Kementerian Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Tanoto Foundation menyebar 76.752 buku dengan 156 judul di 12 kabupaten di Indonesia dalam Gerakan Buku Bacaan Bermutu. Di samping dibaca siswa, buku yang disebar ke sekolah-sekolah tersebut diharapkan dapat digunakan guru secara optimal untuk meningkatkan kemampuan literasi anak, baik membaca, memahami, bernalar, hingga memecahkan masalah.
"Kami di Kemendikbudristek percaya bahwa pemerataan akses terhadap buku dan pelatihan guru merupakan dua aspek kunci yang dapat berkontribusi pada peningkatan kompetensi literasi," kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah (Dirjen PDM), Iwan Syahril pada peluncuran gerakan di Gedung A Kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Jumat (20/10/2023).
Buku-buku tersebut disebar ke sekolah-sekolah di Kabupaten Asahan, Karo, Kendal, Tegal, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Paser, Tebo, Batanghari, Muaro Jambi, Siak, dan Kampar. Iwan mengatakan, penyebaran dengan target dan berbasis data ini diharapkan dapat mempercepat gerak peningkatan literasi di wilayah-wilayah dengan capaian literasi paling rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan Tanoto Foundation yang telah bersedia bergotong royong bersama Kemendikbudristek untuk mendukung peningkatan literasi Indonesia melalui Gerakan Buku Bacaan Bermutu," ucapnya.
Pelatihan Guru untuk Literasi Siswa
Kepala Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation, Margaretha Ari Widowati mengatakan, penyebaran buku bacaan bermutu buat anak dan pelatihan gurunya didasarkan pada hasil evaluasi dampak Program PINTAR Tanoto Foundation dan SMERU Institute di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
Studi tersebut mendapati, satuan pendidikan yang mendapat pelatihan guru terstruktur selama 3 tahun memiliki kemampuan membaca 9,6 persen lebih tinggi, kemampuan menulis 5,3 persen lebih tinggi, kemampuan matematika 7,5 persen lebih tinggi, dan kemampuan sains 5,4 lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah yang tidak mendapatkan pelatihan tersebut.
Evaluasi tersebut melibatkan 20 sekolah, 20 kepala sekolah, 1.094 siswa, dan 60 guru di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Ari menjelaskan, studi ini menjadi salah satu dasar komitmen pihaknya sebagai lembaga filantropi untuk dukung pemerintah. Harapannya, temuan tersebut dapat berdampak lewat tindak lanjut berupa penyebaran buku dan pelatihan guru untuk pendampingan membaca bagi anak.
"Berdasarkan riset, keterlibatan masyarakat, orang tua, dan guru penting dalam peningkatan literasi," tuturnya.
Iwan mengatakan, buku bacaan anak bermutu yang disebarkan ke sekolah-sekolah dilengkapi dengan pelatihan pemanfaatannya bagi guru. Mulai dari pengolahan, penggunaan buku, hingga pengasahan kemampuan anak dalam memecahkan masalah.
Ia mencontohkan, dalam pengolahannya, buku dicatat, dipajang, dan dirotasi agar siswa tidak jenuh dengan bacaan yang tersedia. Guru juga diajarkan bagian mana saja yang perlu dibaca siswa terlebih dahulu, dibaca mandiri, dibaca nyaring, hingga dibaca bersama agar pengunaannya maksimal.
UPT Balai Guru Penggerak di daerah-daerah, sambung Iwan, juga dimanfaatkan untuk meningkatkan literasi dan numerasi siswa. Harapannya, setelah siswa membaca, guru dapat memantik minat murid lebih jauh dengan pertanyaan-pertanyaan dan bimbingan yang tepat.
Iwan mencontohkan, pada cerita tentang konflik dengan teman, guru dapat menanyakan apa yang akan siswa lakukan saat sedih atau berkonflik di kehidupan sehari-hari. Pertanyaan guru tidak hanya terpaku pada pertanyaan sederhana siapa saja tokoh di cerita. Latihan berpikir kompleks dan tingkat tinggi ini menurutnya dapat dibiasakan pada siswa SD, tidak hanya di SMP maupun SMA.
"Lalu misal membaca nyaring, stop di halaman 9. Guru tanyakan, kira-kira gimana kelanjutannya di halaman 10. Ini melatih kemampuan memprediksi, bisa berpendapat dengan argumen, dan terstruktur berdasarkan data," jelasnya.
"Ini di fondasi, kemampuan berpikir seperti ini, agar terdampak sampai SDM di masa depan. Jangan hanya dipelajari saat SMP, SMA, itu keliru banget. Ini bisa diasah dengan teknik pedagogi, salah satunya dengan bacaan, yang tidak hanya meningkatkan baca tulis anak, tetapi kemampuan berpikirnya," imbuhnya.
Iwan berharap, gerakan kolektif berdampak jangka panjang ini dapat terus dijalankan bersama-sama agar proses peningkatan literasi berjalan baik.
"Bersama-sama meneruskan parakti baik dan pesan kunci ini menuju budaya literasi, yang dampaknya jauh lebih besar dari yang kita pikirkan. Tidak hanya pada hasil Asesmen Nasional, tetapi untuk bangsa dan negara," pungkasnya.
(twu/pal)