IDAI: Indonesia Perlu Integrasi Kurikulum Bencana Mulai TK sampai SMA

ADVERTISEMENT

IDAI: Indonesia Perlu Integrasi Kurikulum Bencana Mulai TK sampai SMA

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 13 Des 2023 12:00 WIB
Ilustrasi gempa bumi (iStock)
Foto: Ilustrasi gempa bumi (iStock)
Jakarta -

Ada sejumlah faktor mengapa di Indonesia kerap terjadi gempa bumi. Setidaknya ada tiga faktor penyebab gempa bumi dan kenapa kerap terjadi di Indonesia. Ketiga faktor yang dimaksud yaitu pergerakan lempeng tektonik, berada di kawasan Cincin Api Pasifik dan aktivitas gunung berapi di Indonesia.

Sekretaris Satuan Tugas (Satgas) Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dimas Dwi Saputro menekankan bahwa Indonesia membutuhkan integrasi kurikulum bencana dalam pendidikan. Menurutnya kurikulum tersebut perlu dimulai dari tingkat TK sampai SMA.

"Pendidikan di Indonesia harus mempunyai kurikulum penanganan bencana dan cara berlindung dari bencana gempa bumi," ucapnya dalam diskusi daring "Antisipasi Permasalahan Kesehatan Anak pada Situasi Gempa Bumi" di Jakarta pada Selasa (12/12/2023), dikutip dari Antara, Rabu (13/12/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perlu Paham Tahap Perkembangan Anak

Dimas optimis di level TK, diajarkan konsep bermain sembari berlindung dapat dilakukan dengan mudah.

"Statistik mengatakan gempa itu paling lama tujuh sampai 10 menit tidak lebih daripada itu, tapi rata-rata gempa itu berkisar satu sampai tiga menit," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Dia menyebut melatih anak-anak untuk berlindung di bawah meja kokoh, dapat menjadi suatu cara efektif meningkatkan kesiapsiagaan gempa bumi. Menurutnya hal semacam ini dapat memberi dasar penting untuk anak-anak dalam memahami prinsip keselamatan menghadapi bencana seperti gempa.

"Jadi kita doktrin anak kita kalau ada gempa jangan panik lindungi kepala dan tetap waspada," kata dia.

Dimas menyampaikan, penerapan pendekatan mitigasi gempa bumi bisa berbeda tergantung usia anak. Dia menegaskan pula untuk anak-anak, pendekatannya berbeda dengan usia remaja.

Dia menyebutkan perlunya memahami tahap perkembangan anak supaya strategi mitigasi bisa disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan setiap kelompok usia. Terlebih, hal ini dapat menciptakan pendekatan yang lebih efektif serta relevan dalam pelibatan anak-anak sebagai upaya pencegahan dan merespons bencana gempa.

"Untuk anak-anak yang lebih besar, penting juga mereka diajarkan bagaimana membantu adik-adik mereka dalam mempersiapkan perlengkapan pribadi saat menghadapi gempa," pungkasnya.




(nah/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads