Jalur Gaza telah memulai tahun ajaran baru sekolah pada Minggu (23/2/2025) setelah penangguhan serangan Israel selama 16 bulan. Ajaran baru ini dibuka setelah lebih dari setahun gedung-gedung sekolah dibombardir dan puluhan ribu anak terbunuh.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Pendidikan setempat mengatakan, siswa akan bersekolah di gedung-gedung yang masih berdiri, telah direnovasi dan dilengkapi, atau melalui sekolah-sekolah alternatif dan pusat-pusat pendidikan yang telah didirikan di banyak daerah.
"Tahun ajaran baru dimulai di Gaza di tengah kerusakan besar dan kekurangan sumber daya serta kemampuan yang parah," bunyi pernyataan tersebut, dilansir Anadolu Agency.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian juga mengatakan, pihaknya berupaya menyediakan kursus daring bagi siswa yang tidak dapat bersekolah untuk memastikan bahwa mereka melanjutkan pendidikan mereka.
Di sisi lain, Kementerian mengimbau kepada organisasi-organisasi hak asasi manusia untuk menekan Israel agar mengizinkan akses ke materi-materi yang dibutuhkan untuk proses pendidikan di Gaza.
Sekolah yang Dijadikan Pengungsian Akan Digunakan Siswa
Dikutip dari SAFA Press Agency, Kementerian Pendidikan diketahui telah meminta para guru, siswa, orang tua, dan masyarakat untuk bekerja sama mengatasi tantangan-tantangan ini. Mereka juga mendesak keluarga-keluarga pengungsi yang tinggal di sekolah-sekolah untuk mengosongkan ruang kelas bagi para siswa.
Sebelumnya, gedung-gedung sekolah yang tersisa dijadikan tempat pengungsian. Seiring adanya penangguhan serangan atau gencatan senjata, pihak kementerian ingin ruang kelas bisa kembali digunakan untuk siswa.
Tak hanya kondisi gedung, banyak anak-anak dan guru telah jadi korban serangan Israel. Laporan awal menunjukkan, lebih dari 15.000 anak usia sekolah dan 800 pekerja pendidikan telah tewas, dengan 50.000 siswa terluka.
Serangan Israel juga telah menghancurkan 95% bangunan pendidikan, menyebabkan 85% di antaranya tidak dapat digunakan, bersamaan dengan lebih dari 140 lembaga akademik.
Israel Melanggar Perjanjian Gencatan Senjata
Meski sudah mulai membuka lembaran baru di sekolah, sejumlah tantangan tetap masih dihadapi di Jalur Gaza. Kementerian Pendidikan Palestina menyadari kesulitan yang dihadapi oleh siswa dan guru, termasuk masih adanya pelanggaran dari pihak Israel.
Dalam hal ini, pihak kementerian menegaskan kembali komitmennya untuk memastikan hak atas pendidikan bagi semua siswa, demikian dilansir Emirates News Agency-WAM.
Untuk diketahui, bahwa perjanjian gencatan senjata telah berlaku di Gaza sejak 19 Januari 2025 lalu. Meski begitu, berdasarkan laporan Anadolu, otoritas lokal Gaza melaporkan pelanggaran gencatan senjata hampir dilakukan setiap hari oleh tentara Israel.
Padahal, Mahkamah Pidana Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza pada November tahun lalu.
Tak hanya itu, Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas kekejamannya di Jalur Gaza.
(nah/faz)