Di tengah harapan untuk menuju visi Indonesia Maju, negara ini masih menghadapi sejumlah tantangan termasuk masalah sosial. Butuh pendekatan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan serta partisipasi dari perguruan tinggi dalam menciptakan SDM ahli yang mampu mengatasi masalah sosial di Indonesia.
Banyak perguruan tinggi di ranah keilmuan sosial teruji memiliki kekhususan di bidang penanganan dan penyelesaian masalah sosial. Salah satunya Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) di Bandung.
Perguruan tinggi di bawah Kementerian Sosial RI ini sudah teruji oleh beberapa kementerian dan lembaga non kementerian dalam membantu menyelesaikan beberapa persoalan sosial, termasuk di lingkup pemerintah kota dan kabupaten.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung memiliki kekhasan keilmuan dalam analisa, kajian, dan perencanaan kesejahteraan sosial, termasuk juga implementasi model penanganan masalah sosial,"
ungkap Direktur Politeknik Kesejahteraan Sosial Suharma dalam keterangan tertulis, Kamis (4/4/2024).
Lulusan Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung disiapkan untuk memiliki keahlian menjadi perencana, analis, konselor, pendamping, atau ahli penanganan masalah kemiskinan dan penanggulangan bencana.
Banyak juga lulusan Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung yang telah menjadi tenaga ahli dalam pemanfaatan dana Corporate Social Responsilility (CSR) bagi warga yang menjadi sasaran beberapa perusahaan, atau menjadi tenaga ahli konsultatif dan pendampingan dalam berbagai urusan lainnya.
Masalah Sosial di Indonesia
Data dari beberapa sumber kementerian dan lembaga non kementerian menunjukkan ada 8 juta pengguna aktif narkotika dan zat adiktif, 15,5 juta keluarga yang tergolong miskin, 3,2 juta rumah tidak layak huni, 134 kabupaten dan kota rawan konflik sosial, sekitar 70.026 pekerja migran bermasalah yang mendapat layanan, hingga 200 tindak kasus korban tindak pidana perdagangan orang.
Pada tahun 2023, tercatat 11.624 pun melapor telah mengalami tindak kekerasan. Sementara itu, survei pada tahun 2021 menunjukkan 4 dari 10 anak perempuan dan 3 dari 10 anak laki-laki pernah mengalami tindak kekerasan sepanjang hidupnya. Baik kekerasan fisik, emosi, dan seksual, serta beberapa kasus lainnya dengan angka statistik yang cukup mencengangkan.
Berbagai masalah sosial tersebut tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan hukum, ekonomi, atau deret hitung semata. Pendekatan serta ahli yang memahami makna dan cara menyelesaikan permasalahan sosial mutlak dibutuhkan.
Sebagai contoh, masalah narkotika tidak mutlak hanya sampai pada vonis hukum saja bagi penggunanya. Namun dibutuhkan juga pemulihan diri dan pemulihan sosial.
Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga ahli yang memahami proses dan bisa melakukan pendampingan. Sebab pengguna narkotika umumnya ingin sembuh dari ketergantungan obat dan lingkungan yang membelit sehingga mereka membutuhkan semangat untuk maju.
Begitu juga saat menghadapi persoalan banyaknya rumah tidak layak huni. Selain memperbaiki rumah, lebih pokok lagi dibutuhkan upaya untuk membangun motif daya juang warga dalam memiliki rumah layak huni. Contohnya, cara membangun daya tahan dan daya juang ekonomi warga melalui mata pencahariannya.
Bantuan Sosial, Bantuan Perumahan adalah salah satu instrumen pemicu untuk membangun ketahanan diri dan daya juang warga. Persoalan-persoalan ini membutuhkan pendekatan-pendekatan yang secara ilmiah bisa dihitung, direncanakan, dilaksanakan, dilihat dan dipertanggungjawabkan
"Ini tentu juga butuh tenaga ahli yang tahu dan bisa melakukan pendampingan agar tumbuh motif-motif untuk maju," kata Suharma.
Bagi Anda yang tertarik menjadi tenaga ahli untuk mengatasi permasalah sosial, Kementerian Sosial RI mengundang calon mahasiswa tugas belajar, calon mahasiswa lulusan SLTA/SMK/MA, calon mahasiswa berkebutuhan khusus, maupun calon mahasiswa penerima manfaat program Kementerian Sosial RI untuk mendaftar dan bergabung di Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung.
(akd/ega)