Masa sekolah menengah atas (SMA) adalah transisi dari masa anak masuk ke dewasa muda. Situasi ini acap menimbulkan berbagai pertanyaan tentang kemandirian dan identitas.
Bagaimana sih harus bersikap di lingkungan baru, terutama bagi siswa sekolah menengah pertama yang melanjutkan studi di jenjang SMA?
Seperti diketahui, Rabu, 12 Juli 2023, merupakan hari pertama sekolah seluruh jenjang pendidikan di Provinsi DKI Jakarta. Namun ada juga provinsi yang sudah menggelar hari pertama sekolah pada 10 Juli 2023 atau baru akan berlangsung 17 Juli 2023 mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengajar Bimbingan dan Konseling (BK) di SMAK IPEKA Tomang, Jakarta Barat, Eunike Tantama mengatakan kekhawatiran merupakan hal wajar yang dialami oleh lulusan SMP yang akan menjadi siswa SMA. Seperti misalnya rasa cemas akan penyesuaian pribadi.
"Dalam diri siswa baru biasa muncul kekhawatiran berupa 'Bagaimana saya akan diterima dan menempatkan diri?' atau 'Apakah kebiasaan, rutinitas dan aturan di jenjang yang baru ini cocok dengan saya?'," ujar Eunike pada detikEdu, Rabu (12/7/2023).
Selain itu menurut Eunike, pada siswa baru kerap juga dijumpai rasa khawatir dalam hal menjalin relasi dengan kawan-kawan baru.
"Atau juga kekhawatiran akademik seperti, 'Bagaimana saya akan mempertahankan nilai ketika ada lebih banyak mata pelajaran yang berarti akan lebih banyak tugas?'," kata Eunike.
Tips 'Survive' di SMA buat Anak Baru
Eunike pun membagikan sejumlah tips bagi pada pelajar yang baru masuk jenjang SMA agar mampu menjalani tiga tahun di sekolah dan sukses melanjutkan ke pendidikan tinggi. Berikut lengkapnya.
Kenali Dirimu
Pengenalan akan diri sendiri merupakan hal penting di masa SMA, seperti mengetahui apa kelebihan atau kekurangan dan passion. Selain itu, perlu juga diketahui bagaimana kecenderungan kepribadian serta cara menyerap dan mengolah informasi.
"Hal yang paling sederhana yang dapat dilakukan adalah mengetahui hal apa yang membuat kita senang atau sedih, kegiatan apa yang membuat kita bertahan lama dalam mengerjakannya, mata pelajaran apa yang membuat kita penasaran dan ingin belajar lebih dalam," ujar Eunike.
Berteman dan Bangunlah Persahabatan
Menurut Eunike, membangun pertemanan sering disalahartikan dengan berusaha menjadi populer di SMA supaya punya banyak teman. Padahal yang tepat adalah masa SMA bisa digunakan belajar berelasi dan membangun persahabatan. Kedua hal ini sama penting.
Dalam berelasi atau berteman, ujar Eunike, siswa belajar komunikasi dan kolaborasi untuk dapat bekerja sama menyelesaikan sebuah tugas atau project.
Sementara dalam sebuah persahabatan, siswa mengembangkan afeksi dan empati, mengenali dan mengungkapkan perasaan.
Selain itu bersama sahabat, siswa juga bisa membangun kepercayaan dengan berbagi pergumulan. Sehingga dalam persahabatan seorang siswa menjadi pribadi yang lebih bijaksana.
"Berelasi dengan sebanyak mungkin orang, bersahabat jika berkualitas bahkan dengan 1 atau 2 orang itu cukup," katanya.
Belajar Memilah Asumsi dan Fakta
Sebagian besar remaja memiliki perspektif egosentris yakni berfokus pada diri sendiri. Selain itu, mereka percaya semua orang baik itu teman, sahabat, guru, keluarga juga fokus memperhatikan mereka.
Perspektif ini membuat remaja sangat memperhatikan penampilan dengan detail, memiliki perasaan tidak mampu menguasai tugas, bergulat dengan rasa tidak aman dan perasaan dihakimi.
"Perspektif egosentris yang cenderung buruk tentang dirinya baik fisik maupun psikis bisa menyebabkan remaja tidak mampu mengaktualisasikan potensi dirinya. Hal ini dapat dikendalikan dengan belajar memilah fakta dan asumsi," ujar Eunike.
Dorong Dirimu untuk Berani Berkarya
Selama masa SMA, yuk berani coba ikut lomba, menang adalah bonus. Ikut kompetisi berarti mengukur kemampuan diri dibandingkan dengan siswa dari sekolah lain.
Selain itu, keuntungan lainnya yakni kamu bisa mendapat teman baru dari sekolah lain yang memiliki minat yang sama.
"Kamu juga bisa belajar mengendalikan diri ketika menang dan berbesar hati ketika kalah. Juga berani berkarya dan mempublikasikan karyamu di berbagai platform," kata Eunike.
Bagaimana Peran Sekolah dan Ortu? >>>
"Pilihan spesifik ini di masa anak-anak dikenal sebagai cita-cita, yaitu memantapkan profesi apa yang akan ditekuni di masa dewasa dan menyusun langkah menuju cita-cita tersebut selama menjalani masa SMA," ujarnya.
Ia melanjutkan, tujuan pendidikan masa SMA adalah untuk meluluskan orang muda dengan pengenalan diri, tanggung jawab, serta manajemen diri yang memadai untuk hidup mandiri di masa dewasa.
Maka selain mengembangkan pendidikan akademis yang mengasah kemampuan kognitif, sekolah perlu mengenal, memahami, dan menghargai bakat dan minat unik setiap siswa.
Penilaian proses dapat menjadi alternatif penilaian agar setiap tahap perkembangan kompetensi siswa terukur.
"Contohnya, sekolah kami dalam upaya mewadahi minat dan bakat siswa dan mendorong siswa agar mampu berkarya, mengembangkan School Community sehingga siswa dengan minat yang sama memiliki kegiatan berkualitas dan saling belajar mengembangkan minat sehingga menghasilkan karya dalam beberapa bidang seperti bahasa asing, literasi, seni, olahraga," ujarnya.
Ia melanjutkan, "Hasil karya komunitas diunggah dalam berbagai platform seperti Spotify Podcast, Wix Website, Google Sites, Instagram, YouTube."
Selain sekolah, menurut Eunike peran orang tua tentu saja sangat krusial dalam mendampingi dan mendukung anak-anak yang berada pada masa SMA. Orang tua bisa mengambil peran menjadi pendengar serta menempatkan diri menjadi teman dan konsisten dalam menerapkan disiplin.
"Mulai memercayai anak untuk mengatur dirinya seperti bangun pagi sendiri dan mengelola uang saku sendiri," ujar Eunike.
Simak Video "Video: Geger! Siswa SMA di Prancis Tikam Teman Sekelas, 1 Tewas-3 Terluka"
[Gambas:Video 20detik]
(pal/twu)