KPAI Imbau Siswa Kembali PJJ Imbas Polusi: Anak Tak Sekuat Orang Dewasa

ADVERTISEMENT

KPAI Imbau Siswa Kembali PJJ Imbas Polusi: Anak Tak Sekuat Orang Dewasa

Nikita Rosa - detikEdu
Sabtu, 19 Agu 2023 13:00 WIB
Siswa siswi menggunakan fasilitas WiFi gratis saat mengikuti kegiatan pembelajaran jarak jauh di balai warga RW 05 Kelurahan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta, Jumat (27/8/2020). WiFi gratis ini disediakan oleh swadaya warga RW 05 guna membantu anak-anak yang melakukan pembelajaran jarak jauh yang terkendala dengan kuota internet.
KPAI Imbau PJJ. (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyarankan agar kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kembali diberlakukan. Hal ini dikarenakan polusi udara yang melanda Jabodetabek.

"Saya kira seruan banyak orang agar orang dewasa WFH sangat baik ya, begitu juga anak anak. Sambil menunggu udara normal kembali," kata Wakil Ketua KPAI Jasra Putra dalam detikNews dikutip Jumat (18/8/2023).

Lebih lanjut, Jasra meyakini fisik anak-anak tidak sekuat orang dewasa. Apabila sakit, anak masih kesulitan untuk menjelaskan sakit yang dirasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bila mereka mengalami sakit, tak mudah mendeskripsikan atau menjelaskan. Kebutuhan bermainnya, kadang mengalahkan apa yang dirasanya. Padahal mereka butuh diselamatkan dalam polusi udara ekstrem dan suhu tinggi di Jakarta," jelasnya.

Jasra mengatakan Indonesia sudah berpengalaman dalam menjalankan PJJ. Di samping pengalaman sewaktu pandemi COVID-19, Kurikulum Merdeka Belajar yang saat ini diterapkan dinilai lebih fleksibel sehingga menunjang PJJ.

ADVERTISEMENT

"Saya kira Indonesia sudah punya pengalaman WFH. Sekolah pun sudah menggunakan kurikulum Merdeka Belajar yang mengatur sekolah bisa di sekolah dan luar sekolah. Sehingga lebih baik mencegah daripada mengobati," paparnya.

Jasra meyakini upaya tersebut dapat mengurangi dampak polusi udara ekstrem. Ia juga mendorong masing-masing sekolah berperan aktif menjaga kesehatan dan keselamatan peserta didik.

"Sehingga manusia juga ramah terhadap lingkungan dan kelestariannya, untuk mewarisi masa depan yang lebih baik, lingkungan yang lebih ramah untuk anak anak kita. Saya kira segala upaya mengurangi asap polusi udara yang membahayakan ini, perlu dilakukan, termasuk menurunkan angka prevalensi perokok anak. Agar benar-benar anak terbebas dari polusi udara sekitar," ucapnya.

Polusi Makin Parah Akibat Kemarau

Polusi udara di Jabodetabek akhir-akhir ini menjadi sorotan. Menurut IQAir pada Jumat (18/8), kualitas udara Jakarta mencapai angka 151 atau dalam kategori tidak sehat.

Menanggapi situasi ini, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan buruknya kualitas udara di Jakarta diperparah karena musim kemarau yang sedang tinggi-tingginya. Kondisi tersebut menyebabkan udara kurang baik.

"Memang kualitas udara Jakarta sepanjang 2023 ini cukup berfluktuatif. Tadi disampaikan Pak Dirjen, salah satu faktor pencetusnya adalah kondisi musim kemarau Juli-September biasanya musim kemarau mencapai tinggi-tingginya, sehingga berakibat pada kondisi kualitas udara yang kurang baik," kata Asep, dalam jumpa pers, Jumat (11/8/2023).

Asep menerangkan, saat ini Pemprov DKI tengah menyusun regulasi. Hingga saat ini, salah satu aturan yang sudah ada adalah Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 tentang pengendalian kualitas udara. Nantinya, Pemprov DKI juga akan menerbitkan Pergub sebagai langkah pengendalian polusi Jakarta.

Sementara itu, Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan kualitas udara cenderung naik saat musim kemarau. Hal ini juga terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

"Kecenderungannya biasanya pada saat musim kemarau kualitas udara cenderung naik dan seperti yang kita lihat sekarang. Jadi itu faktor yang mempengaruhi kondisi yang terjadi sekarang dan sudah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Hal lain yang perlu dicermati bahwa kondisi kualitas udaranya itu ada siklus harian pada saat malam hari, dini hari, lepas pagi cenderung lebih tinggi daripada siang hingga sore itu karena ada siklus harian," kata Sena.




(nir/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads