Peraih Nobel Kritik Pemeringkatan Kampus, Binus University Bilang Begini

ADVERTISEMENT

Laporan dari Taiwan

Peraih Nobel Kritik Pemeringkatan Kampus, Binus University Bilang Begini

Trisna Wulandari - detikEdu
Sabtu, 23 Agu 2025 12:00 WIB
Rektor Binus University Dr Nelly, SKom, MM CSCA
Rektor Binus University Dr Nelly, SKom, MM CSCA angkat bicara soal pemeringkatan perguruan tinggi global. Foto: Trisna Wulandari/detikcom
New Taipei City -

Peraih Nobel Fisika 2011, Profesor Brian Schmidt mengkritik pemeringkatan perguruan tinggi yang kini kian banyak muncul. Data pemeringkatan tersebut menurutnya tidak adil bagi para pelajar.

Schmidt mengatakan, alih-alih menjawab kebutuhan pelajar, perguruan tinggi itu sendiri, dan negara masing-masing kampus, pemeringkatan menurutnya hanya bertujuan agar lembaga pemeringkatan tersebut mendapat iklan dan keuntungan.

Ia menjelaskan, kebutuhan perguruan tinggi di setiap negara berbeda-beda. Contohnya, kebutuhan kampus riset seperti Cambridge University, Inggris dan kampus RI tidak sama. Berfokus pada masuk pemeringkatan dunia menurutnya membuat kampus berisiko menjadi kurang fokus pada esensi kebutuhan mahasiswanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menilai mereka (perguruan tinggi Indonesia) dengan standar yang sama membuat universitas merasa harus menjadi 'Cambridge yang kaya', bukan menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri," kata Schmidt pada wartawan dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025, di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat (8/8/2025) lalu.

"Universitas jadi terjebak dalam perlombaan menaikkan peringkat, bukan memenuhi kebutuhan nyata mahasiswa. Ini distorsi besar dalam sistem pendidikan tinggi," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Schmidt menilai indikator pemeringkatan pun tak cukup berkaitan dengan pelajar atau calon mahasiswa. Dari kondisi ini, timbul kesan bahwa lembaga pemeringkatan terkesan tidak peduli atas kebutuhan mereka.

Karena itu, menurutnya menjadi keliru bagi pelajar untuk menggunakannya sebagai parameter memilih universitas. Terlebih, menurut Schmidt, pemeringkatan universitas rentan terhadap manipulasi.

"Mereka dibuat agar pelajar tahu ke mana ingin melanjutkan studi. Tapi cara menentukan universitas yang 'baik' sangat mudah dimanipulasi," tuturnya.

Schmidt berpendapat, lembaga pemeringkatan perguruan tinggi sebaiknya membuat informasi soal gaya belajar, program studi, hingga lingkungan belajar yang cocok dengan mahasiswa.

"Itu jauh lebih membantu dibanding sekadar melihat siapa yang ranking satu," jelasnya.

Binus University dan Pemeringkatan Perguruan Tinggi Global

Terkait pemeringkatan perguruan tinggi global, Binus University angkat bicara. Diketahui, salah satu perguruan tinggi Indonesia ini masuk peringkat universitas terbaik di dunia versi berbagai pemeringkatan.

Contohnya, dari Quacquarelli Symonds (QS), Binus University di antaranya masuk pemeringkatan QS World University Rankings 2026 (peringkat 10 se-Indonesia, peringkat 851-900 dunia), QS Global MBA Rankings 2025 (peringkat 1 se-Indonesia, peringkat 201-250 dunia), dan QS Graduate Employability Rankings 2022 (peringkat 7 se-Indonesia, peringkat 501+ dunia).

Dari Times Higher Education (THE), Binus University di antaranya masuk pemeringkatan THE World University Rankings (WUR) 2025 (peringkat 3 se-Indonesia, peringkat 1.201-1500 dunia), THE Impact Rankings 2025 (peringkat 8 se-Indonesia, 301-400 dunia), THE Asia University Rankings (AUR) 2025 (peringkat 2 se-Indonesia, peringkat 351-400 dunia).

Pada THE Online Learning Rankings (OLR) 2024 global, Binus University masuk kategori Silver. Hal ini menjadikannya terbaik se-Indonesia untuk pembelajaran daring, mengungguli perguruan tinggi Indonesia lain yang masuk kategori Bronze secara global.

Rektor Binus University, Dr Nelly, SKom, MM CSCA mengatakan ranking global sebetulnya menunjukkan apakah layanan pendidikan tinggi yang diberikan kampus mampu menghasilkan anak-anak muda yang bisa berkarya di skena global.

"Supaya kita tahu, ini kita bisa compete atau nggak, kita bisa sesuai nggak nih, dengan teman-teman yang di global. Ranking itu hadiah, tapi yang berkarya siapa? Mahasiswa itu. Jadi ranking itu tadi yang saya bilang, jasil dari karya mahasiswanya, karya alumninya, pengakuan-pengakuan dari semua stakeholders" tuturnya pada pertemuan Binus University: Update di Four Points by Sheraton Linkou, New Taipei City, Taiwan, Kamis (21/8/2025).

Soal dampak ke daerah masing-masing, Nelly menuturkan, warga kampus yang berkapasitas global lewat kemampuan dan karyanya dapat mengangkat daerahnya ke skena global.

"Jadi tinggal bagaimana anak-anak Indonesia yang sudah punya wawasan global, punya kemampuan lebih, bagaimana dia berkarya untuk daerahnya. Itu hal yang lain, ya. Tapi kalau kemampuan, itu menunjukkan dia sebetulnya mampu mengangkat daerahnya, global," terang Nelly.

Selaras, Director of Binus University Online (Binus Online) Prof Dr Ir Harjanto Prabowo, MM mengatakan pemeringkatan global juga menunjukkan kampusnya diakui sebagai perguruan tinggi Indonesia, tak hanya di kategori perguruan tinggi swasta di Indonesia.

"Ini hanya untuk bukti saja. THE, ini tiap tahun ngeluarin. Untuk 2025, hasil ranking kita begini. Berarti kita perguruan tinggi Indonesia," tuturnya.

"Beda sama akreditasi. Akreditasi itu rating, seperti hotel ada bintang 1-5. Kalau Anda memenuhi rating, ya Unggul (akreditasinya)," sambungnya.

Guru Besar Bidang Manajemen Sistem Informasi Binus University ini menjelaskan, beberapa indikator yang digunakan pada pemeringkatan berbeda-beda, di antaranya reputasi akademik, reputasi pemberi kerja lulusannya, hingga internasionalisasi.

"Memang mainannya global," ucapnya.

Di sisi lain, pria yang akrab dipanggil Prof Har ini mengakui bahwa berkontribusi untuk menyelesaikan masalah Indonesia menjadi peran yang lebih penting untuk dipegang perguruan tinggi.

Sementara itu, ia juga menilai dorongan pemerintah agar perguruan tinggi Indonesia masuk pemeringkatan global dapat dipahami.

"Nggak usah semua perguruan tinggi di Indonesia yang 4.000-an itu masuk ranking. Menyelesaikan masalah indonesia jauh lebih penting. Cuma, kalau sebagian bisa masuk pemeringkatan dunia, bagusnya apa, ya kita global, bisa dapat akses, kenalan, gitu saja, sudah," ucapnya.

"Anda tahu, di perguruan tinggi negeri, ada berapa subsidi pemerintah tiap tahun untuk masuk ranking? Karena supaya maju," sambung Prof Har.

Diketahui, sebelumnya, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto memberikan apresiasi pada perguruan tinggi Indonesia yang masuk Top 500 QS World University Rankings (WUR) by Subject 2025. Brian mengatakan capaian ini merupakan bukti nyata kerja keras dan komitmen berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.

Pada QS WUR by Subject 2025, tujuh entri masuk Top 100 dunia. Di antaranya yakni pada bidang studi petroleum engineering, veterinary science, dan library & information management.

"Peringkat dunia ini bukan sekadar kebanggaan institusi, tetapi juga memiliki dampak besar terhadap pembangunan nasional. Universitas yang unggul akan mencetak lulusan yang kompetitif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan global," kata Brian pada acara pemberian apresiasi perguruan tinggi berprestasi di Jakarta, Kamis (20/3/025) lalu.

"Kami berharap capaian ini dapat menarik lebih banyak investasi asing di bidang teknologi dan riset, mempercepat transformasi ekonomi berbasis pengetahuan, serta memperkuat daya saing industri nasional," imbuhnya.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads