Mahasiswa ITS Sulap Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar, Begini Prosesnya

ADVERTISEMENT

Mahasiswa ITS Sulap Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar, Begini Prosesnya

Devita Savitri - detikEdu
Kamis, 04 Mei 2023 16:00 WIB
Mahasiswa ITS
Foto: ITS
Jakarta -

Sampah plastik menjadi permasalahan yang mendapat sorotan peneliti yakni mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Tujuh mahasiswa yang tergabung dalam Tim Duchelia ini menggunakan teknik pirolisis untuk mendaur ulang limbah termasuk sampah plastik menjadi bahan bakar.

Inovasi tersebut dinamakan Smart Reducer Gas Pyrolysis. Sebuah alat yang diciptakan kala mengikuti acara pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh Karya Salemba Empat (KSE) dengan tajuk Technology For Indonesia (TFI).

Dikutip melalui laman resmi ITS, Kamis (4/5/2023) salah satu anggota Tim Fuchelia, Immanuel Nathanael Lumban Gaol menjelaskan permasalahan awal tim mengangkat isu daur ulang limbah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya dengan berkembangnya industri pertanian, penggunaan bahan bakar fosil menjadi masalah bagi jumlah petani.

Namun semakin berjalannya waktu, ketersediaannya semakin menipis dan harganya kian mahal. Dengan demikian, Nuel panggilan akrab Immanuel menyatakan perlu adanya bahan bakar ramah lingkungan.

ADVERTISEMENT

Karena hal itu lah tim dari Departemen Kimia ITS ini membuat alat yang dapat mengubah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak yang lebih ramah lingkungan.

Smart Reducer Gas Pyrolysis

Alat yang dikenal sebagai Smart Reducer Gas Pyrolysis ini terdiri dari beberapa bagian yaitu reaktor 18 liter, pipa penghubung, kondensor, dan penampung produk.

Konsep pirolisis yang diterapkan Tim Fuchelia ini merupakan proses pemanasan bahan padat dalam keadaan oksigen yang terbatas atau tanpa oksigen.

"Alat yang kami kembangkan ini menggunakan plastik Polyethylene Terephthalate (PET) sebagai bahan baku dengan produk keluarannya berupa minyak," imbuhnya.

Cara Kerja Smart Reducer Gas Pyrolysis

Dari segi teknis, cara kerja Smart Reducer Gas Pyrolysis dimulai dengan memilah dan memisahkan sampah plastik yang akan dicacah sampai ukuran terkecil.

Bila sudah, proses pirolisis dimulai dengan memasukkan 5-10 kilogram plastik ke dalam reaktor. Nantinya, plastik akan dipanaskan menggunakan Liquefied Petroleum Gas (LPG).

Dengan demikian, plastik akan meleleh dan mengalami proses prengkahan yang menjadi hidrokarbon dengan rantai pendek.

Panas yang terus-menerus terjadi di dalam reaktor akan membuat lelehan plastik menguap yang nantinya akan dialirkan menuju kondensor untuk didinginkan.

Setelah dingin akan diperoleh cairan berupa minyak yang bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar mesin diesel untuk menghidupkan alat-alat pertanian.

Agar alatnya tetap ramah lingkungan, Tim Fuchelia menambahkan zat aditif berupa minyak kayu putih ke dalam minyak pirolisis.

"Sehingga emisi karbon berkurang dan minyak lebih jernih. Pada knalpot mesin diesel juga ditambahkan karbon aktif sehingga ketika digunakan tidak akan menimbulkan bau menyengat," ujar Nuel.

Berkat inovasi alat yang dirancang ini, Tim Fuchelia berhasil diaplikasikan secara langsung pada acara pengabdian masyarakat di Serang, Banten dengan tajuk Technology for Indonesia (TFI).

Melalui acara ini, para peserta diharapkan dapat berinovasi dalam berbagai aspek industri pertanian di Indonesia. Sehingga bila ditelaah lebih jauh dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di sekitar masyarakat.




(nwy/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads