Peraih Nobel Brian Schmidt Kritik Pemeringkatan Kampus, Tak Adil bagi Pelajar

ADVERTISEMENT

Peraih Nobel Brian Schmidt Kritik Pemeringkatan Kampus, Tak Adil bagi Pelajar

Cicin Yulianti - detikEdu
Sabtu, 09 Agu 2025 12:00 WIB
Prof Brian Schmidt
Prof Brian Schmidt. Foto: Cicin Yulianti/detikEdu
Jakarta -

Saat ini banyak bermunculan lembaga pemeringkatan yang membuat daftar kampus terbaik berdasarkan beberapa kriteria. Ternyata data yang mereka sajikan menurut ilmuwan satu ini tak adil bagi pelajar.

Peraih Nobel Fisika 2011, Profesor Brian Schmidt berpendapat pemeringkatan tersebut tidak menjawab kebutuhan mereka. Namun, hanya ditujukan agar lembaga mendapatkan keuntungan.

"Mereka dibuat agar pelajar tahu ke mana ingin melanjutkan studi. Tapi cara menentukan universitas yang 'baik' sangat mudah dimanipulasi," katanya saat ditemui media dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025, di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), ITB, Jawa Barat (8/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemeringkatan Hanya Cari Iklan

Kemudian ia juga menerangkan tujuan pemeringkatan melakukan hal tersebut adalah untuk mencari iklan. Sehingga menjadi kekeliruan besar jika digunakan sebagai parameter memilih universitas.

ADVERTISEMENT

Pasalnya, kebutuhan kampus di setiap negara pastinya berbeda. Ia mencontohkan, kebutuhan kampus di Indonesia dan Cambridge University takkan sama.

"Kebutuhan universitas di Indonesia sangat berbeda dengan universitas seperti Cambridge. Menilai mereka dengan standar yang sama membuat universitas merasa harus menjadi 'Cambridge yang kaya', bukan menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri," tegas Schmidt.

Dalam hal indikator pemeringkatan pun Schmidt menyebut tak berkaitan dengan pelajar atau calon mahasiswa. Sehingga lembaga pemeringkatan terkesan tidak memedulikan kebutuhan mereka.

Kampus Jadi Berlomba dalam Peringkat

Dampak buruk pemeringkatan lainnya adalah menjadikan kampus lebih fokus mengejar kualitas yang bisa menaikkan peringkat. Bukan lagi pada esensi kebutuhan mahasiswa.

"Universitas jadi terjebak dalam perlombaan menaikkan peringkat, bukan memenuhi kebutuhan nyata mahasiswa. Ini distorsi besar dalam sistem pendidikan tinggi," ujarnya.

Menurut Schmidt, lembaga (pemeringkatan) sebaiknya membuat informasi soal gaya belajar, program studi hingga lingkungan belajar yang cocok dengan mahasiswa.

"Itu jauh lebih membantu dibanding sekadar melihat siapa yang ranking satu," katanya.




(cyu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads