Kurikulum di Indonesia terus berganti mengikuti perkembangan zaman. Meski kurikulum silih berganti, peran guru dalam menghadapi perubahan tersebut tak tergantikan.
Muhammad Nur Rizal sebagai Founder GSM menjelaskan bahwa fungsi utama sekolah dan guru adalah membuat anak-anak senang belajar. Menurutnya, guru merupakan contoh yang memperlihatkan kreativitas dalam kelas-kelas mereka.
"Lebih dari itu, guru adalah kurikulum itu sendiri, yang bertanggung jawab untuk membentuk karakter dan kemampuan terbaik setiap siswanya," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima detikEdu, Rabu (8/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rizal pun mengungkapkan jika perubahan dalam dunia pendidikan tidak bisa terjadi tanpa perubahan dalam peran dan paradigma guru.
"Kurikulum sebaik apa pun akan sia-sia tanpa guru yang berkualitas dan kritis. Karena gurulah yang akan membentuk fondasi budaya berpikir di sekolah," ujarnya dalam workshop dengan tema "Mari Wujudkan Perubahan Pendidikan Berkebudayaan Baru Menuju Generasi Cemerlang melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan".
Workshop ini digelar Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang bersama GSM di Karawaci, Kabupaten Tangerang beberapa waktu lalu.
Rizal pun mengutip Socrates bahwa ciri guru di masa depan adalah selalu menyadari bahwa dirinya tidak tahu, bukan sebaliknya yang jatuhnya menjadi sok tahu.
Karena itu, guru harus selalu mencari tahu, termasuk mencari akar masalah yang sebenarnya untuk Indonesia agar bisa mengejar ketertinggalan dan siap mengatasi tantangan masa depan.
Selain itu, Rizal menyinggung kompleksitas kebijakan pendidikan di Indonesia, seperti Kurikulum Merdeka, Guru Penggerak, dan Platform Merdeka Mengajar.
Rizal mengatakan dari diskusi dalam workshop terungkap guru-guru di Kabupaten Tangerang masih terjebak dalam urusan administrasi.
Administrasi tersebut memakan waktu yang membuat para guru kurang fokus pada peran inti mereka, yaitu memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.
Tekankan Guru Berpikir Kritis
Rizal juga menekankan pentingnya peran guru dalam mengasah siswa berpikir. Rizal mengajak para guru untuk memilah dan menimbang berbagai argumen yang diperolehnya baik melalui wawancara dengan dinas pendidikan, atasannya, kelompok lain atau membaca pemikiran-pemikiran sebelumnya.
"Untuk berpikir kritis, para guru harus belajar menunda kesimpulan terlalu cepat, yaitu dengan selalu mempertanyakan segala sesuatu termasuk bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan yang sebenarnya," tegas Rizal.
Kepala Sekolah SMPN 1 Kresek Aji Muhtarudin mengungkapkan bahwa konsep guru inilah yang lebih penting. Guru tidak hanya diarahkan untuk pelatihan tetapi juga untuk memecahkan permasalahan sendiri.
"Tadinya berpikir bahwa kurikulum yang lebih penting, tetapi sekarang berubah bahwa pondasi yang sesungguhnya adalah guru. Dampak yang terasa adalah perubahan mindset bahwa guru harus lebih mengembangkan untuk memberikan porsi yang sesuai dengan kemampuan siswa," ucap Muhtarudin.
(nir/pal)