Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menolak tegas jika rencana kebijakan makan siang gratis program pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran menggunakan dana BOS.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan dana BOS bisa jadi salah satu opsi pembiayaan untuk program ini. Dia menyebut sistem penganggaran melalui dana BOS relatif sudah mapan, maka dari itu memungkinkan untuk membiayai makan siang gratis yang menyasar siswa SD dan SMP.
"Karena model untuk SD dan SMP kita relatif punya sistem, punya pipeline anggaran, salah satunya melalui BOS, secara spesifik itu bisa dibuat," ujar Airlangga ketika meninjau simulasi makan siang gratis di SMPN 2 Curug, Tangerang, Banten pada Kamis (29/2/2024), dikutip dari CNBC Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak Sepakat dari Dana BOS karena..
Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman Zanatul Haeri menyebut kenapa P2G menolak jika program makan siang gratis ini diambil dari dana BOS.
"Pertama, sebagian besar dana BOS dipakai untuk membayar gaji guru dan tenaga pendidik honorer. Ini sama saja dengan memberi makan gratis siswa dengan cara mengambil jatah makan para gurunya. Sebab ada guru honorer yang hanya mengandalkan dana BOS," kata Iman.
Iman mengatakan semestinya skema makan siang gratis tidak diambil dari anggaran pendidikan termasuk BOS dari APBN. Menurutnya dengan anggaran APBN yang sekarang saja belum dapat mensejahterakan guru, memperbaiki fasilitas sekolah, dan memajukan kualitas pendidikan di Indonesia.
Menurut P2G, 60,60% ruang kelas SD jenjang SD berdasarkan data BPS, berada dalam kondisi rusak pada tahun ajaran 2021/2022. Hal ini dinilai P2G seharusnya jadi fokus perhatian pemerintah.
"Apalagi kalau harus menanggung beban makan siang gratis. Kita perlu mendiskusikan ini secara serius ketika presiden terpilih nanti sudah ditetapkan KPU," kata Iman.
Iman mengingatkan, data memperlihatkan anggaran dana BOS dari pemerintah pusat selalu turun setiap tahun
"Misal, dari 2022 ke 2023, dana BOS berkurang hingga 539 Miliar. Jadi kalau menggunakan dana BOS, dikhawatirkan akan mengorbankan pembiayaan sektor lain yang lebih esensial dalam belanja sekolah, seperti upah guru honorer," ungkapnya.
Ada banyak sekolah dasar yang mengeluhkan dana BOS untuk siswa kurang. P2G menyebut, untuk anak SD mendapat Rp 900 ribu setiap tahun dari dana BOS. Maka dalam satu hari negara menganggarkan Rp 2.830,00 per siswa.
"Sebenarnya sejak awal pembiayaan anak SD sudah tidak manusiawi di bawah harga satu piring nasi versi makan siang gratis, 15 ribu rupiah," ujar P2G dalam keterangan tertulis, ditulis Senin (4/3/2024).
Iman menegaskan, dengan tren dana BOS yang selalu menurun maka usulan makan siang gratis dari dana BOS justru menambah persoalan. Dia menilai dengan dana BOS yang selalu turun setiap tahun, maka alih-alih makan siang gratis, sekolah bisa-bisa tidak dapat membiayai apa pun.
"Artinya untuk sepiring nasi anak sekolah seharga 15 ribu saja pemerintah belum bisa memenuhinya. Jadi, tidak bisa diambil dari anggaran BOS yang jelas-jelas kurang," kata Iman.
P2G: Perlu Ada Dialog Terbuka
Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) P2G, Feriyansyah mengatakan perlu ada kejelasan dari TKN 02 mengenai detail rencana program makan siang gratis, agar informasi ke publik tidak parsial. Menurutnya juga perlu ada dialog terbuka secara objektif, jujur, dan transparan dengan masyarakat sipil dan akademisi. Selain itu, perlu dipertimbangkan bagaimana teknis dan kesiapan penunjang di setiap sekolah.
Feriyansyah menyebut konsep makan siang gratis untuk anak sekolah adalah hal yang lazim dan India bisa jadi contoh sukses. Kendati begitu, di sana tidak cuma jadi program jangka pendek, melainkan menjadi hak konstitusional yang melekat pada anak usia sekolah.
"Misal, India setelah menerapkan program makan siang gratis, berhasil menurunkan angka stunting hingga 22% dalam 11 tahun. PDB perkapita dari 442 dollar menjadi 2238 dollar, dan pertumbuhan PDB dari 0,24% menjadi 9.05%," jelasnya.
Walau demikian, menurutnya program semacam ini juga bisa gagal.
"Di Amerika Serikat awal tahun 2020, program makan siang gratis di sekolah gagal bukan karena pandemik. Tapi karena para siswa tidak mengambil jatah makan siang gratis. Ternyata label makan siang gratis hanya untuk orang miskin, membuat anak-anak memilih tidak makan dan program ini ditutup di beberapa sekolah," ungkapnya.
(nah/nwk)