Ketua MWA UI Dipetisi karena Undang Akademisi Pro-Zionis, Apa Kata Rektor?

ADVERTISEMENT

Ketua MWA UI Dipetisi karena Undang Akademisi Pro-Zionis, Apa Kata Rektor?

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Jumat, 19 Sep 2025 15:57 WIB
Rektor UI Prof Heri Hermansyah dalam peluncuran UI Palestine Center di Kampus UI Depok
Foto: (Nograhany Widhi K/detikcom)
Jakarta -

Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI) Yahya Cholil Staquf dipetisi untuk dicopot karena mengusulkan untuk mengundang akademisi pro-Zionis, Peter Berkowitz. Apa kata Rektor IU Prof Heri Hermansyah?

"Jadi tentunya saya baca juga di berita bahwa ada ribuan mahasiswa UI yang kemudian mengajukan petisi untuk menurunkan ketua MWA Universitas Indonesia yang kebetulan beliau mengundang Peter Berkowitz ke Universitas Indonesia. Dan tentunya kita serahkan ke mekanisme yang ada," demikian jawaban Prof Heri ketika dimintai responsnya terhadap petisi online itu.

Hal itu disampaikan Prof Heri usai meluncurkan UI Palestine Center usai salat Jumat di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Kompleks Kampus UI, Depok, Jawa Barat, Jumat (19/9/2025)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu (pencopotan) bukan domainnya eksekutif, saya sebagai rektor eksekutif, itu tentunya nanti ada domain di MWA dan Senat Akademik," imbuh Prof Heri.

Sebelumnya diberitakan Universitas Indonesia Student for Justice in Palestine (UI SJP), sebuah komunitas kolektif mahasiswa yang peduli Palestina membuat petisi online yang berjudul "Dukung Pencopotan Yahya Cholil Staquf dari Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia". Hingga kini, petisi tersebut sudah ditandatangani ribuan orang sejak dibuat 12 September 2025.

ADVERTISEMENT

Petisi ini dibuat untuk mencegah kejadian serupa terulang dan membersihkan nama besar UI dari afiliasi Zionisme karena UI SJP menyoroti rekam jejak Gus Yahya yang disebut banyak beririsan dengan tokoh dan agenda Zionisme.

Di antaranya yaitu mengundang Berkowitz sebagai pembicara pada akademi kepemimpinan nasional NU 2025, mengundang Berkowitz ke forum agama G20 tahun 2022, hingga kunjungan PBNU ke Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada tahun 2018.

Tindakan dan rekam jejak tersebut, menurut UI SJP, telah mencoreng sembilan nilai luhur UI, khususnya nilai keadilan dan kemartabatan.

Berkowitz merupakan ilmuwan politik dari Stanford University, kampus top dunia di Amerika Serikat. Ia memegang posisi bergengsi Tad and Dianne Taube Senior Fellow di Hoover Institution, sebuah think tank terkemuka di Stanford. Kebijakan mengundang Berkowitz itu lantas mendapatkan kritikan tajam. Pasalnya Berkowitz dikenal sebagai ilmuwan politik dengan pandangan yang memihak Israel.

Dalam keterangan resminya, tokoh yang akrab disapa Gus Yahya itu mengakui kurang cermat dalam memeriksa rekam jejak narasumber yang diusulkan. Ia menilai kelalaian tersebut menimbulkan keresahan di kalangan sivitas akademika serta memengaruhi marwah UI sebagai kampus perjuangan yang sejak lama konsisten mendukung kemerdekaan Palestina.

"Saya menyesal atas kelalaian ini. Dengan penuh kerendahan hati, saya memohon maaf kepada pimpinan UI, dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, dan alumni," ujarnya dalam surat terbuka, Kamis (18/9/2025) seperti yang dikutip detikEdu dari detikHikmah.

Gus Yahya menegaskan komitmennya untuk memperbaiki mekanisme pemilihan narasumber dengan proses verifikasi yang lebih ketat serta melibatkan banyak pihak agar setiap langkah sejalan dengan nilai luhur dan reputasi UI.

Ia juga menekankan kembali bahwa UI, maupun dirinya secara pribadi, berdiri teguh bersama bangsa Indonesia dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina, sesuai amanat konstitusi dan prinsip kemanusiaan.

Sebagai bentuk dukungan nyata, Gus Yahya menyampaikan dukungannya terhadap keberadaan UI-Palestine Center di lingkungan kampus.

"Saya siap berkontribusi bagi pengembangan dan kemajuannya," katanya.




(nwk/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads