Pekerjaan Ini Masih Syaratkan Ijazah Kuliah, Bagaimana Nasib Gap Year & Pekerja?

ADVERTISEMENT

Laporan dari Taiwan

Pekerjaan Ini Masih Syaratkan Ijazah Kuliah, Bagaimana Nasib Gap Year & Pekerja?

Trisna Wulandari - detikEdu
Minggu, 24 Agu 2025 08:00 WIB
Ilustrasi kerja
Ilustrasi. Laporan WEF Future of Jobs Report 2025 prediksi 14 dari 15 pekerjaan dengan pertumbuhan tertinggi 2025-2030 mensyaratkan ijazah perguruan tinggi bagi pelamar. Foto: Getty Images/gorodenkoff
New Taipei City -

Laporan World Economic Forum (WEF) Future of Jobs Report 2025 berdasarkan database persyaratan pengalaman kerja O*NET memprediksi, 14 dari 15 pekerjaan dengan pertumbuhan tertinggi pada 2025-2030 terutama mensyaratkan ijazah perguruan tinggi bagi pelamarnya. Tak hanya itu, 7 dari 15 posisi kerja dengan pertumbuhan tertinggi mensyaratkan ijazah dan gelar pendidikan tinggi lanjutan.

Berdasarkan laporan tersebut, Top 5 pekerjaan dengan pertumbuhan tertinggi periode 2025-2030 yakni big data specialist, fintech engineer, AI and machine learning specialist, software and application developer, dan security management specialist.

Menyusul di peringkat 6-10, pekerjaan dengan pertumbuhan tertinggi versi WEF Future of Jobs Report 2025 yakni data warehousing specialist, autonomous and electric vehicle specialist, UI and UX designer, light truck or delivery services drivers, dan internet of things (IoT) specialist.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada peringkat 10-15, pekerjaan dengan pertumbuhan tertinggi 2025-2030 versi WEF Future of Jobs Report 2025 yakni data analyst and scientist, environmental engineers, information security analysts, devops engineer, dan renewable energy engineers.

ADVERTISEMENT

Pertumbuhan pekerjaan di atas antara lain dipengaruhi faktor perluasan akses digital, naiknya biaya hidup, hingga mitigasi perubahan iklim.

Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) per 2 Desember 2024 menunjukkan angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi di Indonesia pada kelompok umur 19-23 tahun sebesar 32%. Artinya, dari 10 anak muda Indonesia, hanya 3-4 orang yang kuliah.

Sedangkan target APK pendidikan tinggi 2024 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar 37%. Merespons prediksi ini, lantas, bagaimana nasib pemuda Indonesia yang memilih bekerja tanpa kuliah, atau menunda kuliah dengan bekerja lebih dulu?

Merespons kebutuhan pendidikan tinggi tersebut, Rektor Binus University, Dr Nelly, SKom, MM CSCA mengatakan pemuda butuh mengembangkan kemampuan belajar seumur hidup atau pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning).

Kemampuan ini menurutnya mendukung calon mahasiswa semangat masuk kampus, tidak terpaku pada anggapan bahwa hanya dapat belajar di usia tertentu maupun di jenjang pendidikan tertentu saja.

Ia mencontohkan, di kampusnya, pembelajaran usia dewasa (adult learning) dirintis sejak 1992 saat mulai mengembangkan student-centered learning (pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa) dan lifelong learning. Kendati akses masih terbatas, pembelajaran menggunakan internet untuk mendukung pemelajar usia dewasa tetap dapat mengenyam pendidikan tinggi.

Nelly mengatakan, kampusnya juga mengembangkan unit Continuous Learning. Pada unit ini, pemelajar usia dewasa didukung untuk bisa belajar dan meningkatkan kemampuan lagi.

Sebagai contoh, kampusnya membuka layanan continuing education lewat reskilling dan upskilling bagi calon pelajar yang sedang bekerja di perusahaan. Ia menggarisbawahi, karyawan bersangkutan tetap harus punya kebiasaan untuk terus belajar (continuous learning).

"Jadi bukan cuman kuliah saja, belajar, nggak. Apalagi sekarang, belajar bukan cuma menghafal, bukan mengaktualisasikan diri, tetapi bagaimana cara dia berpikir gitu, mengungkapkan ide, pendapat. Kalau sekarang lebih ke sana,"ucapnya pada pertemuan Binus University: Update di Four Points by Sheraton Linkou, New Taipei City, Taiwan, Kamis (21/8/2025).

Di samping itu, Binus Higher Education sendiri memiliki Binus University Online, pendidikan tinggi daring dengan fitur fleksibilitas dan sistem pembelajaran. Mahasiswa dapat mengakses materi pembelajaran di mana saja dari Learning Management System (LMS) dan menyesuaikan waktu belajar dengan aktivitas tanpa mengorbankan kualitas pendidikan.

Pada pemeringkatan pendidikan tinggi global Times Higher Education (THE) Online Learning Rankings (OLR) 2024, Binus University Online menempati kategori Silver (Perak) di tingkat dunia dan kampus online terbaik di Indonesia. Peringkatnya disusul 7 kampus Indonesia lainnya di kategori Bronze (Perunggu), termasuk Universitas Terbuka.

"BINUS Online juga salah satu tempat kalau ingin meningkatkan kemampuan. Karena kalau sudah bekerja kan susah ya kalau mau datang ke kampus, makanya Binus Online. 15 tahun yang lalu, ya (dibuka)," tutur Nelly.

Binus University Online

Director of Binus Online Prof Dr Ir Harjanto Prabowo, MM mengatakan kampusnya sejak 2009 menerima lulusan SMA untuk lanjut studi S1, D3 ke S1, atau rekognisi pembelajaran lampau (RPL) atas pengalaman kerja yang telah dijalani.

Guru Besar bidang Manajemen Sistem Informasi Binus University ini mencontohkan, calon mahasiswa yang merupakan karyawan, belum studi jenjang S1, tetapi sudah memiliki pengalaman kerja, akan menjalani asesmen.

Berdasarkan hasil asesmen, pendaftar bersangkutan dapat melewatkan atau tidak perlu mengambil beberapa mata kuliah melalui pengakuan RPL di dunia kerja.

Setiap tahun, pendaftaran calon mahasiswa barunya dibuka 4 kali. Pembelajaran dilakukan melalui Learning Management System (LMS). Berbeda dengan kuliah reguler, mahasiswa kelas online mempelajari maksimal 3 mata kuliah per 10 minggu .

"Dalam 10 minggu, mereka bisa belajar sendiri, ketemu tutor. Ada video conference, record, ada tugas, dan sebagainya. Pakai LMS," jelasnya.

"Tiap Senin kita buka, nanti ketemu Minggu, 1 topik. Nanti ada diskusi, kolom diskusi dari dosen, tutor, ada tugas. Nah, Minggu it ada video conference. Nanti minggu ke-10, ujian. Ujiannya online," ujar Prof Har, demikian pria ini biasa disapa.

Prof Har menekankan bahwa mahasiswa online di kampusnya tetap menjalani internship (pemagangan), entrepreneurship (kewirausahaan), dan tracking. Bagi yang sudah bekerja, maka internship diganti dengan individual development project.

"Di perusahaannya, nge-set project apa yang di-assess sama kita. Ngerjain apa? Project yang setara dengan sekian SKS kita," imbuhnya.

"Ini sebetulnya dulu sama pemerintah (jadi) sebagai salah satu jawaban menaikkan APK tadi," tuturnya.

Prof Har menuturkan, usai perintisan Binus Online 2009 silam, program pembelajaran daring sendiri kemudian mendapat lampu hijau dari mantan Wakil Presiden Boediono.

"Kuliah dalam jaringan (daring) atau online itu bertujuan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan bangsa Indonesia menjadi insan cerdas dan komprehensif, melalui belajar tanpa batas ruang dan waktu," ujar Boediono pada peluncuran kuliah dalam jaringan enak universitas di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Jakarta, Rabu (15/10/2014) silam.

Mendukung pembelajaran online, ada juga Binus University Learning Community (BULC) untuk kegiatan tutoring dengan tutor di masing-masing wilayah dan lainnya. Di samping di dalam negeri, BULC juga dibuka antara lain di Qatar, Kuwait, Jepang, hingga Timor Leste.

"Seperti di Qatar, banyak orang Indonesia kerja di industri minyak, belum S1. Nggak ada solusi, terus ngambil (kuliah) online teknik industri. Kita sesuaikan ya, mana yang nggak perlu ngambil (mata kuliah tertentu)," tuturnya.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads