Pakar Kritik Study Tour: Agenda Tempelan, Kok Semua Murid Harus Bayar, Lokasi Tak Tepat

ADVERTISEMENT

Pakar Kritik Study Tour: Agenda Tempelan, Kok Semua Murid Harus Bayar, Lokasi Tak Tepat

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 23 Mei 2024 13:00 WIB
Study Tour
Study tour. Foto: Getty Images/iStockphoto/Sasiistock
Jakarta -

Program study tour tengah menjadi polemik. Sebelumnya kabar duka datang dari SMK Lingga Kencana Depok.

Terbaru, kabar serupa datang dari SMP PGRI 1 Wonosari Malang. Sejumlah kepala daerah juga telah mengeluarkan aturan masing-masing terkait study tour.

Pakar pendidikan sekaligus Ketua Yayasan Guru Belajar, Bukik Setiawan mengatakan study tour memang mengalami deviasi sejak dulu. Menurutnya study tour yang dilakukan kebanyakan sekolah hanyalah kegiatan tempelan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Study tour jadi kegiatan tempelan yang dikesankan penting hanya untuk memastikan semua murid dan orangtua mendukung. Kebanyakan study tour bukan menjadi proses pembelajaran kurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Kegiatan apa? Kegiatan tempelan," ungkap Bukik melalui keterangan tertulis (22/5/2024).

Kritik Semua Murid Harus Ikut Bayar

Bukik turut mengkritik tegas soal semua murid harus ikut bayar study tour, meskipun tidak ikut. Dia pun mengkritik lokasi tujuan study tour yang merupakan tempat wisata.

ADVERTISEMENT

Bukik mengatakan sebenarnya study tour mengandung kesempatan besar untuk mendekatkan murid dengan kehidupan nyata apabila diselenggarakan dengan tepat. Sebagai contoh, murid melakukan perjalanan ke pelosok untuk memahami keberagaman Indonesia, ke kampus untuk memahami dunia kampus bagi siswa SMA/SMK, dan ke tempat kerja untuk memahami kerasnya dunia kerja.

"Catatannya, pastikan study tour terkait dengan kegiatan pembelajaran semisal pembelajaran berbasis projek dan menyasar pencapaian kompetensi lulusan. Keterkaitan ini harus dijelaskan sejak awal murid masuk sekolah agar murid dan orangtua sadar pentingnya study tour," terang Bukik.

Study Tour Tak Harus Dilakukan di Luar Daerah

Menurut Bukik, apabila kembali ke tujuan belajar, maka study tour tak harus dilakukan di luar daerah. Terdapat empat syarat apakah study tour memang perlu diselenggarakan di luar daerah.

Pertama, jika sumber belajar yang diperlukan tidak ada di daerah murid-murid sendiri. Kedua, jika ada potensi lokal yang dapat menjadi sumber belajar di daerah sudah semuanya dieksplorasi selama proses pembelajaran.

Ketiga, jika manajemen sekolah sudah berhitung dan siap menanggung risiko apabila dilakukan di luar daerah. Keempat, jika ada pihak ketiga yang dapat mengadakan study tour sesuai arah pembelajaran dan dengan layanan berkualitas.

"Jika sekolah berbenah dan sudah mampu menjalankan empat syarat tersebut, sekolah sudah layak untuk menyelenggarakan study tour hingga ke luar daerah," pungkas Bukik.




(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads