Universitas Gadjah Mada (UGM) membuka program Penelusuran Bibit Unggul (PBU) yang diperuntukkan khusus masyarakat di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Pengadaan ini sebagai wujud komitmen UGM untuk meningkatkan inklusivitas.
"Selama ini UGM sudah menjalankan penerimaan mahasiswa baru lewat PBU berbasis geografis dari daerah afirmasi 3T, tetapi saat ini kita intensifkan lagi," kata Rektor UGM, Prof dr Ova Emilia, M Med, Ed, Sp OG (K), Ph D, dalam situs UGM dikutip Minggu (9/4/2023).
Lanjutnya, terdapat pengurangan calon mahasiswa dari wilayah 3T. Data dari 3 tahun terakhir menunjukkan pendaftar calon mahasiswa baru baik sarjana maupun sarjana terapan melalui seluruh jalur penerimaan mayoritas berasal dari Pulau Jawa yaitu sebesar 75%. Sementara dari Pulau Sumatera 13%, Sulawesi dan Maluku 4,8%, Kalimantan 3,5%, Bali dan Nusa Tenggara 2,7% dan lainnya dari daerah lain Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada defisiensi calon mahasiswa dari wilayah 3T. Karenanya UGM ingin memperkuat kandidat potensial dari wilayah tersebut agar berani mendaftarkan diri dan nantinya setelah lulus diharapkan pulang ke kampung halaman dan bisa membangun daerah asalnya," paparnya.
Menurutnya, langkah UGM juga sejalan dengan Permendikbudristek Nomor 48 Tahun 2022 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma dan Program Sarjana PTN yang mewajibkan PTN menerima minimal 20 persen dari kuota mahasiswa baru diisi mahasiswa kurang mampu secara ekonomi dan dari daerah 3T.
Kerja Sama Pemerintah Daerah dan Alumni
Lebih lanjut, Ova mengajak pemerintah daerah serta alumni UGM atau KAGAMA dalam mengetahui potensi serta arah pengembangan Sumber Daya Manusia.
"Program ini membutuhkan dukungan dan keterlibatan alumni (KAGAMA) dan pemerintah daerah setempat karena merekalah yang mengetahui potensi serta arah pengembangan SDM-nya," tuturnya.
Dengan mendorong kembali program inklusivitas berbasis geografi ini , diharapkan dapat menjaring putra daerah yang potensial. Dengan begitu, UGM diharapkan mampu memperluas jejaring kemitraan dengan pemda setempat, memperluas sebaran alumni KAGAMA, memiliki laboratorium pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat melalui skema kemitraan dengan pemda setempat, serta membuka peluang karier bagi alumni.
Dalam program inklusivitas berbasis geografi ini, KAGAMA akan menjadi mediator sekaligus komunikator dan menjadi representasi UGM yang bertugas untuk terlibat dalam mengembangkan daerah melalui pengembangan SDM dan membantu pembangunan daerah setempat. UGM melalui KAGAMA akan membangun komunikasi dengan pemda setempat mengenai program ini sekaligus menjaring putra putri daerah terbaik dalam proses seleksi penerimaan mahasiswa baru di UGM.
"Saat ini Pengda KAGAMA tengah melakukan koordinasi dan sosialisasi ke pemda untuk bekerja sama. Kalau selama ini rekrutmennya tersebar, sekarang kita fokuskan dengan salah satu kuncinya adalah komitmen dari pemda, itu yang kita prioritaskan. Pemda diharapkan bisa mengawal sampai selesai dengan begitu nantinya lulusan kembali dan mengembangkan wilayahnya," urainya.
(nir/nwk)