Mahasiswa baru Universitas Indonesia (UI) tahun akademik 2025/2025 mulai melalui tahap Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di Balairung, Kampus UI Depok, Jawa Barat, Selasa (5/8/2025). Bagaimana kesan mereka di hari pertama ini?
Dzakiyah, mahasiswa baru (maba) program studi (prodi) Penyiaran Multimedia Fakultas Vokasi UI mengaku senang di hari pertama PPKMB. Terlebih ia mendapat materi tentang kekerasan secara langsung dari ahlinya, yakni Mendiktisaintek Brian Yuliarto dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi.
"Senang, tadi banyak banget narasumber yang datang terutama menteri-menteri. Beliau ngasih (memberikan kesempatan) mahasiswa barunya untuk bertanya terus nanti dapat hadiah," ujar Dzakiyah kepada wartawan usai acara Pembukaan PKKMB UI di Gedung Balairung Kampus UI, Depok, Jawa Barat, Selasa (5/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersama Dzakiyah, Nailah dari prodi Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Administrasi UI mengatakan dirinya mendapat banyak ilmu dari narasumber yang hadir hari ini. Terutama materi yang dibahas adalah tentang kekerasan seksual.
"Tadi tuh dijelasin juga kalau di Indonesia itu masih banyak banget kekerasan seksual terutama bagi para perempuan. Tapi nggak memungkiri juga kalau para laki-laki pun bisa kena Jadi kita tuh dikasih tahu kalau misalnya kita nggak terlalu takut untuk melapor," papar Nailah.
Ketika pemaparan Menteri PPPA menjelaskan data terbaru terkait kekerasan yang terjadi pada anak-anak Indonesia per 5 Agustus 2025. Hasilnya ditemukan bila kasus kekerasan yang terlaporkan pada Kementerian PPPA sejumlah 17.388 kasus.
Arifatul membandingkan juga dengan data pada 14 Juni 2025, yakni sebanyak 11.835 kasus kekerasan tercatat. Artinya dalam jangka waktu 1 bulan setengah, kasus yang terlaporkan itu sebanyak 5.533 kasus.
Data ini menarik perhatian Nailah, ia tidak bisa membayangkan sebanyak apa kasus kekerasan baik fisik, verbal maupun seksual yang terjadi. Mengingat data yang terlaporkan saja sudah mencapai lebih dari 10 ribu kasus.
"Data yang dikasih pun itu ternyata cuma yang berani melapor, sedangkan pasti banyak banget orang di luar sana yang mungkin terkena kekerasan seksual tapi belum pernah melapor gitu. Jadi di situ kita bener-bener dapet informasinya dan keren banget cara penyampaiannya gitu sih," jabar Nailah lebih lanjut.
Hal serupa juga disampaikan Ghadiz teman satu prodi dengan Naila. Ghadiz merasa pemberian materi kekerasan di PKKMB UI dibawakan secara mudah dimengerti meski hal yang disampaikan kerap kali dianggap tabu oleh masyarakat.
"Asik juga sih pembawaannya dan biasanya kan materi seperti ini tuh dianggap tabu ya oleh masyarakat kita. Jadi dibawakan dengan pembawaan yang fun terus ada kayak reward-nya juga bagi yang bertanya itu menurut aku juga sangat menarik mahasiswa," jelas Ghadiz.
Tidak Ada 'Ospek' yang Menakutkan
Dzakiyah, Nailah, dan Ghadiz memberikan kesan yang baik dengan pelaksanaan PKKMB UI. Tidak seperti ospek universitas zaman dahulu, Dzakiya menyebut PPKMB UI memberikan informasi yang bermanfaat bagi maba.
Ketiganya juga mengaku tidak memiliki kekhawatiran selama PKKMB berlangsung, termasuk berkaitan dengan kakak tingkat mereka.
"Jujur gak ada karena selama acara berjalan juga gak ada apa-apa. Kita enjoy aja," kata Nailah.
Ghadiz juga membagikan pengalamannya dengan kakak tingkat di prodinya. Sebelum PKKMB universitas, ada pertemuan mentoring bersama kakak tingkat dan ia merasakan semuanya berjalan dengan baik.
"Sebelumnya di jurusan kami, sempat ada mentoring gitu sama kating-kating (kakak tingkat). Mereka juga suka sharing-sharing dan mau ngajarin tentang kaya matkul-matkul (mata kuliah) yang akan datang nantinya," pungkasnya.
Di acara yang sama, Rektor UI Heri Hermansyah menjelaskan bila PKKMB UI memberikan berbagai materi, termasuk masalah kekerasan yang tengah menjadi perhatian penting UI. UI juga membekali mahasiswa dengan awareness mengenai narkoba, asusila, dan masalah-masalah kekinian yang zaman dulu tidak pernah ada tetapi kini muncul.
Berbagai ilmu yang diberikan ini diharapkan menjadi modal awal bagi mahasiswa dalam menyiaplan mereka sebagai pribadi yang dan manusia yang siap untuk terjun di masyarakat nantinya.
(det/nwk)