NUS Buka PhD Musik yang Gabungkan Praktik dan Riset, Disebut Pertama di Asia

ADVERTISEMENT

NUS Buka PhD Musik yang Gabungkan Praktik dan Riset, Disebut Pertama di Asia

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 24 Okt 2025 09:30 WIB
National University of Singapore
Foto: National University of Singapore (dok. NUS)
Jakarta -

National University of Singapore baru saja membuka program PhD bidang musik. Program ini disebut sebagai prodi PhD musik pertama di Asia yang integrasikan praktik artistik dan riset.

Prodi tersebut bernama PhD Music Practices di Yong Siew Toh Conservatory of Music (YST) NUS. Dikatakan dalam laman resmi NUS, mahasiswa yang mengejar program doktor ini akan memiliki akses ke sumber daya yang lebih luas daripada yang biasanya tersedia di konservatori musik lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahasiswa Bisa Lakukan Proyek Lintas Disiplin

Mahasiswa berkesempatan untuk mengikuti perkuliahan dan memulai proyek yang bersinggungan dengan bidang-bidang yang berdekatan maupun kontras seperti ilmu komputer, kesehatan masyarakat, hukum, bisnis, ilmu sosial, dan banyak lagi.

Berbeda dengan kebanyakan program PhD internasional yang murni berbasis praktik atau riset, program PhD Music Practices menekankan kombinasi antara analisis ilmiah dan keahlian artistik. Program ini ditujukan bagi para praktisi musik terkemuka dengan kemampuan artistik dan akademis yang kuat, yang ingin melakukan riset yang menantang paradigma dan mempelopori praktik musik baru.

ADVERTISEMENT

"Program PhD ini merepresentasikan perubahan penting dalam cara kita memahami dan menghargai karya seni di dunia akademis. Dalam program ini, praktik seni bukan sekadar komponen riset; program ini berdiri berdampingan dan berdialog dengannya," jelas Dekan YST, Profesor Peter Tornquist.

"Hal ini membuka peluang baru bagi mahasiswa untuk berkreasi dan merefleksikan karya mereka melalui berpikir dan bertindak, berkontribusi pada pengetahuan dan karya seni baru secara terintegrasi dan interdisipliner," imbuhnya.

Menurutnya pendekatan semacam itu menurut NUS memungkinkan karya kreatif dan analisis ilmiah tidak hanya dalam musik, tetapi juga dalam interseksi dengan bidang lain seperti teknologi, bisnis, atau bahkan kesehatan masyarakat.

"Seorang komposer dapat bereksperimen dengan kecerdasan buatan dalam komposisi musik sambil meneliti implikasi etisnya terhadap kepenulisan kreatif; seorang penampil dapat menyelidiki pelestarian dan reinterpretasi tradisi musik sambil menciptakan karya-karya baru yang terinspirasi olehnya; atau seorang konduktor dapat memimpin pertunjukan berbasis komunitas sambil menyelidiki bagaimana kebijakan budaya dapat memengaruhi penonton di antara komunitas lokal," beber Prof Tornquist.

Mahasiswa juga dapat memperoleh manfaat dari sumber daya dan kemitraan YST yang luas dalam industri musik global, termasuk keanggotaan di beberapa jaringan pendidikan tinggi musik seperti ConNext Network, Pacific Alliance of Music Schools, Southeast Asian Directors of Music Association, Association of European Conservatoires, dan lembaga-lembaga International Benchmarking Exercise.

Ujian kualifikasi, mata kuliah komprehensif, dan tesis doktoral merupakan persyaratan umum untuk program PhD berbasis riset di NUS dan institusi lainnya. Namun, program ini juga mencakup komponen artistik di mana mahasiswa diwajibkan untuk mempresentasikan karya seni yang berkaitan erat dengan riset mereka. Ini akan menunjukkan kemampuan mereka dalam mengintegrasikan praktik musik dan inkuiri akademis.




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads