Cerita Murid Sekolah Informal: Alternatif Sekolah dengan Jam Belajar Fleksibel

ADVERTISEMENT

Cerita Murid Sekolah Informal: Alternatif Sekolah dengan Jam Belajar Fleksibel

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 21 Nov 2023 20:30 WIB
Sekolah Rumah Primagama Bali
Foto: Kemendikbudristek
Jakarta -

Salah satu keunikan yang dimiliki oleh pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) adalah jam belajar yang fleksibel. Salah satunya dapat dilihat di satuan pendidikan informal bernama Homeschooling Primagama (HSPG) atau Sekolah Rumah Primagama Bali.

Sosok di balik adanya sekolah tersebut adalah Yekti Wulan Cahyani. Baginya pendidikan adalah hak setiap anak. Oleh sebab itu, menurutnya apabila anak tidak dapat dilayani di sekolah formal, maka sudah saatnya ada alternatif sekolah informal untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.

Wulan mengawali HSPG dari berbagai riset sebelum memutuskan mengembangkan sekolah informal yang tidak hanya fokus pada pendidikan, melainkan juga bakat. Di samping itu dia juga banyak berdiskusi dengan kak Seto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya banyak berdiskusi dengan Kak Seto, sepertinya pendidikan masa depan itu seperti ini, setiap anak itu unik dan keunikan anak itu harus tetap terjaga, tidak menggeneralisasi yang justru dapat membuat kompetensi mereka hilang," kata Wulan, dikutip dari rilis laman Kemdikbud (21/11/2023).

HSPG Bali sendiri keberadaannya sudah sah, diakui, sama, dan sederajat dengan sekolah formal sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 129 Tahun 2014.

ADVERTISEMENT

Wulan menggarisbawahi pentingnya mencari potensi anak supaya mereka mampu belajar secara efektif sesuai penerapan Kurikulum Merdeka, yakni pembelajaran terdiferensiasi. Maksudnya, substansi yang diajarkan sama, tetapi targetnya berbeda.

"Jika ada anak yang kemampuannya hanya 4, tidak mungkin kita paksa menjadi 8, di situlah kami mencari potensi dan keunikan mereka dan kami bantu kembangkan sehingga menjadi kekuatannya mereka," ujar Wulan.

Pengalaman Siswa Belajar Fleksibel

Salah seorang siswa HSPG bernama Grace bercerita pengalamannya soal dukungan pengembangan bakat yang diterimanya. Menurutnya guru di sana tidak meremehkan yang disukai murid.

"Di sini saya diizinkan untuk menunjukan bakat saya. Saya memang suka berbicara di depan umum dan guru di sini menyadari hal itu dan mendukung saya. Saya disarankan ikut bermacam-macam lomba sehingga saya menyadari ini adalah bidang yang saya sukai," ungkapnya.

Fleksibilitas waktu belajar turut menjadi latar belakang didirikannya sekolah ini. Pasalnya ada banyak siswa yang menghabiskan lebih banyak waktu dalam mengembangkan bakat mereka, sehingga kelenturan waktu akan sangat membantu mereka untuk tetap memperoleh pelajaran.

"Dengan waktu yang fleksibel, saya bisa belajar di pagi hari, baru kemudian saya mengajar surfing di siang hari. Jadi saya bisa menjalankan minat saya tanpa meninggalkan edukasi sehingga semua bisa seimbang," kata Koldo, siswa kelas 12 lainnya.

Siswa lain bernama Gio yang merupakan pemenang medali emas olimpiade nasional bahasa Inggris ikut menceritakan pengalamannya.

"Waktunya sangat bisa disesuaikan, ada saatnya saya harus pentas jam tiga sore, saya bisa merubah jadwal belajar menjadi jam dua belas siang, sehingga saya tetap bisa pentas dan tidak ketinggalan pelajaran," ujarnya.

Guru Ikut Rasakan Manfaatnya

Sindra, guru bahasa Inggris di HSPG juga mengaku merasakan manfaat fleksibilitas waktu. Dia yang merupakan ibu rumah tangga menyampaikan adanya kemudahan untuk membagi waktu.

"Saya memiliki passion dalam mengajar, tetapi sebagai ibu rumah tangga, saya berpikir akan sulit jika saya harus mengajar pada waktu yang sudah ditentukan, adanya HSPG dengan sistem waktu yang fleksibel membantu saya untuk tetap dapat menyalurkan passion dan ilmu saya dan di waktu yang bersamaan tidak meninggalkan kewajiban saya sebagai ibu rumah tangga," jelasnya.

Didukung Pemerintah

Wulan menyampaikan, HSPG Bali memperoleh bantuan berupa pendampingan dari Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) untuk menyusun Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) yang juga terdaftar di Platform Merdeka Mengajar (PMM).

HSPG menerapkan tiga muatan lokal sebagai pilot projects. Ketiganya adalah membuat lawar khas Bali, mengangkat eco enzym, serta budaya hidroponik.

Sekolah informal ini pun menerima siswa berkebutuhan khusus sebagai wujud dukungan terhadap inklusivitas. HSPG akan melakukan penilaian kemampuan sebelum siswa yang bersangkutan diarahkan ke kelas akademik.

"Kita menerima siswa berkebutuhan khusus dan menerapkan kurikulum khusus yaitu Kurikulum Bina Diri yang berfokus pada kemampuan anak untuk tahu dan mengerti mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak," kata Wulan.

"Ketika seorang anak berada di jalur yang tepat sesuai bakatnya dan diberi ruang untuk mengembangkan bakatnya, mereka jauh lebih bahagia sehingga proses belajar lebih efisien dan harapannya mereka menjadi berdaya di masyarakat," pungkasnya.




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads