Setiap tanggal 13 April diperingati sebagai Hari Riset Italia Sedunia atau Giornata della Ricerca Italiana nel Mondo. Pada tahun ini, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) dipercayai sebagai tuan rumah peringatan tersebut di Indonesia.
Selain memperingati Hari Riset Italia Sedunia, acara diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran seniman besar yakni Leonardo Da Vinci pada 15 April karena ia dianggap sebagai tokoh hebat dunia dalam bidang sains, engineering, seni, juga filsafat.
Agenda tahunan Kedutaan Besar Italia tersebut dihadiri oleh 66 peneliti serta tamu undangan yang terdiri dari para Guru Besar, kelompok riset, instansi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta sejumlah perwakilan Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riset di Indonesia Perlu Banyak Dilakukan
Tidak hanya acara peringatan saja, Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa Hari Riset Italia Sedunia diharapkan dapat mendorong UGM dalam meningkatkan kerja sama dalam bidang riset dengan berbagai universitas di Italia, khususnya dalam bidang geofisika.
Menurutnya riset di Indonesia perlu banyak dilakukan mengingat kondisi geografis Indonesia berada di kawasan rawan bencana mulai dari gunung api aktif hingga potensi bencana alam geologi hingga hidrometeorologi yang sering terjadi setiap tahunnya.
"Perubahan iklim sangat berpengaruh pada bencana di Indonesia sehingga diperlukan adanya sistem peringatan terintegrasi," kata Laksana dalam laman UGM, dikutip pada Selasa (18/4/2023).
Karakterisasi Vulkanik Gunung Api Diperlukan
Selain itu, peneliti geofisika dari Universitas Udine, Italia yakni Roberto Carniel mengatakan bahwa pengurangan data pada karakterisasi vulkanik gunung api sangat diperlukan. Hal tersebut dalam rangka memfasilitasi interpretasi sistem.
Pentingnya hal tersebut juga dikarenakan aliran data yang direduksi bisa digunakan tidak hanya untuk melihat karakterisasi rezim vulkanik yang berbeda, namun juga dalam menentukan transisi mereka serta memeriksa hubungannya dengan peristiwa seismik tektonik maupun gunung berapi.
"Hasil tersebut dapat menjadi masukan tambahan bagi model fisik untuk memahami secara detail perubahan fisik yang terjadi pada sistem vulkanik dan kemungkinan akibatnya," terang Carniel.
(faz/faz)