Kurikulum Pendidikan di Indonesia, Dinamika Perkembangannya pasca Kemerdekaan

ADVERTISEMENT

Kurikulum Pendidikan di Indonesia, Dinamika Perkembangannya pasca Kemerdekaan

Najhan Zulfahmi - detikEdu
Selasa, 23 Apr 2024 09:30 WIB
Berbagai ekspresi terpancar dari raut wajah para siswa-siswi SDN 02 Kampung Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur (16/7) saat hari pertama sekolah di tahun ajaran baru. Ada yang masih tampak malu-malu bertemu teman barunya, ada yang masih harus ditemani orang tua di dalam kelas, ada yang asyik bermain, ada juga yang senang bertemu teman baru dan bersemangat dan serius mendegarkan penjelasan guru. File/detikFoto.
Foto: Hasan Alhabshy
Jakarta -

Mengutip dari Setyorini & Setiawan (2023) Pendidikan berperan penting sebagai agen sosial. Tujuannya menghasilkan masyarakat Indonesia yang beragama dan bermoral, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, sehat secara fisik dan spiritual, berkepribadian yang baik, dan bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan ini, yang perlu diperhatikan adalah pengembangan kurikulum pendidikan. Kebijakan terkait kurikulum menjadi dimensi yang tak terpisahkan dari perkembangan dunia pendidikan nasional di masa depan.

Nah semenjak pasca kemerdekaan yaitu orde lama sampai sekarang, dinamika tata kelola pendidikan Indonesia terus terjadi. Termasuk dalam perubahan kurikulum pendidikan. Berikut adalah dinamika perubahan dan perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masa Orde Lama (1945 - 1965)

Orde lama merupakan masa yang sulit bagi bangsa Indonesia karena baru merdeka dan belum menjadi bangsa yang matang seperti sekarang. Berikut adalah perkembangan kurikulum yang terjadi.

1. Kurikulum Rentjana Pelajaran 1947

Awalnya nama kurikulum ini masih berbahasa Belanda yaitu "Leer Plan" sebelum akhirnya menjadi "Rentjana Pelajaran 1947".

ADVERTISEMENT

Kurikulum ini memiliki ciri politis karena diadaptasi dari sistem pendidikan Belanda yang kemudian diubah untuk kepentingan nasional.

Sistem pendidikan kolonial pada masa itu terkenal dengan diskriminatifnya, di mana sekolah-sekolah dibangun dengan pembedaan layanan pendidikan antara anak-anak Belanda, anak-anak dari Timur Asing, dan anak-anak pribumi. Golongan pribumi sendiri dibagi lagi menjadi golongan strata sosial bawah dan priyayi.

Pelaksanaan Kurikulum 1947 tidak menekankan aspek kognitif, melainkan lebih fokus pada pembentukan karakter, terutama dalam membangun rasa nasionalisme

2. Kurikulum Rentjana Pelajaran Terurai 1952

Kurikulum ini masih relatif sama dengan kurikulum sebelumnya. Akan tetapi lebih merinci pada setiap mata pelajarannya seperti namanya "Rentjana Pelajaran Terurai".

Kemudian yang menjadi ciri khas dari kurikulum ini adalah mengajarkan betapa pentingnya cara hidup yang baik dalam bermasyarakat.

3. Kurikulum Rentjana Pendidikan 1964

Pada tahun 1964, Kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan dengan fokus pada pembelajaran aktif, kreatif, dan produktif.

Konsep ini menekankan pentingnya setiap sekolah membimbing siswa agar dapat memikirkan sendiri solusi untuk berbagai masalah yang dihadapi. Kurikulum ini menekankan sikap aktif, kreatif, dan produktif siswa dalam menemukan solusi untuk masalah yang ada di masyarakat.

Metode pembelajaran yang digunakan disebut sebagai gotong royong terpimpin, sementara hari Sabtu ditetapkan sebagai Hari Krida, di mana siswa diberikan kebebasan untuk berlatih dalam kegiatan sesuai minat dan bakat masing-masing, termasuk kegiatan budaya, seni, olahraga, dan berbagai permainan.

Kurikulum 1964 bertujuan mencetak manusia Indonesia yang memiliki nilai-nilai Pancasilais dan sosialis.

Masa Orde Baru (1965 - 1998)

Pergolakan politik terjadi pada masa orde lama hingga akhirnya Presiden Soeharto maju dan menjadi awal orde baru. Hal tersebut tentunya mempengaruhi perkembangan kurikulum yang ada. Berikut penjelasan selengkapnya.

1. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 muncul sebagai pengganti Kurikulum 1964, yang dianggap sebagai hasil dari pemerintahan "Orde Lama".

Dengan fokus pada meningkatkan rasa cinta tanah air, kesehatan jasmani, kecerdasan, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama, kurikulum ini menekankan pembinaan jiwa Pancasila sebagai perubahan dari pendekatan pancawardana.

Kurikulum ini diterapkan secara konsisten sesuai dengan UUD 1945. Kelahiran Kurikulum 1968 dipengaruhi oleh pertimbangan politik ideologis dari pemerintah Orde Baru.

Salah satu ciri khasnya adalah struktur kurikulum yang disesuaikan dengan mata pelajaran yang saling terkait antara jenjang pendidikan rendah dan jenjang selanjutnya.

Kurikulum ini lebih berfokus pada muatan mata pelajaran teoritis daripada aplikasi praktis dalam kehidupan nyata. Metode pembelajaran yang digunakan sangat dipengaruhi oleh ilmu pendidikan dan psikologi pada akhir tahun 1960-an.

2. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 dikendalikan secara sentralistik oleh pemerintah pusat, dengan sekolah hanya menjalankannya. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan efektivitas dan efisiensi pendidikan.

Namun, kurikulum ini mendapat banyak kritik karena membuat guru sibuk menulis rincian pencapaian dari setiap kegiatan pembelajaran.

Hal ini dikarenakan metode hingga materi pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) atau dikenal dengan satuan pelajaran. Ini memberikan beban administrasi seperti yang sudah dijelaskan.

Kemudian yang membedakan kurikulum ini dengan sebelumnya adalah sistem penilaian dilakukan setiap akhir pelajaran atau akhir satuan pembelajaran.

3. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975 dan mengadopsi pendekatan proses.

Meskipun menggunakan pendekatan proses, tujuan tetap menjadi faktor penting dalam kurikulum ini. Kurikulum ini sering disebut sebagai "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Fokusnya adalah pada siswa sebagai subjek pembelajaran.

Model pembelajaran yang diterapkan adalah active learning, di mana siswa selalu aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari pengamatan, pengelompokan, diskusi, hingga pelaporan.

Akan tetapi ternyata banyak sekolah yang tidak berhasil menerapkan sistem. Bahkan pembelajaran menjadi tidak efektif karena kegaduhan yang terjadi di kelas.

4. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 merupakan gabungan dari Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989.

Terjadi peralihan dari sistem semester ke sistem catur wulan, di mana tahun pelajaran dibagi menjadi tiga tahap untuk memungkinkan siswa menerima lebih banyak materi pelajaran.

Fokus kurikulum ini adalah pada materi pelajaran dan keterampilan dalam pemecahan masalah. Namun, penyatuan tujuan dan proses kurang berhasil, dan terdapat banyak muatan nasional dan lokal. Muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah, seperti bahasa daerah dan kesenian.

Desakan dari berbagai kelompok masyarakat menyebabkan penambahan isu-isu tertentu dalam kurikulum. Akibatnya, Kurikulum 1994 menjadi padat dan tidak efektif.

Masa Reformasi (1998 - Sekarang)

Masa reformasi juga merupakan transisi politik setelah era orde baru. Akan tetapi kurikulum baru ditetapkan pada 2004. Berikut ulasannya.

1. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah suatu konsep pendekatan, strategi kurikulum yang menekankan pada penguasaan berbagai kompetensi tertentu.

Peserta didik tidak hanya menguasai pengetahuan dan pemahaman, tetapi juga keterampilan, sikap, minat, motivasi dan nilai-nilai agar dapat melakukan sesuatu dengan penuh tanggung jawab.

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006

Kurikulum ini sering disebut sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya dan dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Walaupun kurikulum ini memiliki kesamaan dengan KBK 2004, pemerintah hanya menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Guru memiliki kebebasan untuk mengembangkan silabus dan penilaian yang sesuai dengan situasi sekolah serta kebutuhan siswa di berbagai daerah.

Karenanya, sumber belajar yang digunakan juga mulai beragam, tidak hanya dari guru. Bisa teman sebaya hingga buku-buku film edukatif.

3. Kurikulum 2013 "K-13"

Teknologi yang terus berkembang menjadi faktor penting dalam penyempurnaan kurikulum. Sejarah perubahan kurikulum, termasuk KBK, selalu terkait erat dengan konteksnya.

Kurikulum 2013 menitikberatkan pada pendidikan karakter, dengan harapan menciptakan individu yang produktif, kreatif, inovatif, dan berbudi pekerti.

Tujuan utamanya adalah meningkatkan proses dan hasil pembelajaran untuk membentuk peserta didik yang berakhlak mulia sesuai dengan standar kompetensi lulusan.

Kurikulum ini menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa secara holistik, yang diukur melalui rapor dan menjadi penentu kenaikan kelas dan kelulusan.

4. Kurikulum Merdeka

Sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran pasca pandemi Covid-19, Kurikulum Merdeka, sebelumnya dikenal sebagai kurikulum prototipe, dirancang sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, dengan penekanan pada materi esensial dan pengembangan karakter serta kompetensi siswa.

Menurut Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, kurikulum inidibuat lebih ringkas, sederhana, dan fleksibel untuk mengejar learning loss dan ketertinggalan dengan negara lain.

Beliau juga mengatakan kurikulum ini memiliki tiga unggulan antara lain lebih sederhana dan mendalam, siswa lebih bebas mengeksplorasi minat dan bakatnya, dan terakhir kurikulum ini lebih relevan dan interaktif.

Dampak Perubahan dan Perkembangan Kurikulum Pendidikan

Mengutip kembali dari Setyorini & Setiawan (2023), perubahan kurikulum ini memiliki dampak positif dan negatif.

Dampak positifnya adalah pendidikan kita selalu mengikuti konteks perkembangan zaman yang semakin maju.

Dampak negatifnya adalah imbas dari perubahan kurikulum yang sangat cepat adalah siswa. Hal ini terjadi karena seringnya perubahan sistem pembelajaran siswa yang berubah-ubah.

Itu dia dinamika perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia sejak pasca kemerdekaan hingga saat ini.




(inf/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads