Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya akan membebaskan pekerjaan rumah atau PR mulai 10 November 2022. Bebas PR ini akan diterapkan demi mengurangi beban tugas kepada pelajar SD dan SMP.
Meski demikian, Pemerintah Kota dan Dispendik Surabaya akan menggantinya dengan menambah 2 jam pelajaran. Waktu 120 menit itu akan dimanfaatkan oleh siswa untuk pendalaman karakter.
"Meski PR dihapus, Dispendik Surabaya akan menggantikan dengan menambah 2 jam pelajaran. Waktu 120 menit tersebut digunakan untuk pendalaman karakter siswa," kata Kepala Dispendik Surabaya Yusuf Masruh dikutip dari detikJatim, Selasa (25/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tambahnya, hal ini diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi.
"Ini diterapkan untuk meningkatkan kemampuan para siswa untuk bersosialisasi. Jadi kami sebenarnya untuk PR itu jangan membebani anak. Tapi yang diubah itu PR pembentukan jiwa dan karakter. Jadi saya harapkan anak-anak meskipun ada PR tapi tidak terlalu berat dan banyak, hanya untuk mengingatkan. Tapi yang penting adalah pertumbuhan karakter," tegasnya.
"Jam belajar selesai pukul 12.00 WIB dan pendalaman sampai pukul 14.00 WIB. Artinya dua jam sudah efektif, anak-anak bisa mengikuti pola pembelajaran melalui pengambangan bakat masing-masing. Ada lukis, menari, mengaji, dan lainnya," kata Yusuf.
Sedangkan untuk penyelesaian PR bagi siswa di tingkat SD dan SMP, dapat dilakukan di kelas. Agar saat pulang ke rumah, anak-anak sudah tidak ada beban mengerjakan PR.
"Maka, pengayaan pembelajaran antar teman bisa membantu menyelesaikan PR dan pulang sudah tidak memikirkan PR," ujarnya.
Menurutnya, pola pembelajaran pendalaman karakter ini akan melatih para siswa untuk lebih aktif, mandiri, dan berani memberikan pendapat untuk menciptakan desain atau rencana pengembangan pengetahuan siswa.
Baca juga: Anak SD-SMP Dilarang Diberi PR, Anda Setuju? |
Sementara itu Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan jam sekolah yang terlalu panjang menyebabkan aktivitas sosial di luar sekolah berkurang. Berdasar instruksi tersebut, Pemkot dan Dispendik serius untuk mengurangi beban siswa.
"Sebetulnya itu jangan membebani anak-anak, tapi yang saya ubah PR itu adalah untuk kegiatan pembentukan karakter. Saya harap meskipun ada PR tapi tidak terlalu berat dan terlalu banyak, yang penting adalah pertumbuhan karakter mereka," kata Eri.
(nir/nwy)