Sejumlah startup (perusahaan rintisan) aquatech dan fintech (tekfin) terlibat dalam skandal keuangan besar dalam setahun ke belakang. Di antaranya yakni eFishery, KoinWorks, Investree, TaniFund, dan Crowde.
Guru Besar bidang Fraud Examination, Binus University Prof Gatot Soepriyanto PhD berpendapat, kasus-kasus startup fraud dapat menjadi bahan pembelajaran bagi kampus dan mahasiswa. Contohnya, perguruan tinggi dapat mewajibkan modul atau sesi mengenai etika startup dan tata kelola perusahaan pada mata kuliah Entrepreneurship.
Sementara itu, mahasiswa dapat melakukan studi kasus kecurangan dan kegagalan fintech lokal untuk simulasi di kelas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mau tidak mau, kurikulum, mata kuliah-mata kuliah wirausaha kita harus bisa mengintegrasikan bagaimana yang namanya etika bisnis, tata kelola, dan investasi keuangan bisnis. Yang kedua, mau tidak mau, suka tidak suka, mahasiswa juga harus dapat diajak untuk menyelami kasus-kasus real fraud, sehingga mereka tahu, ini dampak signifikan fraud," kata Gatot pada Temu Media dengan Dewan Guru Besar, Dies Natalis 44 Binus University di Binus @ Kemanggisan Kampus Anggrek, Jakarta Barat, Selasa (1/7/2025).
Pembelajaran dari Kasus Fraud Startup
Gatot menjelaskan, tindak kecurangan (fraud) pada lima startup tersebut tidak lepas dari faktor tekanan pertumbuhan (pressure), celah kontrol internal (opportunities), dan rasionalisasi (rationalization) etis yang memicu kecurangan. Di dalamnya, ada peran pemimpin yang dan tata kelola yang gagal.
Masalah CEO atau Founder
Gatot menegaskan, kultur dan perilaku pimpinan, terutama CEO atau founder, merupakan penentu utama berjalannya tata kelola startup. Saat manajemen atas menggantikan nilai integritas dengan kepentingan pribadi, maka seluruh organisasi berisiko terbawa arus yang salah.
Pada eFishery, CEO memanipulasi laporan keuangan untuk menutup kerugian besar. eFishery membuat laporan keuangan versi internal dan eksternal hingga menipu puluhan investor besar dengan melaporkan revenue palsu sebesar sekitar USD 600 juta (Rp9,7 triliun). eFishery kini dalam proses audit forensik, sementara Gibran Huzaifah dicopot dari posisi CEO.
Sementara itu, CEO Investree menyalurkan dana perusahaan ke rekening pribadi. Ia juga menggunakan jaminan perusahaan untuk kepentingan lain tanpa persetujuan dewan. Lisensi Investree kini sudah dicabut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tetapi CEO Investree Adrian Gunadi masih menjadi buron OJK.
Sedangkan manajemen atas Crowde diduga membuat pinjaman fiktif atas nama petani, lalu mengalirkannya dana ke saku sendiri.
J Trust Bank melaporkan dugaan fraud manajemen atas Crowde pada kepolisian, antara lain menyeret nama CEO Yohanes Sugihtononugroho, Direktur Utama Andrew Yeremia PL Tobing, Direktur Noviani Suryawidjaja, Business Analyst Denisha Elmoiselle Munaf, dan dua orang komisaris. Sementara itu, pihak Crowde melalui kuasa hukum menyatakan sudah menyalurkan dana pada petani lewat escrow account.
Segitiga Fraud
Di sisi lain, Gatot tak menampik tekanan pertumbuhan startup juga memicu petingginya melakukan kecurangan. Terlebih, jika ada celah seperti struktur startup yang ramping dan kurangnya audit internal.
Ia mencontohkan, pada anak usaha KoinWorks, satu peminjam berhasil menarik Rp 365 miliar lewat 279 identitas palsu akibat verifikasi identitas yang longgar.
Sementara itu, pembenaran kecurangan (rationalization) juga melengkapi segitiga fraud di samping peluang dan tekanan. Contohnya seperti pembenaran bahwa misi perusahaan yakni membantu petani, atau peminjam hanya berniat meminjam dan akan mengembalikan.
Tata Kelola Lemah
Gatot juga menyorot tata kelola yang lemah pada kasus-kasus fraud startup ini. Mayoritas startup tidak punya komisioner atau direksi independen yang bisa mengawasi CEO.
Sementara itu, audit yang dilakukan tidak mendalam dan hanya tahunan, hingga manipulasi laporan keuangan berlangsung bertahun-tahun. Contohnya seperti pada eFishery yang terjadi sejak 2018.
Ia juga menyorot kurangnya pengawasan proaktif pada perusahaan-perusahaan rintisan ini. Izin OJK baru dicabut usai skandal Investree dan TaniFund meledak.
'Fake It 'Til You Make It'
Overpromise alias janji-janji kelewat batas juga menurutnya perlu dihentikan dalam budaya fake it 'til you make it ala startup saat pitching. Gatot mengatakan, di samping tidak etis, hal ini juga tak ubahnya menipu calon investor.
(twu/nah)