Kampus Harvard Potong Iftar Ramadan dari Sebulan Jadi Sepekan karena Anggaran

ADVERTISEMENT

Kampus Harvard Potong Iftar Ramadan dari Sebulan Jadi Sepekan karena Anggaran

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Selasa, 12 Mar 2024 04:00 WIB
Harvard potong program iftar Ramadan 2024 dari sebulan jadi sepekan
Foto: (Tangkapan layar Harvard Crimson)
Jakarta -

Harvard University memotong program iftar Ramadan dari yang tadinya sebulan menjadi sepekan. Alasannya, karena masalah anggaran.

Keputusan ini sangat disayangkan para mahasiswa muslim di Harvard. Mereka khawatir pemotongan ini akan meningkatkan kurangnya akses terhadap makanan dan air selama Ramadan.

Menurut pemuka agama Islam di Kampus Harvard, Khalil Abdur-Rashid dan Samia Omar, "Model buka puasa bersama yang dilakukan setiap malam, meskipun memberikan manfaat yang sangat besar bagi komunitas kita, terlalu mahal dan tidak berkelanjutan dalam jangka panjang," demikian dilansir dari Harvard Crimson, 4 Maret 2024 lalu, ditulis Selasa (12/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pernyataan melalui email kepada The Crimson, Abdur-Rashid menulis bahwa kebijakan pemotongan iftar ini masih dalam proses.

"Kami akan melakukan evaluasi pasca Ramadan untuk melihat apa yang berhasil dan perubahan apa yang perlu kami lakukan ke depan seiring kami berupaya mengembangkan model yang terbaik bagi komunitas kampus kami," tulisnya.

ADVERTISEMENT

Dikonfirmasi terpisah soal pernyataan Abdur-Rashid, juru bicara Harvard Jason A Newton menolak mengomentari perubahan tersebut.

Kekecewaan dan Kekhawatiran Mahasiswa Muslim

Tahun 2024 ini, puasa Ramadan di AS jatuh pada 10 Maret hingga 9 April, bertepatan dengan liburan musim semi. Mahasiswa muslim menjalankan puasa Ramadan dari fajar hingga senja setiap hari selama sekitar satu bulan di musim semi.

Pada tahun-tahun sebelumnya, Harvard menyediakan makan malam komunitas - iftar atau buka puasa - sepanjang bulan Ramadan untuk mahasiswa yang berpuasa Ramadan.

Setelah Idul Fitri tahun lalu, yang menandai berakhirnya bulan puasa, Harvard mulai membahas cara-cara yang lebih hemat biaya bagi siswa untuk merayakan hari raya tersebut.
Selain memotong layanan buka puasa di perguruan tinggi, beberapa sekolah pascasarjana Harvard juga mengkonsolidasikan program makan malam buka puasa komunitas Ramadan dan menyelenggarakannya di lokasi yang lebih terpusat. Banyak siswa yang kecewa dengan perubahan tersebut.

Salah satu mahasiswa muslim, Saaim A Khan (25) mengatakan bahwa dia menyadari penyelenggaraan iftar selama bulan Ramadan merupakan biaya yang signifikan bagi pihak kampus.

"Menarik bahwa Harvard hanya melihat ini sebagai masalah keuangan daripada menyadari nilai komunitas ketika itu tiba di bulan Ramadan," tutur Khan.

Khan mengatakan salah satu manfaat terbesar dari Harvard College yang menyediakan layanan buka puasa adalah kenyataan bahwa hal itu menyatukan semua orang di komunitas setiap malam.

"Fakta bahwa ada ruang bagi kita semua untuk berkumpul secara komunal setiap malam sangatlah penting saat kita memulai perjalanan spiritual selama 30 hari," katanya.

Khan juga mengungkapkan keprihatinannya mengenai terbatasnya akses terhadap makanan pada masa yang menurutnya merupakan masa yang "menuntut secara spiritual dan fisik".

"Ada pola ketidakpuasan dan kurangnya akses terhadap barang-barang halal di berbagai tempat di kampus," kata Khan.

Dia menyarankan agar Layanan Makan Universitas Harvard menyediakan kurma dan air bagi mahasiswa untuk berbuka puasa, sesuai dengan praktik tradisional.

Mahasiswa Harvard muslim lain, Labiba Uddin (25) mengatakan bahwa pihak kampus Harvard sebelumnya telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam menyediakan tempat untuk berkumpul dan merasakan semangat Ramadan.

"Memberikan kami ruang selama satu bulan penuh benar-benar luar biasa, dan saya pikir sebagian dari kita mungkin menganggap remeh hal itu," kata Uddin, yang juga tim editor Harvard Crimson.

Mahasiswa muslim biasanya makan sebelum Matahari terbit dan setelah Matahari terbenam, tetapi Uddin menggambarkan pengalaman sarapan, atau sahur, sendirian di kamarnya sebagai sesuatu yang 'mengisolasi'.

"Saya merasa buka puasa sekarang juga mengalami hal yang sama," kata Uddin.

Meski ada kekhawatiran mahasiswa, Uddin mengungkapkan optimismenya menyambut bulan Ramadan ini.

"Saya pikir komunitas ini sangat kuat, dan saya yakin kita akan menemukan cara untuk bersatu dan berusaha memanfaatkannya sebaik mungkin," kata Uddin.

TAG:
ramadan
ramadan 2024
iftar
harvard
harvard university




(nwk/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads