Lebih dari 2 juta mahasiswa Indonesia belajar di luar kampus melalui kebijakan Kampus Merdeka sejak 2020. Praktik dan capaiannya menjadi salah satu yang dipaparkan pada peserta konferensi internasional Gateways Study Visit 2024 asal Inggris hingga Uni Emirat Arab di Sanur, Bali, 1-3 Oktober 2024.
Staf Khusus Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Bidang Kompetensi dan Manajemen Pramoda Dei Sudarmo menjelaskan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan matchmaking yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat berguru langsung kepada praktisi-praktisi terbaik di industri.
"Pendekatan ini memberikan percepatan akses mahasiswa pada kemampuan berstandar tinggi (high-standard skills)," kata Dei di Bali, Selasa (1/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merespons Banyaknya Mahasiswa Tanah Air
Langkah belajar di luar kampus diharapkan menjadi salah satu solusi untuk memberi pengetahuan berbasis pengalaman dan meningkatkan daya saing mahasiswa RI. Di Indonesia sendiri, terdapat lebih dari 9,8 juta mahasiswa yang tersebar pada 32.592 program studi di 4.356 institusi perguruan tinggi.
Dei mengatakan, dengan kompleksitas jumlah dan skala tersebut yang didukung dengan platform Kampus Merdeka, pelaksanaan kebijakan MBKM tidak hanya mencocokkan kebutuhan antara mahasiswa dan industri. Namun, penerapannya memungkinkan mahasiswa mendaftar pada program yang diminati secara langsung.
"Sementara universitas simultan turut memantau kemajuan dan hasil dari para mahasiswa," tekan Dei.
Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) diinisiasi Kemendikbudristek sejak 2020 untuk menjembatani kebutuhan antara perguruan tinggi dan industri terkait kompetensi lulusan pendidikan tinggi. Para mahasiswa Kampus Merdeka diharapkan memenuhi kebutuhan industri akan lulusan siap kerja.
Kemendikbudristek mengakui pemenuhan kebutuhan industri akan lulusan berkompetensi siap kerja masih menjadi tantangan bagi institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Untuk itu, program-program MBKM didesain agar mendorong pemerataan akses bagi mahasiswa sehingga dapat belajar di luar kelas, meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang relevan bagi kebutuhan profesional.
Berangkat dari dasar tersebut, mahasiswa kini dapat memilih program praktik magang dan studi independen, pertukaran pelajar, wirausaha, dan pilihan proyek lain selama tiga semester. Pilihan-pilihan ini diharapkan mengasah mahasiswa agar makin teruji dalam melakukan praktik baik yang mendukung pembelajaran di kampus hingga semester akhir.
Alumnus Teknik Informatika Universitas Brawijaya Adhi Setiawan merupakan salah satu eks mahasiswa yang merasakan program Kampus Merdeka. Memilih program Bangkit, ia belajar intensif tentang machine learning dan berpraktik.
Bangkit merupakan program pembelajaran mandiri secara daring dan bersertifikat yang berfokus pada pengembangan teknologi digital seperti machine learning, mobile development, cloud computing, artificial intelligence, dan cyber security.
Sistem ini memungkinkan individu, termasuk penyandang disabilitas seperti Adhi, untuk menyerap pengetahuan tentang industri digital dari para ahli di bidangnya dan menerapkannya ke dunia profesional.
Berbekal pengetahuan dasar dari kampus, Adhi berkesempatan membandingkannya dengan pembelajaran di Bangkit. Integrasi keduanya lalu melengkapi pemahaman dan keterampilannya.
"Semakin hari, pengetahuan saya semakin bertambah. Pengalaman 900 jam belajar machine learning hingga bahasa Inggris membuat saya yang dulunya berkecil hati jadi lebih berani. Tanpa sadar, saya ternyata sudah mengambil langkah maju ke depan. Sekarang, saya berkarier sebagai AI engineer dan bisa bantu berkontribusi (dalam mengoptimalkan ilmu dan keterampilan saya) untuk industri kesehatan nasional," kata Adhi.
Ia berharap, lebih banyak dampak positif yang teramplifikasi lewat proses-proses belajar di program Kampus Merdeka.
Menyokong Perguruan Tinggi
Sementara itu bagi institusi dan civitas academica perguruan tinggi secara keseluruhan menghadapi tantangan anggaran dan sumber daya riset kampus terbatas. Untuk itu, Kemendikbudristek pun menggagas Kedaireka.id.
Dei menjelaskan, Kedaireka.id merupakan platform pertama dan terbesar di Indonesia yang memberikan kesempatan bagi universitas, industri dan pemerintah untuk berkolaborasi dalam menciptakan inovasi melalui berbagai riset.
Diskusi dalam sesi Deep Dive 2: "Higher Education Tech Ecosystem: Democratizing Access to Opportunities through Technology" di Gateways Study Visit Indonesia 2024 tersebut berlangsung dalam grup. Tiap grup lintas negara diberi waktu untuk membahas perihal tantangan pendidikan yang ada dan saran terbaik berdasarkan studi kasus di negara masing-masing.
Penambahan kurikulum mengenai kemampuan wirausaha menjadi salah satu topik usulan yang mencuat dalam diskusi Deep Dive 2. Langkah ini dinilai dapat mempertajam kemampuan mahasiswa dalam menganalisis situasi sekaligus problem solving, atau kemampuan menyelesaikan masalah dan berinovasi.
(twu/nah)