ia menekankan kembali kedisiplinan yang hanya dilandaskan pada kepatuhan, tidak dapat menumbuhkan kesadaran. Cara menumbuhkan kedisiplinan pada anak menurutnya tidak dapat disandarkan pada kepatuhan untuk berangkat sekolah lebih pagi, melainkan ada beragam cara.

Beberapa cara yang ia maksud adalah membuat kesepakatan untuk bangun tidur dan merapikan tempat tidur secara mandiri atau tidak mengandalkan orang tua untuk mempersiapkan kebutuhan sekolahnya, mulai dari seragam yang perlu dikenakan hingga barang-barang yang wajib dibawa ke sekolah.

Sebagai seorang praktisi, ia menyebut generasi saat ini butuh lebih banyak kesadaran dan kemandirian, ketimbang kepatuhan saja.

"Ada banyak alasan logis yang bisa diterima oleh anak untuk menjawab kenapa mereka harus menyiapkan sekolah secara mandiri dibandingkan kenapa mereka harus masuk sekolah lebih pagi," ungkapnya.

"Jika anak secara sadar dapat melakukan rutinitas berangkat sekolah secara mandiri, maka tentu ia sudah disiplin dan tujuan membangun kedisiplinan sudah tercapai," jelasnya.

Apa yang Perlu Dilakukan Pendidik?

Rizky pun mengingatkan dalam menyikapi kebijakan masuk sekolah lebih pagi, para pendidik perlu berhati-hati untuk tidak sekadar membangun kepatuhan, tetapi menumbuhkan kesadaran agar peningkatan kedisiplinan dapat terlaksana efektif.

Ia berharap kebijakan masuk sekolah pukul 06.30 WIB di Jawa Barat dapat disikapi secara kritis oleh para pendidik dengan cara melampaui cara pendidikan lama yang menuntut kedisiplinan dengan kepatuhan. Pasalnya, Rizky menegaskan, patuh saja belum tentu disiplin.

"Sebaliknya pendidik perlu mencari cara-cara baru untuk membangun kedisiplinan dengan menumbuhkan kesadaran dan kemandirian dalam diri anak-anak," pungkasnya.




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads