Inggris kini melarang mahasiswa internasional untuk membawa serta keluarganya. Aturan ini diberlakukan seiring penerapan pembatasan visa baru.
Larangan tersebut berdampak pada semua pelajar asing kecuali mereka yang mengambil program pascasarjana dan beasiswa tertentu. Dampak atas ketentuan ini akan memangkas puluhan ribu migran, kata Menteri Dalam Negeri Inggris, James Cleverly.
Langkah ini sudah diumumkan pada bulan Mei oleh Mendagri Inggris sebelumnya, Suella Braverman. Saat itu angka resmi menunjukkan jumlah migran mencapai 672.000 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka-angka selanjutnya menunjukkan rekor tertinggi yaitu 745.000 dan memicu kemarahan dari anggota parlemen sayap kanan, Tory. Dia menuntut tindakan baru dari pemerintahan Rishi Sunak.
Ada Pengecualian
Para ahli telah memperingatkan bahwa pembatasan ini dapat berdampak pada universitas yang menggantungkan pendapatan dari oleh pelajar asing. Selain itu mereka menilai ini dapat merusak reputasi Inggris sebagai tujuan internasional.
Per Senin (1/1/2024), pelajar internasional yang memulai kuliah di Inggris tidak lagi diizinkan untuk mendapatkan visa bagi pasangan dan kerabat mereka kecuali mengikuti program penelitian pascasarjana atau kuliah dengan disponsori pemerintah.
Mr Cleverly mengatakan pemerintah Inggris memiliki rencana sulit untuk menurunkan jumlah mahasiswa dengan cepat. Dan menurutnya langkah ini mengakhiri praktik tidak masuk akal pelajar asing membawa anggota keluarga mereka ke Inggris.
"Hal ini akan menyebabkan penurunan migrasi dengan cepat hingga puluhan ribu orang dan berkontribusi pada keseluruhan strategi kami untuk mencegah 300.000 orang datang ke Inggris," ujarnya, dikutip dari The Independent.
Tindakan untuk Mengurangi Imigrasi
Menteri Imigrasi Tom Pursglove mengatakan universitas-universitas telah mengalami peningkatan jumlah tanggungan yang dibawa oleh mahasiswa, yang berkontribusi terhadap tingkat migrasi yang tidak berkelanjutan.
Pada bulan November, Tory menuntut tindakan baru dari Sunak untuk mengurangi imigrasi. Pasalnya angka yang direvisi dari Kantor Statistik Nasional Inggris mencatat migrasi bersih tahunan mencapai rekor 745.000.
Menanggapi hal ini pada awal bulan Desember, Mr Cleverly menetapkan serangkaian pembatasan baru yang menurutnya akan mengurangi jumlah pengungsi termasuk menaikkan ambang batas gaji bagi warga Inggris yang membawa pasangan asing ke Inggris menjadi Β£38.700.
Langkah ini dikritik karena mengancam perpecahan keluarga dan banyak yang khawatir rencana masa depan mereka akan diragukan ketika pemerintah mempertimbangkan rincian kebijakan tersebut.
Para menteri kemudian berbalik arah, meskipun hanya sebagian, dengan secara diam-diam mengumumkan bahwa ambang batas tersebut pertama-tama akan dinaikkan menjadi Β£29.000.
Kemudian ditingkatkan secara bertahap hingga musim semi tahun 2025. Hal ini memicu kemarahan baru dari Tory, yang ingin melihat kontrol migrasi yang lebih ketat.
Adanya Perubahan Visa per 1 Januari 2024
Kementerian Dalam Negeri mengatakan paket visa yang mulai berlaku pada hari Senin mewakili pendekatan yang keras namun adil. Mereka turut menegaskan perubahan pada visa pelajar akan tetap memungkinkan perguruan tinggi dan universitas untuk menarik yang paling cerdas dan terbaik.
Namun, pemerintah Inggris mengatakan pihaknya menghilangkan kemampuan institusi untuk merusak reputasi Inggris dengan menjual imigrasi, bukan pendidikan.
Para ahli sebelumnya telah menyatakan keprihatinannya tentang perubahan visa pada 1 Januari. Nick Hillman dari Higher Education Policy Institute (Hepi) memperingatkan bahwa pelajar internasional dapat melakukan perjalanan ke negara pesaing untuk melanjutkan studi mereka.
"Mahasiswa internasional mendapat manfaat dari Inggris... mereka sangat penting untuk mempertahankan sektor universitas kelas dunia kita karena biaya mereka memberikan subsidi silang terhadap perkuliahan mahasiswa lokal dan juga membantu mendanai penelitian di Inggris," jelasnya.
Partai Buruh mendukung pembatasan tersebut bagi pelajar luar negeri yang mengikuti perkuliahan jangka pendek.
Namun, mereka menilai pembatasan tersebut tidak cukup untuk mengatasi "kegagalan besar" dalam keterampilan dan pelatihan di pasar tenaga kerja Inggris atau untuk meningkatkan perekonomian negara yang sedang lesu.
(nah/faz)