Akhir semester dapat dikatakan sebagai masa yang melelahkan bagi guru. Ada banyak tugas yang menanti para pengajar, contohnya memeriksa tugas; menulis rapor; hingga membuat rubrik asesmen.
Namun, ada triknya agar beban kerja guru tak menumpuk di akhir semester. Ketua Kampus Guru Cikal, Marsaria Primadonna menyarankan agar guru menerapkan backward design. Cara ini menurutnya membantu agar guru tak fokus pada mengajar, tetapi juga belajar.
"Backward design itu merancang terbalik proses yang biasa kita lakukan dulu. Jadi kita identifikasi dulu tujuannya, setelah itu merancang asesmen sumatif dan rubrik asesmen dulu, baru aktivitasnya," ujar guru yang akrab disapa Pima itu melalui keterangan tertulis, dikutip Senin (18/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Pima, guru kerap keteteran saat akan melakukan asesmen. Sebabnya, ada tujuan pembelajaran yang ternyata belum didukung oleh aktivitas yang sudah dilakukan. Maka dari itu guru akhirnya mendadak menyusun asesmen yang tak sesuai.
3 Cara Backward Design
Berdasarkan pengalamannya mengajar hampir 20 tahun, menurut Pima backward design amat membantunya untuk merancang pembelajaran. Nah, seperti ini cara backward design seperti yang dilakukan Pima:
1. Identifikasi Tujuan
Saat merancang pembelajaran tradisional, guru biasa menuliskan sejumlah aktivitas belajar terlebih dulu. Sementara pada backward design, identifikasi tujuan pembelajaran harus ditetapkan di awal.
"Pada tahap ini, guru memikirkan, di akhir nanti, tujuannya murid bisa apa? Pemahaman apa yang ingin ada di dalam diri murid? Kompetensi apa? Atau kondisi akhir apa yang ingin dicapai?" terang Pima.
2. Merancang Asesmen
Cara berikutnya adalah, guru dapat merancang asesmen sebagai bukti dan refleksi apakah anak didiknya telah mencapai tujuan. Maka dari itu asesmen yang dirancang tak hanya sumatif, tetapi juga formatif.
"Asesmen formatif menitikberatkan pada umpan balik dan dilakukan berkala sepanjang semester. Asesmen ini membantu guru dan murid untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar murid dalam mencapai tujuan," ujar Pima.
Dia menyebut saat merancang asesmen sumatif, maka guru perlu memahami bahwa asesmen tersebut tak hanya sebatas ujian tulis. Ada banyak kegiatan untuk menilai keberhasilan siswa, membuat proyek contohnya.
3. Merancang Aktivitas Belajar
Merancang aktivitas belajar biasanya dilakukan paling awal. Namun, pada cara backward design, hal ini adalah langkah terakhir. Dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, maka guru bisa memilih aktivitas belajar yang membantu anak didik mencapai tujuan belajar.
"Dengan merancang pembelajaran menggunakan backward design, akan memudahkan guru untuk membuat aktivitas pembelajaran yang bermakna sesuai kebutuhan murid, dan guru jadi lebih tenang dalam menjalankan perencanaan yang matang," pungkas Pima.
(nah/nwy)