Petisi tolak ujian sekolah offline yang sempat ramai kini dibatalkan. Pembuat yang menggunakan nama Perwakilan Murid Angkatan 2022 tersebut menjelaskan adanya kurang informasi dan meminta maaf.
"Kami atas nama Penulis Petisi menyampaikan permohonan maaf atas terbitnya petisi ini yang telah menimbulkan kegaduhan dan keresahan. Petisi ini secara resmi kami batalkan dengan alasan kurangnya Informasi yang diterima oleh Penulis Petisi," tulis keterangan di laman petisi.
Petisi yang dipublikasikan lewat situs change.org tersebut dimulai sekitar 19 jam lalu. Dalam petisi ini, penulis mengungkapkan kekhawatiran jika US dilakukan secara offline atau luar jaringan (luring).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga ditutup, petisi tolak ujian sekolah offline ini mendapat dukungan 12.866 orang. Jumlah ini bertambah 366 orang, karena sekitar tiga jam sebelumnya petisi dikung 12.500 akun. Sayangnya pembuat petisi yang postingannya mendapat banyak dukungan ini tidak bisa dikontak.
Meski petisi tolak ujian sekolah offline dibatalkan, tak ada salahnya melihat kembali postingan tersebut. Terutama poin-poin yang menjadi keberatan warganet hingga memiliki US online. Berikut penjelasannya
Poin-poin keberatan siswa dan orang tua murid jika ujian sekolah dilakukan secara offline:
1. Meningkatnya angka COVID-19 terutama di lingkungan sekolah. Hal ini terlihat dari anggota keluarga dan kerabat yang tertular atau bergejala COVID-19.
2. Dikhawatirkan akan menularkan lansia-lansia di rumah siswa tersebut.
3. Harus melaksanakan proses tracing yang benar, tidak seperti bulan Januari yang dilakukan bersamaan dengan waktu ujian dan mengganggu pelaksanaan ujian.
4. Risiko penularan dapat diminimalisasi apabila sekolah bersedia menyediakan fasilitas swab test massal yang memiliki kredibilitas akurat dibandingkan rapid antigen yang tidak dapat mendeteksi positif COVID-19 jika CT Value di atas 30.
5. Ujian sekolah offline dapat dilaksanakan apabila melakukan monitoring kesehatan secara rutin yang datanya dapat dikelola dengan baik dan transparan dan semua bisa waspada.
6. Selain itu banyak dalam absensi pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) banyak anak yang belum diizinkan ke sekolah oleh orang tuanya.
7. Jika ujian sekolah dilaksanakan secara luring dapat menambah risiko penularan kepada lansia dan komorbid/penyakit penyerta
8. Mobilitas peserta didik setelah ujian sekolah luring tidak bisa dikontrol 100% oleh sekolah.
9. Dikhawatirkan setelah ujian siswa tidak langsung pulang dan memilih berinteraksi dengan kawan.
10. Jika US dilakukan online akan minim kegiatan yang dilakukan di luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
11. Ditakutkan di tengah ujian sekolah online ada yang positf dan mengganggu jadwal keseluruhan karena harus ada tracing yang berkepanjangan.
(atj/row)