Sekolah yang acap disebut sebagai rumah kedua bagi para siswa seharusnya memberikan rasa aman dan nyaman. Sayangnya, saat ini banyak siswa yang merasakan jenuh dan tidak nyaman untuk berlama-lama di sekolah.
Berdasarkan data dari OECD pada Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2020-2035, diketahui 41% siswa Indonesia mengalami kekerasan. Angka tersebut cukup fantastis dan dua kali lipat lebih besar dibandingkan negara lain.
Praktik perundungan di sekolah juga marak terjadi secara tidak langsung melalui kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang tercipta dari budaya feodalistik senioritas-junioritas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut lah yang menjadi landasan diciptakannya program MPLS Menyenangkan oleh Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yang telah diikuti oleh sekitar 1.300 sekolah dari berbagai jenjang pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia.
"MPLS Menyenangkan berfokus pada pendidikan memanusiakan di tahun ajaran baru. Kami berusaha untuk melawan kekerasan dan budaya feodalistik senioritas dan junioritas yang berdampak buruk pada kemampuan adaptasi, kemauan berliterasi, dan growth mindset siswa baru," ujar Muhammad Nur Rizal, pendiri GSM pada Rabu (12/7/2023).
Adapun guru SMP Negeri 6 Pekalongan, Jawa Tengah Heru Pramono mengungkapkan penerapan gerakan MPLS Menyenangkan memiliki perbedaan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan MPLS sebelumnya. Salah satu perubahannya ialah pada MPLS Menyenangkan, peserta didik baru turut terlibat secara langsung.
"MPLS yang kami laksanakan kali ini, berbeda 180 derajat dengan MPLS yang sebelumnya," ujarnya.
Ia melanjutkan,"Sebelumnya itu banyak materi yang disampaikan oleh guru, kini lebih diarahkan kepada bagaimana siswa terlibat, baik itu dengan kakak kelasnya, maupun dengan bapak ibu guru, untuk mengenal konsep-konsep yang ada di sekolah."
Sebelum menerapkan praktik MPLS Menyenangkan, SMPN 6 Pekalongan telah terlebih dahulu mengikuti beberapa pelatihan dan pendampingan yang diadakan oleh GSM. Dirasa memiliki strategi yang tepat bagi siswanya, sekolah ini kemudian mengadopsi MPLS Menyenangkan.
Menurut Heru, interaksi langsung yang terjadi selama menjalankan MPLS Menyenangkan, diharapkan membuat para siswa untuk menemukan dirinya, sehingga dapat lebih mengenal dan memahami dirinya sendiri yang dapat berdampak pada mereka untuk menjalani sekolah dengan menyenangkan.
Sementara itu, pengurus OSIS SMK Pariwisata Triatma Jaya, Badung, Bali, Devina menuturkan untuk mengimplementasikan MPLS Menyenangkan, OSIS sekolah terlebih dahulu mencari tahu konsep menyenangkan bagi siswa, yang ternyata merupakan rasa nyaman di sekolah.
Rasa nyaman tersebut ternyata timbul dari lingkungan sekolah yang memberikan kesempatan bagi para siswa untuk berkomunikasi dengan teman-temannya. Pasalnya, komunikasi tersebut dapat membuat para siswa betah untuk berlama-lama di sekolah.
Berangkat dari hal tersebut, SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung, menerapkan MPLS menyenangkan dengan mengimplementasikan interaksi dua arah antara peserta didik baru dengan lingkungan sekolahnya.
"Di MPLS kali ini, kami mewujudkan itu (MPLS Menyenangkan) dengan berbicara, mengobrol secara personal dengan adik-adik, sehingga tidak hanya mereka yang mengenal kami, kami juga mengenal mereka," tutur Devina.
Melalui pengenalan tersebut diharapkan peserta didik baru dapat merasa nyaman dengan teman sebaya, kakak kelas, maupun guru-guru yang akan menjadi pengganti orang tua mereka di sekolah.
Selain melakukan interaksi secara langsung dengan peserta didik baru, MPLS Menyenangkan di SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung juga dilaksanakan menggunakan permainan-permainan sehingga peserta didik baru tidak merasa seperti sedang belajar.
(pal/pal)