Skandal Akademik Terkuak! Ada Praktik Curang Publikasi Riset Matematika

ADVERTISEMENT

Skandal Akademik Terkuak! Ada Praktik Curang Publikasi Riset Matematika

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Minggu, 21 Sep 2025 08:00 WIB
Ilustrasi matematika
Ilustrasi matematika Foto: Dean Mouhtaropoulos/Getty Images
Jakarta -

Sebuah tim penulis internasional yang dipimpin Ilka Agricola, profesor matematika dari Universitas Marburg, Jerman, mengungkap praktik curang dalam publikasi hasil penelitian matematika.

Penyelidikan yang dilakukan atas mandat German Mathematical Society atau Deutsche Mathematiker-Vereinigung (DMV) dan International Mathematical Union (IMU) itu mendokumentasikan adanya kecurangan sistematis yang berlangsung selama bertahun-tahun.

Hasil kajian tersebut baru-baru ini dipublikasikan di arXiv preprint server dan Notices of the American Mathematical Society, memicu kegelisahan di kalangan akademisi matematika global seperti dikutip dari phys.org.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi itu tidak hanya menyoroti persoalan, tetapi juga memberikan sejumlah rekomendasi untuk memperbaiki sistem publikasi ilmiah di bidang matematika.

ADVERTISEMENT

Penelitian tersebut mengungkap kualitas riset saat ini sering tidak lagi diukur dari substansi karya, melainkan dari indikator komersial seperti jumlah publikasi, sitasi, atau impact factor jurnal. Indikator ini disusun secara tertutup oleh penyedia layanan komersial tanpa keterlibatan komunitas ilmiah, lalu dijual melalui basis data ke seluruh dunia.

Kondisi ini dimanfaatkan perusahaan-perusahaan tertentu yang menawarkan jasa untuk "mengoptimalkan" angka-angka tersebut. Baik individu maupun institusi merasa diuntungkan, sebab peringkat tinggi dalam pemeringkatan internasional punya nilai plus.

Kampus bisa dapat akses lebih besar pada pendanaan, peluang menarik lebih banyak mahasiswa, hingga potensi menaikkan biaya kuliah. Dampaknya, muncul banyak publikasi yang hanya ditujukan untuk mendongkrak metrik, tanpa temuan ilmiah baru, bahkan sebagian keliru.

Salah satu contoh mencolok adalah perhitungan Clarivate Inc., penyedia metrik terbesar dunia. Berdasarkan basis datanya, pada 2019 Clarivate menyebut sebuah universitas di Taiwan sebagai kampus dengan peneliti matematika kelas dunia terbanyak. Padahal universitas tersebut sama sekali tidak menawarkan program studi matematika.

Ledakan Megajurnal dan Ancaman "Ilmu Palsu"

Fenomena lain adalah kemunculan megajournal, yakni jurnal yang menerbitkan artikel apa pun selama penulis membayar biaya publikasi.

Jumlah artikel yang mereka terbitkan kini bahkan melampaui gabungan seluruh jurnal matematika bereputasi yang tidak memungut biaya. Lebih jauh, praktik curang juga mencakup penjualan anonim artikel, sitasi, hingga berbagai indikator kunci lain.

"'Ilmu palsu' bukan hanya menjengkelkan, tapi juga berbahaya bagi sains dan masyarakat," tegas Sekretaris Jenderal IMU, Prof. Christoph Sorger.

"Ketika validitas pengetahuan tidak jelas, disinformasi yang sengaja disebarkan akan merusak kepercayaan publik pada sains dan menyulitkan kami, para matematikawan, dalam menentukan hasil mana yang layak dijadikan dasar penelitian lanjutan," imbuhnya.

Presiden DMV, Prof. JΓΌrg Kramer, menambahkan rekomendasi yang dirumuskan komisi merupakan seruan untuk perubahan sistemik. "Ini panggilan bagi kita semua untuk mendorong perubahan menyeluruh dalam sistem publikasi ilmiah," ujarnya.

*) Penulis adalah peserta Program PRIMA Magang PTKI Kementerian Agama di detikcom




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads