Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (27/2/2025) melaporkan 100 ribuan siswa telah mendaftar di sekolah-sekolah di seluruh Jalur Gaza sejak tahun ajaran baru dimulai pada tanggal 23 Februari 2025 lalu.
"Hingga kemarin, lebih dari 100.000 siswa telah mendaftar di sekolah setelah dimulainya tahun ajaran baru pada 23 Februari," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam sebuah konferensi pers.
"Hingga saat ini, 165 sekolah umum telah dibuka kembali di Gaza. Bagi sebagian besar siswa, ini akan menjadi pertama kalinya mereka kembali belajar secara langsung dalam 16 bulan," kata Dujarric.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data Palestina menunjukkan 85% sekolah di Gaza tidak dapat beroperasi karena pemboman Israel.
Kantor Media Gaza mengatakan sedikitnya 12.800 siswa serta 800 guru dan staf administrasi tewas, dan 1.166 lembaga pendidikan hancur karena serangan Israel sejak Oktober 2023. Diperkirakan kerusakan di sektor pendidikan lebih dari US$2 miliar (Rp33,1 triliun).
Dujarric selanjutnya menggambarkan situasi di seluruh wilayah Tepi Barat sangat mengkhawatirkan.
"Operasi pasukan Israel berlanjut di Jenin, Tulkarm, dan Tubas, yang menyebabkan lebih banyak korban dan pengungsian, serta menghambat akses ke perawatan kesehatan, air, listrik, dan layanan penting lainnya," ujarnya, dikutip melalui Anadolu pada Jumat (28/2/2025).
Perjanjian gencatan senjata mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari 2025. Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 48.300 warga Palestina. Sebagian besar dari korban adalah wanita dan anak-anak.
Pengadilan Kriminal Internasional juga telah mengeluarkan surat perintah penangkapan pada bulan November lalu terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas aksi militernya.
(nah/nwk)