Biaya kuliah di perguruan tinggi negeri Amerika Serikat (AS) selama empat tahun telah naik lebih dari dua kali lipat dibanding awal tahun 1990-an. Hal ini membuat berbagai mahasiswa terlibat pinjaman uang untuk kuliah, bahkan hingga mereka sudah lulus.
Fenomena ini kemudian diteliti oleh seorang profesor di University of Delaware, AS, Dominique J. Baker. Terutama pinjaman mahasiswa untuk meraih gelar sarjana untuk jurusan STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika).
Sebab, jurusan STEM dikenal memiliki biaya yang lebih mahal dibandingkan jurusan lainnya, sehingga banyak calon mahasiswa berhutang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Besaran Uang yang Dipinjam Mahasiswa untuk Kuliah
Dalam studinya, Baker memaparkan jumlah pinjaman yang dilakukan mahasiswa. Untuk jenjang sarjana, mahasiswa meminjam rata-rata $41.300 atau setara Rp 666 juta (Kurs Rp 16.122,00), dengan median $30.000 atau setara Rp 483 juta.
Data juga mengungkapkan bahwa para mahasiswa yang meminjam, masih berhutang 92% dari pinjaman mereka empat tahun setelah memperoleh gelar sarjana. Kemudian, hampir sepertiga orang yang mengambil pinjaman mahasiswa antara tahun 1998 dan 2018 mengalami gagal bayar, sebagaimana dikutip dari EurekAlert.
Hal yang menjadi perhatian adalah fakta bahwa biaya kuliah yang berbeda dapat membuat jurusan STEM lebih mahal dibandingkan jurusan non-STEM di beberapa universitas. Perbedaan ini akan sangat memengaruhi mahasiswa ketika mempertimbangkan bagaimana membuat gelar STEM lebih terjangkau.
Misalnya, mahasiswa tingkat lanjut di Universitas Maryland yang mengejar gelar teknik dan ilmu komputer membayar $1.500 (setara Rp 24 juta) lebih banyak per semester dibandingkan rekan-rekan mereka yang terdaftar di disiplin ilmu lain (hampir 27% lebih tinggi).
Bagaimana Respons Pemerintah AS?
Pada masa pandemi, Departemen Pendidikan AS menangguhkan tindakan terhadap pinjaman mahasiswa federal yang mengalami gagal bayar sejak 13 Maret 2020, hingga setidaknya September 2024.
Namun, untuk saat ini pemerintah AS telah menggunakan kebijakan dan mekanisme tambal sulam demi menumbuhkan citra perguruan tinggi tentang keterjangkauan jurusan STEM.
Kebijakan tambal sulam dimaksudkan membutuhkan sebagian mahasiswa untuk menutupi biaya yang tinggi tersebut dalam mengurangi biaya dan subsidi mahasiswa lainnya.
Meski begitu, kebijakan ini tetap membuat mahasiswa yang membayar biaya kuliah yang tinggi harus berhutang agar mendapatkan gelar sarjananya.
Kondisi ini membuat para ahli di bidangnya dinilai perlu mendiskusikan dan mengkaji nilai batas biaya kuliah sebagai sebuah kebijakan, sehingga orang-orang dapat masuk untuk belajar di jurusan STEM. Hal ini dikarenakan sebagian besar federal tidak dapat menyelesaikan masalah ini.
Selain itu, para pemimpin di bidang pendidikan tinggi, khususnya di bidang STEM, harus berinvestasi dalam menciptakan ruang untuk diskusi berkelanjutan mengenai perubahan nyata dalam biaya STEM agar terjangkau.
Jika biaya kuliah STEM dapat dijangkau, pakar menyebut dapat menghilangkan hambatan demi mendapatkan pendidikan dan karier para mahasiswa di bidang STEM.
(faz/faz)