Kekurangan Dokter: Prabowo Mau Kirim Pelajar ke LN, Anies Bawa Profesor ke RI

ADVERTISEMENT

Debat Capres 2024

Kekurangan Dokter: Prabowo Mau Kirim Pelajar ke LN, Anies Bawa Profesor ke RI

Trisna Wulandari - detikEdu
Senin, 05 Feb 2024 00:09 WIB
KPU RI menggelar debat kelima atau debat pamungkas Pilpres 2024 malam ini. Sebelum acara dimulai, ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden saling bersalaman. Debat digelar di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024).
Atasi kekurangan dokter di RI, Prabowo berencana kirim 10.000 penerima beasiswa ke luar negeri untuk belajar kedokteran. Anies sampaikan opsi bawa profesornya.Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Prabowo Subianto menanyakan persetujuan Anies Baswedan atas gagasan Prabowo mengirim 10.000 pelajar RI untuk kuliah kedokteran di luar negeri dengan beasiswa penuh. Pertanyaan tersebut dilontarkan pada sesi tanya-jawab di Debat Capres 2024 terakhir di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu (4/2/2024).

Capres 2024 nomor urut 01, Anies Baswedan mengatakan persetujuannya atas prinsip pengembangan kompetensi tersebut. Langkah belajar kedokteran ke luar negeri menurutnya dapat diakukan jika penting dan urgent (mendesak).

"Prinsip untuk meningkatkan kompetensi kami setuju, karena kompetensi yang meningkat bagaimanapun juga akan bermanfaat. Nah, isunya adalah, kita harus melihat apa yang menjadi urgen hari ini. Harus bicara dengan siapa? Harus bicara dengan stakeholders," kata Anies.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Negara punya kewenangan, tetapi sekali lagi kita harus bicara dengan stakeholders. Siapa itu? Organisasi profesi, Kementerian Kesehatan, Dinas di daerah, kemudian para aktivis, para pengamat, para pakar. Kumpulkan data, lihat data apa yang menjadi kebutuhan. Sehingga kita bukan mencap langsung ini yang dibutuhkan, karena yang sering kali kita anggap kebutuhan belum tentu di lapangan menjadi kebutuhan. Tetapi prinsip pengembangan kompetensinya, setuju Pak," sambungnya.

Di sisi lain, Anies menawarkan perspektif untuk membawa profesor dan institusi dari luar negeri ke Indonesia untuk kepentingan pengembagnan kompetensi yang sama. Menurutnya, praktik ini turut memicu proses belajar bagi RI.

ADVERTISEMENT

"Dan bila diharuskan untuk belajar ke luar negeri, maka go ahead. Tetapi bila profesor yang dibawa ke sini, institusinya yang dibawa ke sini, tidak masalah. Dengan begitu proses belajar itu akan terjadi," kata Anies.

"Kami melihat, pengembangan kompetensi itu baik, tapi memastikan dengan data yang ada, supaya apa yang kita investasikan bisa menjawab kebutuhan. Jadi ada unsur pentingnya, ada unsur urgensinya. Kita kerjakan yang mana? Yang dua-duanya, yang urgen dan penting, supaya hasilnya bisa dimanfaatkan untuk Indonesia," imbuhnya.

Prabowo Setuju Kata Anies soal Undang Profesor Mengajar di RI

Merespons Anies soal pengumpulan data, Prabowo menyatakan sudah mendapat data atas kedaruratan kebutuhan dokter di Indonesia. Menurutnya, mengirim pelajar ke luar negeri untuk menjadi dokter merupakan langkah darurat mengatasi angka kematian dan usia hidup Indonesia yang dinilai memprihatinkan dan antara lain karena kekurangan dokter.

"Datanya sudah cukup jelas bahwa kita kekurangan 140 ribu dokter. Sebagai contoh, di Atambua, ada satu rumah sakit, yang seharusnya ada 16 dokter, ini dokternya 1 orang. Jadi dia kewalahan, dia harus melayani 3 kabupaten," jelas Prabowo.

"Jadi bagaimanapun saya kira pemerintah harus ambil tindakan-tindakan yang cukup darurat. Dan untuk itu menurut kami kita harus ambil langkah-langkah berani mengirim sebanyak mungkin," ucapnya.

Di sisi lain, Prabowo menyatakan persetujuan untuk mengundang profesor dari luar negeri untuk mengajar kedokteran di RI.

"Tetapi saya setuju, juga mengundang profesor-profesor untuk mengajar di kita. Saya usulkan dari 92 fakultas kedokteran, kita tingkatkan menjadi 300 fakultas kedokteran. Jadi saya kira usul Pak Anies baik juga, mengundang profesor ke Indonesia," ujarnya.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads